Pengungsi Tinggalkan Posko SKB Bangli
Para pengungsi di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Bangli, Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli, mulai meninggalkan posko pengungsian.
BANGLI, NusaBali
Mereka yang telah meninggalkan posko sebanyak 163 orang dari 207 jiwa. Pengungsi yang masih bertahan di posko sebanyak 44 jiwa dari 13 kepala keluarga. Sebagian besar warga yang meninggalkan posko pengungsian berasal dari Banjar Bonyoh, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem.
Komandan Posko Komando Penanganan Bencana Gunung Agung, Letkol Cpn Andy Pranoto mengatakan, jumlah pengungsi di posko Kubu sebanyak 317 jiwa dari 76 kepala keluarga. Nantinya pengungsi di SKB Bangli akan dijadikan satu dengan mereka yang tinggal di Posko Kubu. Dikatakan, pengungsi mulai pulang kampung karena rumah mereka berada di radius aman. Pengungsi pulang secara mandiri atau menggunakan kendaraan masing-masing.
Pengungsi yang masih bertahan di posko pengungsi di SKB Bangli beralasan anak-anak mereka sudah nyaman sekolah dekat pengungsian. Ada pula yang dapat kerja dekat posko pengungsian. “Beberapa alasan tersebut menjadi bahan pertimbangan. Semisal sekarang mau digabung di Posko Kubu, tentu jauh lebih efektif,” ungkap Letkol Cpn Andy Pranoto, Jumat (9/2).
Sementara itu, rencana Pemkab Karangasem menarik seluruh pengungsi agar menempati posko pengungsian di Karangasem menuai beragam tanggapan dari pengungsi. “Karangasem siap menampung semua pengungsi, keputusan kami kembalikan ke pengungsi, kalau mereka tetap ingin di Bangli, maka tetap kami layani,” tandas Letkol Andy Pranoto.
Sejumlah pengungsi di Posko Kubu mengaku tidak ingin pindah dari posko pengungsian selama status belum aman. I Ketut Dadi, 37, asal Dusun Simpar, Desa Besakih Timur, Kecamatan Rendang, enggan pindah ke posko pengungsian yang disiapkan di Karangasem. Beberapa kali pindah lokasi pengungsian, ia merasa nyaman di Posko Kubu. “Di sini tempat nyaman, kalau di Posko Menanga kondisi kurang memadai. Kasihan anak-anak kami,” sebutnya.
Dadi menolak jika harus mengungsi di posko yang disiapkan di Karangasem. Jika dipaksakan, ia memilih kembali ke kampung yang jarak 4,5 kilometer dari Gunung Agung. Selama Pemkab Bangli mengizinkan, Dadi akan tetap mengungsi di Bangli. “Kalau Bupati Bangli masih menerima kami, maka kami tetap disini, begitu juga sebaliknya,” imbuh warga yang lainnya. *e
Komandan Posko Komando Penanganan Bencana Gunung Agung, Letkol Cpn Andy Pranoto mengatakan, jumlah pengungsi di posko Kubu sebanyak 317 jiwa dari 76 kepala keluarga. Nantinya pengungsi di SKB Bangli akan dijadikan satu dengan mereka yang tinggal di Posko Kubu. Dikatakan, pengungsi mulai pulang kampung karena rumah mereka berada di radius aman. Pengungsi pulang secara mandiri atau menggunakan kendaraan masing-masing.
Pengungsi yang masih bertahan di posko pengungsi di SKB Bangli beralasan anak-anak mereka sudah nyaman sekolah dekat pengungsian. Ada pula yang dapat kerja dekat posko pengungsian. “Beberapa alasan tersebut menjadi bahan pertimbangan. Semisal sekarang mau digabung di Posko Kubu, tentu jauh lebih efektif,” ungkap Letkol Cpn Andy Pranoto, Jumat (9/2).
Sementara itu, rencana Pemkab Karangasem menarik seluruh pengungsi agar menempati posko pengungsian di Karangasem menuai beragam tanggapan dari pengungsi. “Karangasem siap menampung semua pengungsi, keputusan kami kembalikan ke pengungsi, kalau mereka tetap ingin di Bangli, maka tetap kami layani,” tandas Letkol Andy Pranoto.
Sejumlah pengungsi di Posko Kubu mengaku tidak ingin pindah dari posko pengungsian selama status belum aman. I Ketut Dadi, 37, asal Dusun Simpar, Desa Besakih Timur, Kecamatan Rendang, enggan pindah ke posko pengungsian yang disiapkan di Karangasem. Beberapa kali pindah lokasi pengungsian, ia merasa nyaman di Posko Kubu. “Di sini tempat nyaman, kalau di Posko Menanga kondisi kurang memadai. Kasihan anak-anak kami,” sebutnya.
Dadi menolak jika harus mengungsi di posko yang disiapkan di Karangasem. Jika dipaksakan, ia memilih kembali ke kampung yang jarak 4,5 kilometer dari Gunung Agung. Selama Pemkab Bangli mengizinkan, Dadi akan tetap mengungsi di Bangli. “Kalau Bupati Bangli masih menerima kami, maka kami tetap disini, begitu juga sebaliknya,” imbuh warga yang lainnya. *e
Komentar