Wakil Bupati Kembang Hartawan Ingin Wantilan Pura Puseh Tuwed Dimultifungsikan
Wabup Jembrana I Made Kembang Hartawan meresmikan Wantilan Pura Puseh Desa Pakraman Tuwed, Desa Tuwed, Kecamatan Melaya, Jembrana, pada Buda Kliwon Gumbreg, Rabu (25/4).
NEGARA, NusaBali
Wantilan Pura Puseh ini diharapkan dapat dimanfatkan untuk kepentinngan umum, dan memberikan banyak manfaat kepada krama.Wabup Kembang mengapresiasi panitia pembangunan Wantilan Pura Puseh ini. Menurutnya, itu bisa terwujud berkat kerja keras semua pihak dengan cara gotong royong. Meskipun cukup lama, hampir 4 tahun dilaksanakan, namun kerja keras tersebut akhirnya terbayar dengan bisa digunakannya wantilan sebagai pendukung fasilitas pura.
Wabup Kembang berharap keberadaan wantilan bisa dimultifungsikan. Meskipun selama ini wantilan fungsi utamanya untuk mendukung kegiatan keagaamaan di pura, seperti rapat atau paruman, tetapi wantilan juga bisa digunakan untuk hal-hal lainnya, sepanjang ke arah positif.
“Wantilan ini mesti multifungsi, seperti mendukung fungsi ekonomi, budaya maupun sosial. Misalnya, sebagai sarana olahraga atau senam ibu-ibu maupun kegiatann lainnya,” katanya.
Wabup Kembang juga berharap wantilan bisa dimanfaatkan oleh anak-anak muda, untuk berkumpul melakukan kegiatan yang bermanfaat dan berkesenian. “Tinggal isi wifi, saya yakin mereka akan tertarik untuk berkumpul di sini, dari pada nongkrongnya di pinggir jalan. Di satu sisi orang tua pun akan lebih mudah mengawasi. Tren anak muda milenial saat ini sangat haus akan informasi. Fasilitas internet akan menjawab keingintahuan mereka akan informasi, sehingga harapannya tiap wantilan di Jembrana bisa dilengkapi dengan wifi,” harapnya.
Dikatakannya, wantilan saat ini menjadi tren di desa pakraman di Jembrana. Hal itu telihat dengan banyaknya permohonan proposal pembangunan wantilan. Jadi setelah pembangunan pura terselesaikan, ada keinginan dari krama setempat untuk membangun wantilan. “Saya rasa itu baik sepanjang krama tidak merasa terbebani, namun didasari tulus ikhlas. Pemkab Jembrana juga siap memfasilitasi, termasuk memfasilitasi anggaran ke Pusat,” ungkapnya.
Bendesa Desa Pakraman Tuwed I Made Warken, memgatakan bangunan Wantilan Pura Puseh Desa Pakraman Tuwed mencapai seluas 22 meter x 17 meter. Pengerjaannya bertahapa dilakukan sejak 2014, dan sudah tuntas tahun 2018. Biaya pembangunan berasal dari berbagai pihak secara gotong royong, baik itu bantuan pemerintah, bansos, punia, serta iuran krama desa pakraman. *
Wabup Kembang berharap keberadaan wantilan bisa dimultifungsikan. Meskipun selama ini wantilan fungsi utamanya untuk mendukung kegiatan keagaamaan di pura, seperti rapat atau paruman, tetapi wantilan juga bisa digunakan untuk hal-hal lainnya, sepanjang ke arah positif.
“Wantilan ini mesti multifungsi, seperti mendukung fungsi ekonomi, budaya maupun sosial. Misalnya, sebagai sarana olahraga atau senam ibu-ibu maupun kegiatann lainnya,” katanya.
Wabup Kembang juga berharap wantilan bisa dimanfaatkan oleh anak-anak muda, untuk berkumpul melakukan kegiatan yang bermanfaat dan berkesenian. “Tinggal isi wifi, saya yakin mereka akan tertarik untuk berkumpul di sini, dari pada nongkrongnya di pinggir jalan. Di satu sisi orang tua pun akan lebih mudah mengawasi. Tren anak muda milenial saat ini sangat haus akan informasi. Fasilitas internet akan menjawab keingintahuan mereka akan informasi, sehingga harapannya tiap wantilan di Jembrana bisa dilengkapi dengan wifi,” harapnya.
Dikatakannya, wantilan saat ini menjadi tren di desa pakraman di Jembrana. Hal itu telihat dengan banyaknya permohonan proposal pembangunan wantilan. Jadi setelah pembangunan pura terselesaikan, ada keinginan dari krama setempat untuk membangun wantilan. “Saya rasa itu baik sepanjang krama tidak merasa terbebani, namun didasari tulus ikhlas. Pemkab Jembrana juga siap memfasilitasi, termasuk memfasilitasi anggaran ke Pusat,” ungkapnya.
Bendesa Desa Pakraman Tuwed I Made Warken, memgatakan bangunan Wantilan Pura Puseh Desa Pakraman Tuwed mencapai seluas 22 meter x 17 meter. Pengerjaannya bertahapa dilakukan sejak 2014, dan sudah tuntas tahun 2018. Biaya pembangunan berasal dari berbagai pihak secara gotong royong, baik itu bantuan pemerintah, bansos, punia, serta iuran krama desa pakraman. *
Komentar