Forum Anak Daerah Bali Tolak Jadi Target Industri Rokok
Forum Anak Daerah (FAD) Bali menyuarakan aspirasi mereka di Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS) di Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala, Denpasar, Minggu (10/6).
DENPASAR, NusaBali
Dalam pernyataan sikap, mereka secara tegas menolak dijadikan target hegemoni industri rokok dan mendesak Pemerintah RI untuk segera mengaksesi FCTC (Framework Convention on Tobacco Control). Aspirasi tersebut secara lugas disampaikan oleh Laras, salah seorang anggota FAD Bali. Dalam orasinya, Laras menginformasikan bahwa saat ini kelompok anak-anak dan remaja tengah menjadi target industri rokok. Salah satu indikatornya adalah makin gercarnya penayangan iklan rokok di berbagai media.
Untuk itu, ia mengingatkan para remaja agar jangan sampai tergoda untuk mencoba menjadi perokok. “Kita harus berani menolak dijadikan korban rokok,” tandasnya. Agar anak-anak dan generasi muda Indonesia terhindar dari rokok, FAD Bali mendesak Pemerintah RI agar segera mengaksesi FCTC.
Laras menerangkan, FCTC merupakan perjanjian internasional tentang kesehatan masyarakat yang dibahas dan disepakati oleh negara-negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). FCTC bertujuan melindungi generasi masa kini dan masa mendatang dari dampak konsumsi rokok dan paparan asap rokok. Salah satu yang diatur dalam FCTC adalah upaya pengendalian tembakau.
Sayangnya, karena sejumlah pertimbangan, hingga kini Pemerintah RI belum mengaksesi perjanjian internasional tersebut. Menurut Laras, pemerintah sejatinya tak perlu banyak pertimbangan untuk segera mengambil keputusan mengaksesi FCTC. Jika yang dijadikan pertimbangan adalah besarnya cukai rokok yang masuk ke kas negara, Laras menilai hal itu sangat tidak tepat. “Karena jumlah cukai rokok yang masuk ke kas negara 4 kali lebih kecil dibandingkan kerugian yang ditimbulkan,” bebernya.
Selain tampil berorasi, anak-anak yang tergabung dalam FAD Bali juga membacakan Deklarasi Anak Muda Indonesia Untuk FCTC. Dalam deklarasi, mereka mendukung Indonesia segera mengaksesi FCTC dan menolak RUU Pertembakauan. Selain itu, mereka juga menolak menjadi target industri rokok serta mengajak seluruh anak muda berkolaborasi dan besinergi untuk mengakhiri hegemoni industri rokok di Indonesia. Di akhir deklarasi, anak muda yang tergabung dalam FAD Bali juga mendaulat Gubernur Bali, Made Mangku Pastika untuk menghancurkan sebuah papan yang disimbolkan sebagai rokok.
Gubernur Pastika menyampaikan aspirasi atas keberanian yang ditunjukkan oleh anak muda yang tergabung dalam FAD Bali. “Kalian anak-anak yang hebat dan calon-calon pemimpin. Saya mendukung kalian untuk melawan hegemoni industri rokok,” ujarnya. Meskipun, ujar Pastika, hal itu bukanlah sesuatu yang mudah dan sederhana. Bahkan ia mengibaratkan industri rokok seperti raksasa penghisap darah. Meski tak mudah, dengan gerakan yang masif, dia yakin konsumsi rokok bisa dikendalikan dan tak menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda.
Ia pun sependapat kalau alasan ekonomi tak bisa dijadikan pertimbangan untuk melegalkan hegemoni industri rokok. “Buat apa dapat manfaat ekonomi, namun meracuni masyarakat khususnya kalangan generasi muda,” imbuhnya. Menurut Pastika, selain berdampak buruk pada kesehatan, rokok juga merupakan pintu gerbang penggunaan narkoba. *
Dalam pernyataan sikap, mereka secara tegas menolak dijadikan target hegemoni industri rokok dan mendesak Pemerintah RI untuk segera mengaksesi FCTC (Framework Convention on Tobacco Control). Aspirasi tersebut secara lugas disampaikan oleh Laras, salah seorang anggota FAD Bali. Dalam orasinya, Laras menginformasikan bahwa saat ini kelompok anak-anak dan remaja tengah menjadi target industri rokok. Salah satu indikatornya adalah makin gercarnya penayangan iklan rokok di berbagai media.
Untuk itu, ia mengingatkan para remaja agar jangan sampai tergoda untuk mencoba menjadi perokok. “Kita harus berani menolak dijadikan korban rokok,” tandasnya. Agar anak-anak dan generasi muda Indonesia terhindar dari rokok, FAD Bali mendesak Pemerintah RI agar segera mengaksesi FCTC.
Laras menerangkan, FCTC merupakan perjanjian internasional tentang kesehatan masyarakat yang dibahas dan disepakati oleh negara-negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). FCTC bertujuan melindungi generasi masa kini dan masa mendatang dari dampak konsumsi rokok dan paparan asap rokok. Salah satu yang diatur dalam FCTC adalah upaya pengendalian tembakau.
Sayangnya, karena sejumlah pertimbangan, hingga kini Pemerintah RI belum mengaksesi perjanjian internasional tersebut. Menurut Laras, pemerintah sejatinya tak perlu banyak pertimbangan untuk segera mengambil keputusan mengaksesi FCTC. Jika yang dijadikan pertimbangan adalah besarnya cukai rokok yang masuk ke kas negara, Laras menilai hal itu sangat tidak tepat. “Karena jumlah cukai rokok yang masuk ke kas negara 4 kali lebih kecil dibandingkan kerugian yang ditimbulkan,” bebernya.
Selain tampil berorasi, anak-anak yang tergabung dalam FAD Bali juga membacakan Deklarasi Anak Muda Indonesia Untuk FCTC. Dalam deklarasi, mereka mendukung Indonesia segera mengaksesi FCTC dan menolak RUU Pertembakauan. Selain itu, mereka juga menolak menjadi target industri rokok serta mengajak seluruh anak muda berkolaborasi dan besinergi untuk mengakhiri hegemoni industri rokok di Indonesia. Di akhir deklarasi, anak muda yang tergabung dalam FAD Bali juga mendaulat Gubernur Bali, Made Mangku Pastika untuk menghancurkan sebuah papan yang disimbolkan sebagai rokok.
Gubernur Pastika menyampaikan aspirasi atas keberanian yang ditunjukkan oleh anak muda yang tergabung dalam FAD Bali. “Kalian anak-anak yang hebat dan calon-calon pemimpin. Saya mendukung kalian untuk melawan hegemoni industri rokok,” ujarnya. Meskipun, ujar Pastika, hal itu bukanlah sesuatu yang mudah dan sederhana. Bahkan ia mengibaratkan industri rokok seperti raksasa penghisap darah. Meski tak mudah, dengan gerakan yang masif, dia yakin konsumsi rokok bisa dikendalikan dan tak menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda.
Ia pun sependapat kalau alasan ekonomi tak bisa dijadikan pertimbangan untuk melegalkan hegemoni industri rokok. “Buat apa dapat manfaat ekonomi, namun meracuni masyarakat khususnya kalangan generasi muda,” imbuhnya. Menurut Pastika, selain berdampak buruk pada kesehatan, rokok juga merupakan pintu gerbang penggunaan narkoba. *
Komentar