Perajin Kesulitan Modal Usaha
Para perajin jukung atau perahu di Karangasem belakangan kesulitan modal usaha, sehingga produksi sangat terbatas, dan omzet sulit berkembang. Padahal permintaan pasar akan produk mereka tergolong cukup tinggi.
AMLAPURA, NusaBali
Bahkan untuk meminimalkan biaya operasional, para pengusaha dan sang pemilik terjun langsung bersama kalangan buruh merakit jukung. Terutama jukung berbahan fiber.
Pengelola Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) I Wayan Ardiana alias Cocot dan I Putu Sumada, mengakui, kesulitan modal usaha sehingga usahanya jalan di tempat. Padahal pesanan lancar, hal itu diutarakan di sela-sela melakukan penataan jukung berbahan fiber di Desa Seraya Tengah, Kecamatan Karangasem, Kamis (15/10).
Pengelola UMKM tersebut mengaku, lebih bersyukur jika dapat order dari pemerintah. Sehingga ada uang muka, sebagai modal pengadaan bahan baku. Tetapi jika order datang dari perorangan, modal bahan baku mesti tertalangi lebih awal.
“Persoalannya hanya satu, kekurangan modal usaha, makanya sulit berkembang usaha membuat jukung di sini,” katanya.
Keperluan modal usaha, katanya untuk sewa lahan, membeli beragam bahan baku, hingga ongkos buruh. Produksinya selama ini jukung berbahan fiber, dengan panjang 6 meter lebar 40 cm, mampu menuntaskan satu jukung dalam kurun waktu 15 hari. Sebanyak lima buruh yang bertugas, sesuai bidangnya masing-masing.
“Kami di sini sewa lahan, hitungannya per jukung. Jika satu jukung telah tuntas dan laku, bayar sewa Rp 150.000 per jukung,” jelas Cocot.
Hal senada terungkap dari pengelola jukung, Putu Sumada. “Jukung yang telah kelar, dan siap pakai harganya per jukung Rp 10 juta. Jukung berbahan fiber bisa terpakai selamanya, asalkan tidak pernah berbenturan dengan batu. Sebab, jukung anti air dan anti karat,” kata Sumada.
Hanya saja, katanya jukung berbahan fiber, kurang cocok untuk nelayan di Pantai Jasri, Pantai Ujung, Pantai Perasi dan sekitarnya. Sebab, pantai berbatu.
Sementara seoang buruh pembuat jukung I Nengah Sulendra dari Banjar Yehkali, Desa Seraya mengaku mensyukuri bekerja sebagai buruh membuat jukung. “Walau hasilnya tak seberapa, saya dibayar harian, per hari Rp 80.000,” jelas Sulendra.
Buruh yang bertugas bidang perlengkapan jukung, I Made Salin, juga mengaku dapat upah per hari Rp 80.000. Ternyata susah membuat jukung belum masuk daftar binaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Karangasem. Sebab, jenis usah itu baru berdiri 1,5 tahun.
Kadis Perindustrian dan Perdagangan Karangasem I Gusti Ngurah Suarta mengakui, perajin jukung belum masuk daftar binaan. “Nanti akan kami data dulu. Soal pengelola UMKM tersebut perlu bantuan modal, dana tidak ada. Sehubungan tidak ada lagi bantuan bergulir,” jelas Gusti Suarta.
1
Komentar