Guna Artha: Wajar Nyepi Tanpa Internet
Wacana agar saat perayaan hari raya Nyepi tahun baru saka 1940 tanpa internet yang didengungkan oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali mendapat tanggapan dari berbagai pihak.
JAKARTA, NusaBali
Tidak terkecuali dari ormas Barisan Penegak Trisakti Bela Bangsa (Banteng) Indonesia. Ketum Banteng Indonesia I Ketut Guna Artha sependapat dengan PHDI. Baginya wajar ketika hari raya Nyepi di Bali tidak ada akses internet. "Apa yang diusulkan PHDI Bali masih dalam kategori wajar sebagai sebuah diskursus. Saya menilai ini sebuah tindakan progresif di tengah atmosfer perang melawan hoax dan ujaran kebencian," imbuh Guna Artha kepada NusaBali, Kamis (8/3).
Mantan Sekjen DPN Perhimpunan Pemuda Hindu (Peradah) Indonesia ini menegaskan, dalam setahun terakhir ini propaganda agama sering dijadikan alat menyulut kebencian yang cenderung menjadi konflik horisontal ditengah-tengah situasi bangsa menghadapi pilkada sehingga usulan PHDI tersebut perlu dikaji.
Terlebih kemajuan teknologi informasi bisa menjadi salah satu alat untuk melakukan perang dingin. "Perang siber itu nyata, karena memang ada kelompok-kelompok masyarakat yang tidak menginginkan kemajuan bangsa dengan menciptakan gangguan stabilitas keamanan melalui konflik SARA," ucapnya.
Bahkan Polisi telah mengindikasikan kelompok-kelompok tersebut terorganisir, melek IT, terdidik dan terlatih memproduksi materi konflik. "Oleh karena itu untuk ketenangan masyarakat Bali yang melaksanakan brata penyepian, saya memahami aspirasi tokoh-tokoh agama di Bali yang meminta Nyepi tanpa internet dengan alasan preventif meminimalisasi potensi konflik," tegas Guna Artha.
Apalagi internet memiliki kemampuan menyebarkan informasi super cepat sehingga berita yang salah bisa cepat dikonsumsi masyarakat dan menciptakan keresahan. Ia pun mengapresiasi masyarakat Baduy dalam menjaga kearifan lokal dengan tidak menggunakan handphone atau internet di wilayah Baduy Dalam.
"Jadi apa yang diusulkan oleh tokoh agama di Bali hanya diberlakukan untuk di Bali sehari saja tidak masalah. Ini bukan sebuah sikap intoleran. Jangan kita diperbudak internet untuk bermedia sosial, bursa efek saja ada liburnya," papar Guna Artha. *k22
Tidak terkecuali dari ormas Barisan Penegak Trisakti Bela Bangsa (Banteng) Indonesia. Ketum Banteng Indonesia I Ketut Guna Artha sependapat dengan PHDI. Baginya wajar ketika hari raya Nyepi di Bali tidak ada akses internet. "Apa yang diusulkan PHDI Bali masih dalam kategori wajar sebagai sebuah diskursus. Saya menilai ini sebuah tindakan progresif di tengah atmosfer perang melawan hoax dan ujaran kebencian," imbuh Guna Artha kepada NusaBali, Kamis (8/3).
Mantan Sekjen DPN Perhimpunan Pemuda Hindu (Peradah) Indonesia ini menegaskan, dalam setahun terakhir ini propaganda agama sering dijadikan alat menyulut kebencian yang cenderung menjadi konflik horisontal ditengah-tengah situasi bangsa menghadapi pilkada sehingga usulan PHDI tersebut perlu dikaji.
Terlebih kemajuan teknologi informasi bisa menjadi salah satu alat untuk melakukan perang dingin. "Perang siber itu nyata, karena memang ada kelompok-kelompok masyarakat yang tidak menginginkan kemajuan bangsa dengan menciptakan gangguan stabilitas keamanan melalui konflik SARA," ucapnya.
Bahkan Polisi telah mengindikasikan kelompok-kelompok tersebut terorganisir, melek IT, terdidik dan terlatih memproduksi materi konflik. "Oleh karena itu untuk ketenangan masyarakat Bali yang melaksanakan brata penyepian, saya memahami aspirasi tokoh-tokoh agama di Bali yang meminta Nyepi tanpa internet dengan alasan preventif meminimalisasi potensi konflik," tegas Guna Artha.
Apalagi internet memiliki kemampuan menyebarkan informasi super cepat sehingga berita yang salah bisa cepat dikonsumsi masyarakat dan menciptakan keresahan. Ia pun mengapresiasi masyarakat Baduy dalam menjaga kearifan lokal dengan tidak menggunakan handphone atau internet di wilayah Baduy Dalam.
"Jadi apa yang diusulkan oleh tokoh agama di Bali hanya diberlakukan untuk di Bali sehari saja tidak masalah. Ini bukan sebuah sikap intoleran. Jangan kita diperbudak internet untuk bermedia sosial, bursa efek saja ada liburnya," papar Guna Artha. *k22
Komentar