Berpulang Sepekan Jelang Dapat Penghargaan Wija Kusuma
Selama sepekan dirawat di RSUD Buleleng, Made Ngurah ‘Susik’ Sadika selalu nengeluh ingin mati. Bahkan, almarhum sempat minta sang istri untuk kumpulkan keluarganya.
Seniman Bondres Made Ngurah ‘Susik’ Sadika Meninggal Akibat Gagal Ginjal, Diabetes, dan Jantung
SINGARAJA, NusaBali
Jagat kesenian Bali berduka menyusul berpulangnya maestro seni topeng bondres, I Made Ngurah ‘Susik’ Sadika, 54, Selasa (15/5) dinihari. Almarhum berpulang hanya sepekan sebelum dijadwalkan menerima penghargaan ‘Wija Kusuma’ dari Dinas Kebudayaan Buleleng, yang diagendakan pada Senin (21/5) depan.
Made Ngurah ‘Susik’ Sadika menghembuskan napas terakhir dalam perawatan di Ruang Flamboyan 2 RSUD Buleleng di Singaraja, Selasa dinihari pukul 04.00 Wita, akibat sakit komplikasi gagal ginjal, diabetes, dan jantung. Sebelum menghembuskan napas terakhir, Seniman bondres yang akrab dengan kalimat‘nyanan welange jak memek’ di atas panggung ini sempat selama sepekan dirawat di RSUD Buleleng, sejak dilarikan kembali oleh keluarganya ke rumah sakit, Rabu (9/5).
Ketika dilarikan ke rumah sakit, seniman bondres yang juga menjabat sebagai Kabid Pengembangan Perpustakaan dan Budaya Baca Dinas Arsip Daerah Kabupaten Buleleng ini dalam kondisi sangat lemah, karena sakit komplikasi gagal ginjal, diabetes, dan jantung. Susik yang masih menjalani proses cuci darah dua minggu sekali (Selasa dan Jumat) pun harus dirawat inap, sambil menunggu hasil uji laboratorium terbaru. Selama sepekan terakhir dirawat di RSUD Buleleng, dokter memberikan diagnose baru setelah mengetahui pemeriksaan uji laboratorium dan rontgen-nya.
Ternyata, selain harus menanggung sakit komplikasi yang dideritanya selama ini, Susik juga disebut mengalami anemia dan penyempitan syaraf di tulang belakang. Tak heran jika selama menjalani perawatan di RS, Sadik selalu mengeluh tidak kuat menanggung derita. Bahkan, berulang kali ayah dua anak dari pernikahannya dengan Ni Luh Rening ini mengeluh ingin mati. Keluhan itu kerap disampaikannya kepada sang istri dan kedua anaknya, I Gede Arya Darmadi, 27 (juga seniman bon-dres) dan Ni Made Ary Armini, 23.
Menurut sang istri, Luh Rening, sikap manja Susik juga selalu muncul slama sepekan dirawat di RS. Almarhum selalu minta istrinya tidur di sampingnya saat menjalani perawatan, juga selalu minta dikipasin dan kebutuhan lainnya. Sampai akhirnya Susik berpulang tanpa pamit, dinihari kemarin.
Dibilang berpulang tanpa pamit, karena Susik menghembuskan napas terakhir ketika sang istri, anak, dan kakaknya yang menunggui di rumah sakit sedang tertidur pulas. Dua jam sebelum meninggal, Susik sempat terbangun dan gelisah seraya meminta makan dan susu, sekitar pukul 02.00 Wita. Kepergian Susik baru disadari saat kakak perempuannya, Luh Lotrining, bangun dari tidur. Kala itu, Luh Lotrining menyaksikan adiknya sudah dalam keadaan kaku dengan sekujur tubuh sudah dingin.
“Padahal, saya tidur di sampig bapak (Susik, Red), tapi tidak merasa sama sekali saat dia pergi. Saya baru tahu setelah dibangunakna kakak ipar yang pertama kali terbangun sekitar pukul 05.00 Wita. Setelah dicek, memang sudah tidak ada sama sekali denyut nadi dan napasnya,” cerita Luh Rening dengan mata berkaca-kaca saat ditemui NusaBali di rumah duka yang berlokasi di Jalan Puri Kresna Gang V Singaraja kawasan Keluarahan Kendran, Kecamatan Buleleng, Selasa siang.
Inilah akhir penderitaan panjang Made Ngurah ‘Susik’ Sadika, yang harus rutin cuci darah karena divonis menderita gagal ginjal, sejak September 2017 lalu. Selain itu, Susik Bondres juga beberapa kali keluar masuk rumah sakit. Awalnya, seniman bondres asal Banjar Kelod Kauh, Desa Panji, Kecamatan Sukasada kelahiran Singaraja, 22 Agustus 1964, ini dilarikan ke RSUD Buleleng, 21 September 2017 malam. Sejak itu, Susik beberapa kali keluar masuk RS.
Penyakit gagal ginjal yang diderita Susik memang baru belakangan dike-tahui. Sebelumnya, Susik divonis dokter menderita penyakit kencing manis dan hipertensi sejak 2012. Pada 2015 lalu, Susik Bondres juga sempat menjalani operasi batu ginjal. Setelah sekian lama didera komplikasi, alumnus SMAN 1 Singaraja 1982 dan Jurusan Pendidikan Geografi IKIP Unud di Singaraja 1994 ini akhirnya berpulang buat selamanya.
Menurut Luh Rening, almarhum Susik sepertinya sudah mendapat isyarat untuk pulang ke pelukan Tuhan, dengan memberikan kode-kode kepada keluarganya. Sebab, selain selalu mengeluh ingin mati selama sepekan dirawat di RS, Susik juga sempat beberapa kali meminta sang istri untuk memanggilkan keluarganya. Dalam kepercayaan Bali, jika meminta keluarga berkumpul saat sakit, pertanda ajal akan menjemput.
Selain itu, Sadik juga berpesan kepada istrinya agar setelah meninggal kelak supaya disemayamkan di rumahnya di Jalan Puri Kresna Gang V Singaraja. Dalam wasiatnya, Susik tidak mau diabenkan secara massal. ”Sempat berpesan begitu, tapi bapak sering ngomong ngaur sejak sakit keras,” kenang Luh Rening.
Firasat buruk juga dialami kedua anaknya. Salah satunya, perlakukan Susik kepada anak gadisnya, Ni Made Ary Armini, Jumat (11/5) lalu. Saat itu, Ary Armini hendak berpamitan pergi ke Denpasar. Tiba-tiba, gadis bersioa 23 tahun ini diminta Susik untuk memeluk dan menciumnya. “Pas saya mau bernagkat ke Denpasar, tiba-tiba bapak ingin dipeluk, dicium. Katanya, ‘mik pok malu Dek’,” ungkap Ary Darmini kepada NusaBali, Selasa kemarin.
Nasihat sekaligus wasiat juga diturunkan Susik kepada anak sulungnya, Gede Arya Darmadi alias Cimcim. Pemuda berusia 27 tahun ini mendapat perintah dari Susik untuk meneruskan dan melestarikan kesenian bondres agar tetap dihati masyarakat. Saat ini, Cimcim sudah melanjutkan karaketer Susik dalam kesenian bondres yang ddulu dilakoni ayahnya. Cimcim menjadi pengganti sang ayah sejak Susik jatuh sakit, September 2017 lalu.
Sementara itu, jenazah Susik hingga saat ini masih disemayamkan di rumahnya kawasan Jalan Puri Kresna Gang V Singaraja. Rencananya, jenazah seniman bondres yang sempat menjabat sebagai Kabid Kesenian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Buleleng ini akan diabenkan keluarganya di Setra Desa Pakraman Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng pada Anggara Paing Sungsang, Selasa (22/5) depan. *k23
SINGARAJA, NusaBali
Jagat kesenian Bali berduka menyusul berpulangnya maestro seni topeng bondres, I Made Ngurah ‘Susik’ Sadika, 54, Selasa (15/5) dinihari. Almarhum berpulang hanya sepekan sebelum dijadwalkan menerima penghargaan ‘Wija Kusuma’ dari Dinas Kebudayaan Buleleng, yang diagendakan pada Senin (21/5) depan.
Made Ngurah ‘Susik’ Sadika menghembuskan napas terakhir dalam perawatan di Ruang Flamboyan 2 RSUD Buleleng di Singaraja, Selasa dinihari pukul 04.00 Wita, akibat sakit komplikasi gagal ginjal, diabetes, dan jantung. Sebelum menghembuskan napas terakhir, Seniman bondres yang akrab dengan kalimat‘nyanan welange jak memek’ di atas panggung ini sempat selama sepekan dirawat di RSUD Buleleng, sejak dilarikan kembali oleh keluarganya ke rumah sakit, Rabu (9/5).
Ketika dilarikan ke rumah sakit, seniman bondres yang juga menjabat sebagai Kabid Pengembangan Perpustakaan dan Budaya Baca Dinas Arsip Daerah Kabupaten Buleleng ini dalam kondisi sangat lemah, karena sakit komplikasi gagal ginjal, diabetes, dan jantung. Susik yang masih menjalani proses cuci darah dua minggu sekali (Selasa dan Jumat) pun harus dirawat inap, sambil menunggu hasil uji laboratorium terbaru. Selama sepekan terakhir dirawat di RSUD Buleleng, dokter memberikan diagnose baru setelah mengetahui pemeriksaan uji laboratorium dan rontgen-nya.
Ternyata, selain harus menanggung sakit komplikasi yang dideritanya selama ini, Susik juga disebut mengalami anemia dan penyempitan syaraf di tulang belakang. Tak heran jika selama menjalani perawatan di RS, Sadik selalu mengeluh tidak kuat menanggung derita. Bahkan, berulang kali ayah dua anak dari pernikahannya dengan Ni Luh Rening ini mengeluh ingin mati. Keluhan itu kerap disampaikannya kepada sang istri dan kedua anaknya, I Gede Arya Darmadi, 27 (juga seniman bon-dres) dan Ni Made Ary Armini, 23.
Menurut sang istri, Luh Rening, sikap manja Susik juga selalu muncul slama sepekan dirawat di RS. Almarhum selalu minta istrinya tidur di sampingnya saat menjalani perawatan, juga selalu minta dikipasin dan kebutuhan lainnya. Sampai akhirnya Susik berpulang tanpa pamit, dinihari kemarin.
Dibilang berpulang tanpa pamit, karena Susik menghembuskan napas terakhir ketika sang istri, anak, dan kakaknya yang menunggui di rumah sakit sedang tertidur pulas. Dua jam sebelum meninggal, Susik sempat terbangun dan gelisah seraya meminta makan dan susu, sekitar pukul 02.00 Wita. Kepergian Susik baru disadari saat kakak perempuannya, Luh Lotrining, bangun dari tidur. Kala itu, Luh Lotrining menyaksikan adiknya sudah dalam keadaan kaku dengan sekujur tubuh sudah dingin.
“Padahal, saya tidur di sampig bapak (Susik, Red), tapi tidak merasa sama sekali saat dia pergi. Saya baru tahu setelah dibangunakna kakak ipar yang pertama kali terbangun sekitar pukul 05.00 Wita. Setelah dicek, memang sudah tidak ada sama sekali denyut nadi dan napasnya,” cerita Luh Rening dengan mata berkaca-kaca saat ditemui NusaBali di rumah duka yang berlokasi di Jalan Puri Kresna Gang V Singaraja kawasan Keluarahan Kendran, Kecamatan Buleleng, Selasa siang.
Inilah akhir penderitaan panjang Made Ngurah ‘Susik’ Sadika, yang harus rutin cuci darah karena divonis menderita gagal ginjal, sejak September 2017 lalu. Selain itu, Susik Bondres juga beberapa kali keluar masuk rumah sakit. Awalnya, seniman bondres asal Banjar Kelod Kauh, Desa Panji, Kecamatan Sukasada kelahiran Singaraja, 22 Agustus 1964, ini dilarikan ke RSUD Buleleng, 21 September 2017 malam. Sejak itu, Susik beberapa kali keluar masuk RS.
Penyakit gagal ginjal yang diderita Susik memang baru belakangan dike-tahui. Sebelumnya, Susik divonis dokter menderita penyakit kencing manis dan hipertensi sejak 2012. Pada 2015 lalu, Susik Bondres juga sempat menjalani operasi batu ginjal. Setelah sekian lama didera komplikasi, alumnus SMAN 1 Singaraja 1982 dan Jurusan Pendidikan Geografi IKIP Unud di Singaraja 1994 ini akhirnya berpulang buat selamanya.
Menurut Luh Rening, almarhum Susik sepertinya sudah mendapat isyarat untuk pulang ke pelukan Tuhan, dengan memberikan kode-kode kepada keluarganya. Sebab, selain selalu mengeluh ingin mati selama sepekan dirawat di RS, Susik juga sempat beberapa kali meminta sang istri untuk memanggilkan keluarganya. Dalam kepercayaan Bali, jika meminta keluarga berkumpul saat sakit, pertanda ajal akan menjemput.
Selain itu, Sadik juga berpesan kepada istrinya agar setelah meninggal kelak supaya disemayamkan di rumahnya di Jalan Puri Kresna Gang V Singaraja. Dalam wasiatnya, Susik tidak mau diabenkan secara massal. ”Sempat berpesan begitu, tapi bapak sering ngomong ngaur sejak sakit keras,” kenang Luh Rening.
Firasat buruk juga dialami kedua anaknya. Salah satunya, perlakukan Susik kepada anak gadisnya, Ni Made Ary Armini, Jumat (11/5) lalu. Saat itu, Ary Armini hendak berpamitan pergi ke Denpasar. Tiba-tiba, gadis bersioa 23 tahun ini diminta Susik untuk memeluk dan menciumnya. “Pas saya mau bernagkat ke Denpasar, tiba-tiba bapak ingin dipeluk, dicium. Katanya, ‘mik pok malu Dek’,” ungkap Ary Darmini kepada NusaBali, Selasa kemarin.
Nasihat sekaligus wasiat juga diturunkan Susik kepada anak sulungnya, Gede Arya Darmadi alias Cimcim. Pemuda berusia 27 tahun ini mendapat perintah dari Susik untuk meneruskan dan melestarikan kesenian bondres agar tetap dihati masyarakat. Saat ini, Cimcim sudah melanjutkan karaketer Susik dalam kesenian bondres yang ddulu dilakoni ayahnya. Cimcim menjadi pengganti sang ayah sejak Susik jatuh sakit, September 2017 lalu.
Sementara itu, jenazah Susik hingga saat ini masih disemayamkan di rumahnya kawasan Jalan Puri Kresna Gang V Singaraja. Rencananya, jenazah seniman bondres yang sempat menjabat sebagai Kabid Kesenian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Buleleng ini akan diabenkan keluarganya di Setra Desa Pakraman Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng pada Anggara Paing Sungsang, Selasa (22/5) depan. *k23
Komentar