Minta Hadiah Ulang Tahun, Ayah Korban Sempat Mimpi Gigi Rontok
Hilang Semalam, Siswi SMK Ditemukan Tewas di Pantai Medewi
NEGARA, NusaBali
Kematian siswi kelas XI SMKN 5 Negara, Ni Kadek Sri Utami, 16, yang tinggal di Jalan Sudirman Gang Mulawarman, Banjar Baler Setra, Desa Medewi, Kecamatan Pekutatan, Jembrana, yang ditemukan mengambang di tengah laut Pantai Medewi, Selasa (20/2) petang, menyisakan luka mendalam bagi orangtuanya. Namun orangtua korban telah mengikhlaskan kepergian anak bungsunya itu.
Informasi di rumah duka, Rabu (21/2), korban merupakan anak kedua dari dua anak pasangan suami istri, I Ketut Winata, 47, yang bekerja sebagai buruh tani, dengan Ni Luh Suaratini, 43. Kakaknya, I Putu Agus Suardana, 22, bekerja di salah satu hotel di Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung. Selain keluarganya, juga tampak melayat pacar korban, I Wayan Yoyok Putra Angkasa, 29, bersama ayahnya, I Ketut Muna, 52, dari Desa Adat Kampial, Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung. “Ya mau bagiamana lagi. Sudah ikhlaskan saja, tidak bisa melawan takdir. Sebenarnya masih tidak terima, tetapi kenyataan seperti ini. Kami anggap sebagai musibah,” kataWinata, ketika menerima kedatangan NusaBali.
Menurut Winata, kematian anaknya yang tenggelam itu tidak jelas diketahui kejadiannya. Apakah korban memang terseret arus ketika sedang mandi atau sengaja bunuh diri. Namun, dia hanya berpikir kalau kematian korban sudah menjadi kehendak Yang Maha Kuasa. “Rasanya tidak mungkin kalau sampai bunuh diri. Kemungkinan saja waktu ke pantai itu, mau sekadar cuci muka, makanya dilepas jam tangannya. Biasanya tidak pernah dilepas jam tangannya. Mungkin saja terseret arus, karena kejadian juga malam,” ujarnya.
Sebelum mendapati peristiwa tersebut, Winata merasa tidak ada masalah. Tetapi sejak sepekan belakangan sebelum korban meninggalkan rumah, Senin (19/2) sekitar pukul 18.30 Wita, dan akhirnya ditemukan tewas mengambang di tengah laut Pantai Medewi, Selasa (20/2) sekitar pukul 18.00 Wita, korban sempat menunjukkan perubahan sikap. Ketika disuruh membantu pekerjaan rumah, korban selalu menolak. Padahal biasanya korban dikenal penurut. Bahkan karena perubahan sikapnya itu, korban sempat dimarahi ibunya.
“Kebetulan pas itu Buda Kliwon Ugu, Rabu (14/2), ibunya mau buat banten untuk persiapan odalan. Tetapi anak saya tidak mau bantu, makanya dimarahi. Dibilang males, tidak mau membantu orangtua. Saya juga tidak ngerti kenapa sampai berubah sikapnya, karena orangnya juga agak tertutup. Tidak ada bilang ada masalah, makanya saya pikir masih biasa saja,” tuturnya.
Winata menambahkan, beberapa hari sebelumnya korban juga tumben bersikap manja kepadanya. Korban yang akan menginjak usia 17 tahun pada 27 Maret, sempat minta dibelikan hadiah ulang tahun. “Tumben sekali dia manja begitu, minta dibelikan hadiah ulang tahun. Sebelum-sebelumnya tidak pernah begitu. Dia minta dibelikan hadiah, apapun hadiahnya. Karena sadar mungkin orangtuanya juga tidak mampu,” sambung Winata, yang langsung menangis ketika mengenang permintaan korban tersebut.
Di samping perubahan sikap itu, Winata mengaku sempat mendapat firasat buruk melalui mimpinya, Minggu (18/2) lalu. Dia bermimpi seluruh gigi bagian atasnya rontok. Namun mimpi tersebut tidak terlalu dipikirkannya. “Kalau orang bilang, umpama gigi atas lepas, akan ada keluarga dekat meninggal. Saya pikir mungkin ibu saya yang akan meninggal, karena sudah tua. Tetapi ternyata begini kejadiannya,” ujarnya.
Pacar korban, I Wayan Yoyok Putra Angkasa, 29, yang ditemui di rumah duka, Rabu kemarin, menyatakan tidak ada masalah apapun. Yoyok yang mengaku berpacaran selama 6 bulan dengan korban, dan kenal sewaktu korban training di hotel tempat kerjanya di Nusa Dua, menyatakan, korban memang agak tertutup. Dia merasakan korban ada masalah, namun ketika ditanyakan secara langsung, korban tidak mau membicarakan masalahnya. Begitu juga sebelum korban meninggalkan rumah, Senin (19/2) petang lalu, ia pun mengaku sempat mengajak korban jalan-jalan, dan korban tidak ada membicarakan masalah apapun. “Ya pas sebelum pergi meninggal rumah mau bilang fotocopy tugas sekolahnya itu, saya baru antar dia pulang setelah saya ajak jalan. Pas pergi itu, saya tidak ada curiga ada sesuatu. Kelihatan fun-fun (baik-baik) saja,” katanya.
Jenazah almarhum rencananya diabenkan di setra Desa Pakraman Medewi pada Soma Paing Kelawu, Senin (26/2). Sedangkan ritual nyiramang layon dilaksanakan sehari sebelumnya, Minggu (25/2). Beberapa hari ke depan, pihak keluarga berencana menanyakan secara jalur niskala mengenai kematian korban.
Di sisi lain, Kapolres Jembrana AKBP Priyanto Priyo Hutomo, mengatakan belum dapat memastikan kronologis kematian Ni Kadek Sri Utami, yang ditemukan mengambang di tengah laut Pantai Medewi, Selasa (20/2) petang. Pastinya, dari hasil pemeriksaan visum terhadap jenazah korban di RSU Negara, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban yang mengarah pada tindakan kriminal. Atas dasar tersebut, termasuk pihak keluarga menolak untuk dilakukan otopsi.
“Waktu ditemukan jenazahnya, hanya ada luka pada bagian hidung mengeluarkan darah, namun bukan karena pukulan benda keras, dan bukan luka mematikan,” ujarnya. *ode
Informasi di rumah duka, Rabu (21/2), korban merupakan anak kedua dari dua anak pasangan suami istri, I Ketut Winata, 47, yang bekerja sebagai buruh tani, dengan Ni Luh Suaratini, 43. Kakaknya, I Putu Agus Suardana, 22, bekerja di salah satu hotel di Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung. Selain keluarganya, juga tampak melayat pacar korban, I Wayan Yoyok Putra Angkasa, 29, bersama ayahnya, I Ketut Muna, 52, dari Desa Adat Kampial, Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung. “Ya mau bagiamana lagi. Sudah ikhlaskan saja, tidak bisa melawan takdir. Sebenarnya masih tidak terima, tetapi kenyataan seperti ini. Kami anggap sebagai musibah,” kataWinata, ketika menerima kedatangan NusaBali.
Menurut Winata, kematian anaknya yang tenggelam itu tidak jelas diketahui kejadiannya. Apakah korban memang terseret arus ketika sedang mandi atau sengaja bunuh diri. Namun, dia hanya berpikir kalau kematian korban sudah menjadi kehendak Yang Maha Kuasa. “Rasanya tidak mungkin kalau sampai bunuh diri. Kemungkinan saja waktu ke pantai itu, mau sekadar cuci muka, makanya dilepas jam tangannya. Biasanya tidak pernah dilepas jam tangannya. Mungkin saja terseret arus, karena kejadian juga malam,” ujarnya.
Sebelum mendapati peristiwa tersebut, Winata merasa tidak ada masalah. Tetapi sejak sepekan belakangan sebelum korban meninggalkan rumah, Senin (19/2) sekitar pukul 18.30 Wita, dan akhirnya ditemukan tewas mengambang di tengah laut Pantai Medewi, Selasa (20/2) sekitar pukul 18.00 Wita, korban sempat menunjukkan perubahan sikap. Ketika disuruh membantu pekerjaan rumah, korban selalu menolak. Padahal biasanya korban dikenal penurut. Bahkan karena perubahan sikapnya itu, korban sempat dimarahi ibunya.
“Kebetulan pas itu Buda Kliwon Ugu, Rabu (14/2), ibunya mau buat banten untuk persiapan odalan. Tetapi anak saya tidak mau bantu, makanya dimarahi. Dibilang males, tidak mau membantu orangtua. Saya juga tidak ngerti kenapa sampai berubah sikapnya, karena orangnya juga agak tertutup. Tidak ada bilang ada masalah, makanya saya pikir masih biasa saja,” tuturnya.
Winata menambahkan, beberapa hari sebelumnya korban juga tumben bersikap manja kepadanya. Korban yang akan menginjak usia 17 tahun pada 27 Maret, sempat minta dibelikan hadiah ulang tahun. “Tumben sekali dia manja begitu, minta dibelikan hadiah ulang tahun. Sebelum-sebelumnya tidak pernah begitu. Dia minta dibelikan hadiah, apapun hadiahnya. Karena sadar mungkin orangtuanya juga tidak mampu,” sambung Winata, yang langsung menangis ketika mengenang permintaan korban tersebut.
Di samping perubahan sikap itu, Winata mengaku sempat mendapat firasat buruk melalui mimpinya, Minggu (18/2) lalu. Dia bermimpi seluruh gigi bagian atasnya rontok. Namun mimpi tersebut tidak terlalu dipikirkannya. “Kalau orang bilang, umpama gigi atas lepas, akan ada keluarga dekat meninggal. Saya pikir mungkin ibu saya yang akan meninggal, karena sudah tua. Tetapi ternyata begini kejadiannya,” ujarnya.
Pacar korban, I Wayan Yoyok Putra Angkasa, 29, yang ditemui di rumah duka, Rabu kemarin, menyatakan tidak ada masalah apapun. Yoyok yang mengaku berpacaran selama 6 bulan dengan korban, dan kenal sewaktu korban training di hotel tempat kerjanya di Nusa Dua, menyatakan, korban memang agak tertutup. Dia merasakan korban ada masalah, namun ketika ditanyakan secara langsung, korban tidak mau membicarakan masalahnya. Begitu juga sebelum korban meninggalkan rumah, Senin (19/2) petang lalu, ia pun mengaku sempat mengajak korban jalan-jalan, dan korban tidak ada membicarakan masalah apapun. “Ya pas sebelum pergi meninggal rumah mau bilang fotocopy tugas sekolahnya itu, saya baru antar dia pulang setelah saya ajak jalan. Pas pergi itu, saya tidak ada curiga ada sesuatu. Kelihatan fun-fun (baik-baik) saja,” katanya.
Jenazah almarhum rencananya diabenkan di setra Desa Pakraman Medewi pada Soma Paing Kelawu, Senin (26/2). Sedangkan ritual nyiramang layon dilaksanakan sehari sebelumnya, Minggu (25/2). Beberapa hari ke depan, pihak keluarga berencana menanyakan secara jalur niskala mengenai kematian korban.
Di sisi lain, Kapolres Jembrana AKBP Priyanto Priyo Hutomo, mengatakan belum dapat memastikan kronologis kematian Ni Kadek Sri Utami, yang ditemukan mengambang di tengah laut Pantai Medewi, Selasa (20/2) petang. Pastinya, dari hasil pemeriksaan visum terhadap jenazah korban di RSU Negara, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban yang mengarah pada tindakan kriminal. Atas dasar tersebut, termasuk pihak keluarga menolak untuk dilakukan otopsi.
“Waktu ditemukan jenazahnya, hanya ada luka pada bagian hidung mengeluarkan darah, namun bukan karena pukulan benda keras, dan bukan luka mematikan,” ujarnya. *ode
Komentar