Penataan Drainase Perkotaan Butuh Dana Rp 15 Miliar
Pemkab Buleleng mulai serius menata drainase di wilayah Kota Singaraja, Kecamatan Buleleng, pasca dua kali diterjang banjir yang cukup parah.
Pasca Dua Kali Diterjang Banjir Parah
SINGARAJA,NusaBali
Diperkirakan penanangan itu membutuhkan anggaran sebesar Rp 15 miliar. Rencananya penanganan dilakukan dari hulu hingga hilir. ”Kita sudah petakan titik-titik pemicu luapan air. Dan DED (Detail Engineering Design) sudah kita buat. Semuanya sudah kita petakan dan termuat DED. Kebutuhan anggarannya sampai Rp 15 miliar,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Buleleng, Ketut Suparta Wijaya, yang dikonfirmasi Minggu (29/4).
Untuk diketahui, wilayah Kota Singaraja, dua kali diterjang banjir yang cukup parah, dalam kurun waktu tiga bulan di Tahun 2018. Banjir pertama terjadi pada, Jumat (26/1). Kejadian ini mengakibatkan hampir semua ruas jalan protokol tergenang air. Air juga meluap hingga menggenangi pemukiman warga di beberapa titik, seperti di Kawasan Jalan Putih, dan sebagian wilayah Desa Pemaron, serta Desa Baktiseraga. Kerugian ditaksir mencapai miliaran rupiah, karena selain mengakibatkan kerusakan bangunan rumah, dan kerusakan fasilitas sekolah, juga mengahayutkan harta benda seperti kendaraan, dan hewan ternak. Kejadian itu juga mengakibatkan tiga nyawa melayang karena tertimpa reruntuhan senderan.
Kemudian, selang dua bulan berikutnya, pada Kamis (22/3) malam, wilayah Kota Singaraja kembali diterjang banjir yang cukup parah. Kali ini, luapan air mengakibatkan permukiman di Kelurahan Kampung Anyar terendam. Beberapa warga sempat menyelamatikan diri dengan mengungsi ke tempat aman yakni di Arena. Dalam kejadian ini, dua nyawa juga melayang akibat disambar petir, meski lokasi kejadian berada di luar wilayah Kota Singaraja.
Kejadian banjir, yang menerjang wilayah Kota Singaraja secara beruntun dalam kurun waktu tiga bulan, disebabkan oleh carut marutnya drainase yang ada. Ukuran drainase yang berfungsi sebagai pembuangan kelebihan air sudah lama mengalami pendangkalan. Tidak hanya pendangkalan, dibeberapa titik ukuran drainase semakin menyempit oleh ulang pengembang, dan warga yang memanfaatkan sepadan drainase. Celakanya lagi, warga membuang sampah sembarangan hingga menyumbat drainase.
Kepala Dinas PUPR Ketut Suparta Wijaya mengatakan, penanganan nanti dengan menata drainase dibeberapa titik, baik yang ada di hulu mapun di hilir. Penataan itu dilakukan dengan membuat beberapa sodetan yang berfungsi sebagai dranase. Sodetan itu nanti menunju Tukad (Sungai) terdekat. Salah satunya, dalam penanganan di bagian hulu, sodetan dibuat di wilayah Desa Baktiseraga tepatnya di depan SPBU Baktiseraga. Sodetan itu menuju Tukad Banyumala yang ada di sebelah Timur. Demikian juga dengan di wilayah hilir tepatnya di kawasan Jalak Putih, juga dibuatkan sodetan yang menuju tukad terdekat. “Nanti sodetan itu di Desa Baktiseraga kita buat dibawah ruas jalan, ya semacam trowongan yang menuju Tukad Banyumala,” ungkapnya.
Menurut Suparta Wijaya, penanganan tersebut akan dimulai di tahun 2019. Pemerintah Pusat melalui Kementerian PU direnanakan menangani wilayah hilir tepatnya di kawasan Pemukiman Jalak Putih. Sedangkan Pemkab Buleleng melalui dana APBD, menangani di wilayah hulu. “Kebetulan, Direktur Kawasan Pemukiman, Dirjen Cipta Karya Kementerian PU, sudah meninjau lokasi penanganan drainase yang ada di wilayah Pemukiman Jalak Putih. Mudah-mudahan tahun depan sudah mendapat penanganan,” katanya.*k19
SINGARAJA,NusaBali
Diperkirakan penanangan itu membutuhkan anggaran sebesar Rp 15 miliar. Rencananya penanganan dilakukan dari hulu hingga hilir. ”Kita sudah petakan titik-titik pemicu luapan air. Dan DED (Detail Engineering Design) sudah kita buat. Semuanya sudah kita petakan dan termuat DED. Kebutuhan anggarannya sampai Rp 15 miliar,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Buleleng, Ketut Suparta Wijaya, yang dikonfirmasi Minggu (29/4).
Untuk diketahui, wilayah Kota Singaraja, dua kali diterjang banjir yang cukup parah, dalam kurun waktu tiga bulan di Tahun 2018. Banjir pertama terjadi pada, Jumat (26/1). Kejadian ini mengakibatkan hampir semua ruas jalan protokol tergenang air. Air juga meluap hingga menggenangi pemukiman warga di beberapa titik, seperti di Kawasan Jalan Putih, dan sebagian wilayah Desa Pemaron, serta Desa Baktiseraga. Kerugian ditaksir mencapai miliaran rupiah, karena selain mengakibatkan kerusakan bangunan rumah, dan kerusakan fasilitas sekolah, juga mengahayutkan harta benda seperti kendaraan, dan hewan ternak. Kejadian itu juga mengakibatkan tiga nyawa melayang karena tertimpa reruntuhan senderan.
Kemudian, selang dua bulan berikutnya, pada Kamis (22/3) malam, wilayah Kota Singaraja kembali diterjang banjir yang cukup parah. Kali ini, luapan air mengakibatkan permukiman di Kelurahan Kampung Anyar terendam. Beberapa warga sempat menyelamatikan diri dengan mengungsi ke tempat aman yakni di Arena. Dalam kejadian ini, dua nyawa juga melayang akibat disambar petir, meski lokasi kejadian berada di luar wilayah Kota Singaraja.
Kejadian banjir, yang menerjang wilayah Kota Singaraja secara beruntun dalam kurun waktu tiga bulan, disebabkan oleh carut marutnya drainase yang ada. Ukuran drainase yang berfungsi sebagai pembuangan kelebihan air sudah lama mengalami pendangkalan. Tidak hanya pendangkalan, dibeberapa titik ukuran drainase semakin menyempit oleh ulang pengembang, dan warga yang memanfaatkan sepadan drainase. Celakanya lagi, warga membuang sampah sembarangan hingga menyumbat drainase.
Kepala Dinas PUPR Ketut Suparta Wijaya mengatakan, penanganan nanti dengan menata drainase dibeberapa titik, baik yang ada di hulu mapun di hilir. Penataan itu dilakukan dengan membuat beberapa sodetan yang berfungsi sebagai dranase. Sodetan itu nanti menunju Tukad (Sungai) terdekat. Salah satunya, dalam penanganan di bagian hulu, sodetan dibuat di wilayah Desa Baktiseraga tepatnya di depan SPBU Baktiseraga. Sodetan itu menuju Tukad Banyumala yang ada di sebelah Timur. Demikian juga dengan di wilayah hilir tepatnya di kawasan Jalak Putih, juga dibuatkan sodetan yang menuju tukad terdekat. “Nanti sodetan itu di Desa Baktiseraga kita buat dibawah ruas jalan, ya semacam trowongan yang menuju Tukad Banyumala,” ungkapnya.
Menurut Suparta Wijaya, penanganan tersebut akan dimulai di tahun 2019. Pemerintah Pusat melalui Kementerian PU direnanakan menangani wilayah hilir tepatnya di kawasan Pemukiman Jalak Putih. Sedangkan Pemkab Buleleng melalui dana APBD, menangani di wilayah hulu. “Kebetulan, Direktur Kawasan Pemukiman, Dirjen Cipta Karya Kementerian PU, sudah meninjau lokasi penanganan drainase yang ada di wilayah Pemukiman Jalak Putih. Mudah-mudahan tahun depan sudah mendapat penanganan,” katanya.*k19
Komentar