Mantan Sekjen Peradah Nyaleg Lewat PDIP
Mantan Sekjen DPN Peradah Indonesia, I Ketut Guna Artha maju sebagai calon anggota legislative (Caleg) DPR RI melalui PDIP.
JAKARTA, NusaBali
Guna Artha mengatakan, ia mengembalikan formulir pendaftaran pada, Jumat (11/5) lalu. Ia memilih daerah pemilihan Sulawesi Tenggara (Sultra). Bagi Guna Artha ini merupakan kedua kalinya ia mencalonkan diri dari PDIP.
"Di Pileg 2014 saya memilih Bali sebagai dapil, tetapi partai menugaskan saya maju dari dapil Sultra. Itu saya laksanakan dengan sepenuh hati," ujar Guna Artha kepada NusaBali, Minggu (13/5). Pileg 2014 menjadi pengalaman baginya. Ia bertemu dengan para transmigran Bali di sana. Plus bertemu masyarakat setempat sehingga menambah saudara dari berbagai ragam suku.
Ia pun sering bolak balik ke Sultra ketimbang Bali sehingga merasa Sultra adalah kampung keduanya. Bahkan ia memiliki orangtua angkat di Muna. Bersama orangtua angkatnya, ia merintis pemanfaatan lahan tidur untuk Hutan Tanaman Rakyat yang memberdayakan masyarakat setempat. Kemudian melakukan pendampingan-pedampingan ketika ada aspirasi daerah yang mereka harapkan untuk daerah. Tak ketinggalan, terlibat dalam pemenangan pilkada serentak 2015 dan 2017 di sana.
"Atas dasar itu, rasanya saya sudah menjadi bagian dari Sulawesi Tenggara dan saya memilih dapil tersebut," kata Guna Artha. Memang, lanjut Guna Artha, saat ini masih dalam tahap penjaringan internal. Ia pun menyerahkan sepenuhnya ke DPP PDIP akan merekomendasikan di mana.
Sebagai kader ia siap ditempatkan di mana saja. "Saya sadar bahwa dalam hidup pasti ada kompetisi. Begitupula dalam tahapan penjaringan caleg di internal partai. Setelah ditetapkan oleh KPU, kompetisi juga berlanjut memperebutkan suara rakyat. Namun saya optimis di 2019 nanti lolos," katanya.
Bagi Guna Artha, nyaleg bukan seperti jualan kecap yang banyak beretorika. Kata Bung Karno, imbuh Guna Artha, politik itu kekuasaan yang berpijak pada ide. Politik itu berproses, kesesuaian antara pikiran, ucapan dan tindakan. Ada idealisme, ada dedikasi, ada rekam jejak. Dari rekam jejak, rakyat bisa menilai komitmen, konsistensi dan visi seseorang. "Yang jelas saya siap bekerja, bukan baru belajar kerja. Saya mendirikan ormas Banteng Indonesia 2011, relawan Jangkar Jokowi 2014, Koperasi dan Yayasan sebagai implementasi Trisakti Bung Karno," paparnya. *k22
Guna Artha mengatakan, ia mengembalikan formulir pendaftaran pada, Jumat (11/5) lalu. Ia memilih daerah pemilihan Sulawesi Tenggara (Sultra). Bagi Guna Artha ini merupakan kedua kalinya ia mencalonkan diri dari PDIP.
"Di Pileg 2014 saya memilih Bali sebagai dapil, tetapi partai menugaskan saya maju dari dapil Sultra. Itu saya laksanakan dengan sepenuh hati," ujar Guna Artha kepada NusaBali, Minggu (13/5). Pileg 2014 menjadi pengalaman baginya. Ia bertemu dengan para transmigran Bali di sana. Plus bertemu masyarakat setempat sehingga menambah saudara dari berbagai ragam suku.
Ia pun sering bolak balik ke Sultra ketimbang Bali sehingga merasa Sultra adalah kampung keduanya. Bahkan ia memiliki orangtua angkat di Muna. Bersama orangtua angkatnya, ia merintis pemanfaatan lahan tidur untuk Hutan Tanaman Rakyat yang memberdayakan masyarakat setempat. Kemudian melakukan pendampingan-pedampingan ketika ada aspirasi daerah yang mereka harapkan untuk daerah. Tak ketinggalan, terlibat dalam pemenangan pilkada serentak 2015 dan 2017 di sana.
"Atas dasar itu, rasanya saya sudah menjadi bagian dari Sulawesi Tenggara dan saya memilih dapil tersebut," kata Guna Artha. Memang, lanjut Guna Artha, saat ini masih dalam tahap penjaringan internal. Ia pun menyerahkan sepenuhnya ke DPP PDIP akan merekomendasikan di mana.
Sebagai kader ia siap ditempatkan di mana saja. "Saya sadar bahwa dalam hidup pasti ada kompetisi. Begitupula dalam tahapan penjaringan caleg di internal partai. Setelah ditetapkan oleh KPU, kompetisi juga berlanjut memperebutkan suara rakyat. Namun saya optimis di 2019 nanti lolos," katanya.
Bagi Guna Artha, nyaleg bukan seperti jualan kecap yang banyak beretorika. Kata Bung Karno, imbuh Guna Artha, politik itu kekuasaan yang berpijak pada ide. Politik itu berproses, kesesuaian antara pikiran, ucapan dan tindakan. Ada idealisme, ada dedikasi, ada rekam jejak. Dari rekam jejak, rakyat bisa menilai komitmen, konsistensi dan visi seseorang. "Yang jelas saya siap bekerja, bukan baru belajar kerja. Saya mendirikan ormas Banteng Indonesia 2011, relawan Jangkar Jokowi 2014, Koperasi dan Yayasan sebagai implementasi Trisakti Bung Karno," paparnya. *k22
Komentar