Duet Klungkung-Jembrana Tembus Paskibraka Nasional
Dua siswa-siswi terbaik Bali, Sang Putu Hendra Aditya Jyoty, 16 (SMAN 1 Semarapura, Klungkung) dan Ni Putu Sukma Dewi Widiyanti, 16 (SMAN 2 Negara, Jembrana) terpilih mewakili Bali sebagai Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Nasional, 17 Agustus 2018.
DENPASAR, NusaBali
Mereka masing-masing menjadi yang terbaik di bagian putra dan putri dalam seleksi Paskibraka tingkat Provinsi Bali di GOR Lila Buana Denpasar, 16-18 Mei 2018.Sebagai wakil Bali, Sang Putu Hendra Aditya Jyoty dan Ni Putu Sukma Dewi Widiyanti nantinya akan bergabung dengan 66 siswa-siswi dari 33 provinsi lainnya se-Indonesia untuk bertugas dalam upacara ‘Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI’, 17 Agustus 2018, di Istana Negara Jakarta. Mereka mengikuti jejak pendahulunya, I Komang Aji Tegak Sidiman, 17 (SMKN Bali Mandara Buleleng) dan Ni Kadek Natalia Maharani, 16 (SMAN 1 Pekutatan, Jembrana), yang mewakili Bali ke Paskibraka Nasional 2017 lalu.
Proses seleksi Paskibraka tingkat Provinsi Bali yang meloloskan duet Hendra Aditya dan Sukma Dewi ini diikuti 90 siswa dari 9 kabupaten/kota se-Bali. Masing-masing daerah mengirimkan 10 wakil (5 pasangan pura-putri). Dalam seleksi selama tiga hari itu, baik Hendra Aditya maupun Sukma Dewi meraih nilai tertinggi di kelompok putra dan putri, menyisihkan 88 peserta lainnnya.
Setelah melewati berbagai macam seleksi berupa tes kesehatan, Peraturan Baris Berbaris (PBB), samapta jasmani, psikotes, pengetahuan umum, dan sesi wawancara, Hendra Aditya meraih nilai 814,6 untuk menjuarai kepompok putra, sedangkan Sukma Dewi juarai kelompok putri dengan nilai 800,1. Namun, panitia seleksi tetap menyediakan cadangan, yakni pasangan peraih nilai tertinggi kedua untuk kelompok putra dan putri. Pasangan cadangan Paskibraka Nasional 2018 dari Bali ini adalah I Kadek Wira Pradana (SMAN 1 Mengwi, Badung/nilai 809,8) dan Ni Made Putri Intan Indraswari (SMAN 1 Tabanan/nilai 799,2).
Sukma Dewi mengaku tak menyangka bisa lolos ke Paskibraka Nasional. Apalagi, dia awalnya pesimistis dan sempat down saat melihat kondisi fisik peserta lainnya yang jauh lebih bagus. “Awalnya saya kira tidak akan lolos, karena mental saya cepat down. Apalagi begitu melihat postur-postur tubuh dari peserta lain. Tapi, ternyata sangat jauh dari bayangan. Ini surprise,” tutur dara asal asal Desa Banyu Biru, Kecamatan Negara, Jembrana yang memiliki tinggi badan 169 cm dengan berat 65 cm ini kepada NusaBali, Jumat kemarin.
Beruntung, Sukma Dewi mendapat dukungan dari teman-temannya untuk tetap fokus hingga seleksi berakhir. Dia juga teringat akan dukungan penuh dari kedua orangtuanya, I Ketut Widiastawa dan Ni Made Purni Astini, sehingga terpacu untuk menjadi yang terbaik. Sukma Dewi banyak terbantu oleh pengalamannya ikut gerak jalan tingkat kabupaten, lomba ketangkasan baris berbaris, dan lomba tata upacara bendera.
“Saya sangat bersyukur bisa sampai tahap ini karena banyak yang mendukung saya, terutama orangtua. Saya tidak akan menyia-nyiakannya. Saya sudah berjanji, bila mampu sampai tahap ini, saya akan berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Sebelumnya saya orangnya malas,” tutur teruni kelahiran Negara, 16 Juni 2002 ini.
Paparan hampir senada juga disampaikan Hendra Aditya. Teruna asal Banjar Gingsir, Desa Akah, Kecamatan Klungkung ini mengaku sangat mendambakan bisa bergabung menjadi pasukan pengibar bendera. Dia termotivasi mengikuti jejak kakak kelasnya, I Komang Arya Ananta Setyawan, siswa SMAN 1 Semarapura yang menjadi wakil Bali ke Paskibraka Nasional 2016. Hendra Aditya pun banyak mendapatkan masukan dari Arya Ananta dan Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Kabupaten Klungkung.
“Dari SMP saya memang pengin banget bisa ikut Paskibraka. Karena melihat kakak kelas saya juga pernah ke tingkat nasional tahun 2016, saya lebih termotivasi lagi. Saya dapat banyak saran dan dukungan. Karena itu, saya berjuang untuk bisa maksimal dalam seleksi ini,” tutur teruna kelahiran 5 Agustus 2002 yang memiliki berat badan 175 cm dengan berat 71 kg ini.
Anak tunggal pasutri Sang Putu Suweta dan Ni Ketut Sukerti ini mengungkapkan, banyak persiapan yang dia lakukan. Untuk persiapan fisik, Hendra Aditya memiliki modal cukup kuat, karena dia sendiri adalah seorang atlet bulutangkis sejak tahun 2012 dan selalu mewakili Kabupaten Klungkung di ajang Porsenijar. Tantangan berat juga harus diputuskan Hendra Aditya, karena Juni depan dia harus ikut Porsenijar Bali 2018, membela kontingen Klungkung. Sebulan berikutnya, Juli 2018, dia harus menjalani gemblengan ala militer di camp Paskibraka kawasan Cibubur, Jakarta Timur. “Saya akan coba fokus satu-satu. Untuk saat ini, saya akan fokus ke Porsenijar. Setelah Porsenijar selesai, baru fokus ke Paskibra,” tandasnya. *ind
Mereka masing-masing menjadi yang terbaik di bagian putra dan putri dalam seleksi Paskibraka tingkat Provinsi Bali di GOR Lila Buana Denpasar, 16-18 Mei 2018.Sebagai wakil Bali, Sang Putu Hendra Aditya Jyoty dan Ni Putu Sukma Dewi Widiyanti nantinya akan bergabung dengan 66 siswa-siswi dari 33 provinsi lainnya se-Indonesia untuk bertugas dalam upacara ‘Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI’, 17 Agustus 2018, di Istana Negara Jakarta. Mereka mengikuti jejak pendahulunya, I Komang Aji Tegak Sidiman, 17 (SMKN Bali Mandara Buleleng) dan Ni Kadek Natalia Maharani, 16 (SMAN 1 Pekutatan, Jembrana), yang mewakili Bali ke Paskibraka Nasional 2017 lalu.
Proses seleksi Paskibraka tingkat Provinsi Bali yang meloloskan duet Hendra Aditya dan Sukma Dewi ini diikuti 90 siswa dari 9 kabupaten/kota se-Bali. Masing-masing daerah mengirimkan 10 wakil (5 pasangan pura-putri). Dalam seleksi selama tiga hari itu, baik Hendra Aditya maupun Sukma Dewi meraih nilai tertinggi di kelompok putra dan putri, menyisihkan 88 peserta lainnnya.
Setelah melewati berbagai macam seleksi berupa tes kesehatan, Peraturan Baris Berbaris (PBB), samapta jasmani, psikotes, pengetahuan umum, dan sesi wawancara, Hendra Aditya meraih nilai 814,6 untuk menjuarai kepompok putra, sedangkan Sukma Dewi juarai kelompok putri dengan nilai 800,1. Namun, panitia seleksi tetap menyediakan cadangan, yakni pasangan peraih nilai tertinggi kedua untuk kelompok putra dan putri. Pasangan cadangan Paskibraka Nasional 2018 dari Bali ini adalah I Kadek Wira Pradana (SMAN 1 Mengwi, Badung/nilai 809,8) dan Ni Made Putri Intan Indraswari (SMAN 1 Tabanan/nilai 799,2).
Sukma Dewi mengaku tak menyangka bisa lolos ke Paskibraka Nasional. Apalagi, dia awalnya pesimistis dan sempat down saat melihat kondisi fisik peserta lainnya yang jauh lebih bagus. “Awalnya saya kira tidak akan lolos, karena mental saya cepat down. Apalagi begitu melihat postur-postur tubuh dari peserta lain. Tapi, ternyata sangat jauh dari bayangan. Ini surprise,” tutur dara asal asal Desa Banyu Biru, Kecamatan Negara, Jembrana yang memiliki tinggi badan 169 cm dengan berat 65 cm ini kepada NusaBali, Jumat kemarin.
Beruntung, Sukma Dewi mendapat dukungan dari teman-temannya untuk tetap fokus hingga seleksi berakhir. Dia juga teringat akan dukungan penuh dari kedua orangtuanya, I Ketut Widiastawa dan Ni Made Purni Astini, sehingga terpacu untuk menjadi yang terbaik. Sukma Dewi banyak terbantu oleh pengalamannya ikut gerak jalan tingkat kabupaten, lomba ketangkasan baris berbaris, dan lomba tata upacara bendera.
“Saya sangat bersyukur bisa sampai tahap ini karena banyak yang mendukung saya, terutama orangtua. Saya tidak akan menyia-nyiakannya. Saya sudah berjanji, bila mampu sampai tahap ini, saya akan berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Sebelumnya saya orangnya malas,” tutur teruni kelahiran Negara, 16 Juni 2002 ini.
Paparan hampir senada juga disampaikan Hendra Aditya. Teruna asal Banjar Gingsir, Desa Akah, Kecamatan Klungkung ini mengaku sangat mendambakan bisa bergabung menjadi pasukan pengibar bendera. Dia termotivasi mengikuti jejak kakak kelasnya, I Komang Arya Ananta Setyawan, siswa SMAN 1 Semarapura yang menjadi wakil Bali ke Paskibraka Nasional 2016. Hendra Aditya pun banyak mendapatkan masukan dari Arya Ananta dan Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Kabupaten Klungkung.
“Dari SMP saya memang pengin banget bisa ikut Paskibraka. Karena melihat kakak kelas saya juga pernah ke tingkat nasional tahun 2016, saya lebih termotivasi lagi. Saya dapat banyak saran dan dukungan. Karena itu, saya berjuang untuk bisa maksimal dalam seleksi ini,” tutur teruna kelahiran 5 Agustus 2002 yang memiliki berat badan 175 cm dengan berat 71 kg ini.
Anak tunggal pasutri Sang Putu Suweta dan Ni Ketut Sukerti ini mengungkapkan, banyak persiapan yang dia lakukan. Untuk persiapan fisik, Hendra Aditya memiliki modal cukup kuat, karena dia sendiri adalah seorang atlet bulutangkis sejak tahun 2012 dan selalu mewakili Kabupaten Klungkung di ajang Porsenijar. Tantangan berat juga harus diputuskan Hendra Aditya, karena Juni depan dia harus ikut Porsenijar Bali 2018, membela kontingen Klungkung. Sebulan berikutnya, Juli 2018, dia harus menjalani gemblengan ala militer di camp Paskibraka kawasan Cibubur, Jakarta Timur. “Saya akan coba fokus satu-satu. Untuk saat ini, saya akan fokus ke Porsenijar. Setelah Porsenijar selesai, baru fokus ke Paskibra,” tandasnya. *ind
Komentar