Nekat Lawan Jambret, Terseret 5 Meter
Aksi heroik dilakukan Ni Wayan Santi Ariyani, 47, janda dua anak yang tinggal di Jalan Untung Surapati Gang Dahlia Amlapura, Karangasem.
AMLAPURA, NusaBali
Pedagang warung ini nekat melawan jambret yang menghadangnya di depan Bale Banjar Janggapati, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem, Minggu (15/4) dinihari. Wayan Santi Ariyani pun terluka, karena sempat terseret sejauh 5 meter.
Saat kejadian, Minggu dinihari sekitar pukul 04.30 Wita, korban Wayan Santi Ariyani dalam perjalanan pulang dari Pasar Amlapura Timur untuk mencari barang dagangan buat di warungnya. Korban kala itu dibonceng anak keduanya, Ni Nengah Wina Dwinanti, 12, dengan motor Honda Beat 7323 SI.
Begitu melintas di lokasi TKP depan Bale Banjar Jagapati Kelurahan Karangasem di Jalan Sudirman Amlapura, motor yang ditunggangi Nengah Wina Dwinanti sambil membonceng ibunya, korban Santi Ariyani, dipepet seorang pengendara motor bertubuh kerempeng. Tiba-tiba, pengendara motor tersebut berusaha menjambret tas merah yang diselipkan korban Santi Ariyani di ketiak kirinya.
Beruntung, tas tersebut gagal dirampas pelaku, karena korban Santi Ariyani sekuat tenaga mempertahankannya. Namun, pelaku terus saja menarik dengan keras tas korban. Akibatnya, korban Santi Ariyani terjatuh. Kemudian, janda berusia 47 tahun ini terseret sejauh 5 meter, karena berusaha mempertahankan tasnya dari rampasan jambret.
Sedangkan anak korban, Nengah Wina Dwinanti, juga jatuh dari motornya. Beruntung, bocah perempuan berusia 12 tahun yang tercatat sebagai siswi Kelas VI SDN 4 Padangkerta, Kelurahan Padangkerta, Kecamatan Karangasem ini tidak sampai terluka.
Namun, ibunda si bocah, korban Santi Ariyani, mengalami luka gores di tangan kiri dan bengkak di telapak kaki kiri. Gagal merampas tas merah berisi uang tunai Rp 1 juta milik korban, pelaku langsung kabur ke arah barat (jurusan Amlapura-Semarapura).
Setelah terseret sejauh 5 meter dan pelakunya tancap gas kabur ke arah barat, korban Santi Ariyani langsung pulang dengan dibonceng putrinya, Wina Dwinati. Korban pilih mengobati sendiri luka-lukanya dengan ramuan tradisional, tanpa berobat ke rumah sakit. Korban juga tidak melaporkan kasus yang menimpanya ke kantor polisi.
Sehari pasca kejadian, Senin (16/4), barulah polisi mendapat kabar perihal kasi pe-njambretan berdarah yang menimpa korban Santi Ariyani. Akhirnya, polisi mendatangi korban di rumahnya untuk dikorek keterangannya. "Sebagai bahan evaluasi, kami akan meningkatkan patroli," ujar Kapolsek Karangasem, Kompol I Made Tulus, saat dikonfirmasi NusaBali di Amlapura, Rabu (18/4).
Sementara itu, korban Santi Ariyani yang ditemui NusaBali di kediamannya, Jalan Un-tung Surapati Gang Dahlia Amlapura, Rabu kemarin, mengakui tanan dan kakinya yang bengkak masih terasa sakit. "Kaki kiri saya bengkak, kalau dipakai berjalan terasa sakit. Sampai hari ini (kemarin) saya belum bisa ke pasar dan jualan," tutur Santi Ariyani.
Santi Ariyani mengisahkan, dirinya sama sekali tidak menyangka akan jadi korban penjambretan di jalan. Semula, dia mengirah yang menarik tasnya dari belakang adalah temannya sesama pedagang. "Mulanya saya mengira ada teman lewat dari belakang, bercanda sambil menarik tas. Ternyata tarikannya semakin keras, saya pun berteriak," papar Santi Ariyani.
Santi Ariyani sendiri praktis seorang diri menghidupi dua anaknya, sejak menjada selama setahun lebih. Sang suami, I Ketut Merta, 50, yang kesehariannya jadi guru SMPN 6 Amlapura, telah berbupang buat selamanya ketika tewas terseret arus di Sungai Tibu Dalem, Banjar Ijo Gading, Desa Seraya Tengah, Kecamatan Karangasem, 23 Januari 2017.
Sejak suaminya meninggal, Wayan Santi Ariyani berjuang sebagai tulang punggung keluarga. Dia harus menanggung kuliah anak sulungnya (lelaki) dan biaya sekolah anak bungsunya, Nengah Wina Dwinanti. Dia mengandalkan nafkah dengan buka warung kecil di Jalan Untung Surapati Amlapura, dekat gang masuk rumahnya. Warungnya ini menjual makanan khas Bali, termasuk pepes. *k16
Pedagang warung ini nekat melawan jambret yang menghadangnya di depan Bale Banjar Janggapati, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem, Minggu (15/4) dinihari. Wayan Santi Ariyani pun terluka, karena sempat terseret sejauh 5 meter.
Saat kejadian, Minggu dinihari sekitar pukul 04.30 Wita, korban Wayan Santi Ariyani dalam perjalanan pulang dari Pasar Amlapura Timur untuk mencari barang dagangan buat di warungnya. Korban kala itu dibonceng anak keduanya, Ni Nengah Wina Dwinanti, 12, dengan motor Honda Beat 7323 SI.
Begitu melintas di lokasi TKP depan Bale Banjar Jagapati Kelurahan Karangasem di Jalan Sudirman Amlapura, motor yang ditunggangi Nengah Wina Dwinanti sambil membonceng ibunya, korban Santi Ariyani, dipepet seorang pengendara motor bertubuh kerempeng. Tiba-tiba, pengendara motor tersebut berusaha menjambret tas merah yang diselipkan korban Santi Ariyani di ketiak kirinya.
Beruntung, tas tersebut gagal dirampas pelaku, karena korban Santi Ariyani sekuat tenaga mempertahankannya. Namun, pelaku terus saja menarik dengan keras tas korban. Akibatnya, korban Santi Ariyani terjatuh. Kemudian, janda berusia 47 tahun ini terseret sejauh 5 meter, karena berusaha mempertahankan tasnya dari rampasan jambret.
Sedangkan anak korban, Nengah Wina Dwinanti, juga jatuh dari motornya. Beruntung, bocah perempuan berusia 12 tahun yang tercatat sebagai siswi Kelas VI SDN 4 Padangkerta, Kelurahan Padangkerta, Kecamatan Karangasem ini tidak sampai terluka.
Namun, ibunda si bocah, korban Santi Ariyani, mengalami luka gores di tangan kiri dan bengkak di telapak kaki kiri. Gagal merampas tas merah berisi uang tunai Rp 1 juta milik korban, pelaku langsung kabur ke arah barat (jurusan Amlapura-Semarapura).
Setelah terseret sejauh 5 meter dan pelakunya tancap gas kabur ke arah barat, korban Santi Ariyani langsung pulang dengan dibonceng putrinya, Wina Dwinati. Korban pilih mengobati sendiri luka-lukanya dengan ramuan tradisional, tanpa berobat ke rumah sakit. Korban juga tidak melaporkan kasus yang menimpanya ke kantor polisi.
Sehari pasca kejadian, Senin (16/4), barulah polisi mendapat kabar perihal kasi pe-njambretan berdarah yang menimpa korban Santi Ariyani. Akhirnya, polisi mendatangi korban di rumahnya untuk dikorek keterangannya. "Sebagai bahan evaluasi, kami akan meningkatkan patroli," ujar Kapolsek Karangasem, Kompol I Made Tulus, saat dikonfirmasi NusaBali di Amlapura, Rabu (18/4).
Sementara itu, korban Santi Ariyani yang ditemui NusaBali di kediamannya, Jalan Un-tung Surapati Gang Dahlia Amlapura, Rabu kemarin, mengakui tanan dan kakinya yang bengkak masih terasa sakit. "Kaki kiri saya bengkak, kalau dipakai berjalan terasa sakit. Sampai hari ini (kemarin) saya belum bisa ke pasar dan jualan," tutur Santi Ariyani.
Santi Ariyani mengisahkan, dirinya sama sekali tidak menyangka akan jadi korban penjambretan di jalan. Semula, dia mengirah yang menarik tasnya dari belakang adalah temannya sesama pedagang. "Mulanya saya mengira ada teman lewat dari belakang, bercanda sambil menarik tas. Ternyata tarikannya semakin keras, saya pun berteriak," papar Santi Ariyani.
Santi Ariyani sendiri praktis seorang diri menghidupi dua anaknya, sejak menjada selama setahun lebih. Sang suami, I Ketut Merta, 50, yang kesehariannya jadi guru SMPN 6 Amlapura, telah berbupang buat selamanya ketika tewas terseret arus di Sungai Tibu Dalem, Banjar Ijo Gading, Desa Seraya Tengah, Kecamatan Karangasem, 23 Januari 2017.
Sejak suaminya meninggal, Wayan Santi Ariyani berjuang sebagai tulang punggung keluarga. Dia harus menanggung kuliah anak sulungnya (lelaki) dan biaya sekolah anak bungsunya, Nengah Wina Dwinanti. Dia mengandalkan nafkah dengan buka warung kecil di Jalan Untung Surapati Amlapura, dekat gang masuk rumahnya. Warungnya ini menjual makanan khas Bali, termasuk pepes. *k16
Komentar