Dijodohkan, Teknisi PLN Gantung Diri
Hendak dijodohkan orangtuanya, Angga Risty Pratama (24), teknisi PLN ditemukan tewas gantung diri di kamar kosnya di Ploso Timur Gang 33, Kelurahan Pacarkembang, Tambaksari Surabaya. Pria kelahiran Srengat, Blitar 24 tahun lalu itu ditemukan sudah tak bernyawa sekitar pukul 07.30 WIB.
SURABAYA, NusaBali
Kapolsek Tambaksari Kompol Suprayitno mengatakan berdasarkan keterangan saksi, awalnya sekitar 3 hari lalu korban sempat bertemu kedua orangtuanya untuk membahas perjodohan. "Korban sempat ketemu orang tuanya untuk membahas perjodohan atas pilihan orang tuanya. Namun kedua orang tua disuruh kembali. Hingga batas waktu yang ditentukan korban tidak kembali pulang," kata Suprayitno kepada wartawan di Polsek Tambaksari, Rabu (25/7).
Ayah Angga, Muhammad Karli (48) menceritakan sebelum meninggal, putranya sempat mengirim pesan singkat. Dalam pesan itu, ia mengaku tidak bisa pulang ke Srengat, Blitar untuk mengikuti latihan akad nikah (rapak) di KUA Blitar yang sedianya akan dilaksanakan pada 30 Juli 2018.
"Sepurane bu aku gak isok balik. Ojok sms ojok telpon disek hapeku tak pateni. (Mohon maaf bu aku tidak bisa pulang. Jangan SMS, jangan telepon dulu handphone saya matikan, red)," ungkap Karli kepada wartawan di Polsek Tambaksari, Rabu (25/7).
Karena Angga tak kunjung datang, Karli (48) dan Sulastri (41) memutuskan mendatangi tempat kos anaknya. Namun saat mendatangi kos, pintu kamar terkunci rapat.
"Kemudian ibunya mencari-cari dan sempat melihat lewat sela-sela jendela. Ibunya mendapati anaknya dalam kondisi gantung diri. Setelah itu mereka langsung melapor ke kantor polisi," ungkap Suprayitno seperti dilansir detik.
Polisi yang mendapatkan laporan langsung mendatangi lokasi. "Kami masuk dan disaksikan kedua orang tua korban dan perangkat kelurahan. Setelah dicek tidak ada tanda-tanda penganiayaan. Sedangkan simpul talinya simpul hidup. Tangga yang digunakan naik juga berada di lokasi dan ada tanda-tanda terpleset di tembok," ungkap Suprayitno.
Untuk motif, polisi masih melakukan pendalam dan menunggu hasil outopsi. "Kami masih dalami. Nantinya data-data yang kami miliki akan kita kroscek dengan hasil autopsi," ujar Suprayitno.
Sementara itu, ayah korban, Karli membenarkan jika sebelum meninggal korban sempat bertemu dengan orang tuanya untuk membahas perjodohan. "Iya akan dijodohkan. Tapi tidak menolak. Sebelumnya saya telpon dan SMS tidak bales sama sekali. Jadi kami khawatir, kami nyusul ke sini," kata Karli.
Karli juga menceritakan jika anak kandungnya tersebut berkepribadian tertutup. Angga juga sudah lima tahun tinggal di surabaya. "Anaknya itu sensitif dan kalau ada apa-apa ndak mau cerita, dipendam sendiri," tandasnya. *
Kapolsek Tambaksari Kompol Suprayitno mengatakan berdasarkan keterangan saksi, awalnya sekitar 3 hari lalu korban sempat bertemu kedua orangtuanya untuk membahas perjodohan. "Korban sempat ketemu orang tuanya untuk membahas perjodohan atas pilihan orang tuanya. Namun kedua orang tua disuruh kembali. Hingga batas waktu yang ditentukan korban tidak kembali pulang," kata Suprayitno kepada wartawan di Polsek Tambaksari, Rabu (25/7).
Ayah Angga, Muhammad Karli (48) menceritakan sebelum meninggal, putranya sempat mengirim pesan singkat. Dalam pesan itu, ia mengaku tidak bisa pulang ke Srengat, Blitar untuk mengikuti latihan akad nikah (rapak) di KUA Blitar yang sedianya akan dilaksanakan pada 30 Juli 2018.
"Sepurane bu aku gak isok balik. Ojok sms ojok telpon disek hapeku tak pateni. (Mohon maaf bu aku tidak bisa pulang. Jangan SMS, jangan telepon dulu handphone saya matikan, red)," ungkap Karli kepada wartawan di Polsek Tambaksari, Rabu (25/7).
Karena Angga tak kunjung datang, Karli (48) dan Sulastri (41) memutuskan mendatangi tempat kos anaknya. Namun saat mendatangi kos, pintu kamar terkunci rapat.
"Kemudian ibunya mencari-cari dan sempat melihat lewat sela-sela jendela. Ibunya mendapati anaknya dalam kondisi gantung diri. Setelah itu mereka langsung melapor ke kantor polisi," ungkap Suprayitno seperti dilansir detik.
Polisi yang mendapatkan laporan langsung mendatangi lokasi. "Kami masuk dan disaksikan kedua orang tua korban dan perangkat kelurahan. Setelah dicek tidak ada tanda-tanda penganiayaan. Sedangkan simpul talinya simpul hidup. Tangga yang digunakan naik juga berada di lokasi dan ada tanda-tanda terpleset di tembok," ungkap Suprayitno.
Untuk motif, polisi masih melakukan pendalam dan menunggu hasil outopsi. "Kami masih dalami. Nantinya data-data yang kami miliki akan kita kroscek dengan hasil autopsi," ujar Suprayitno.
Sementara itu, ayah korban, Karli membenarkan jika sebelum meninggal korban sempat bertemu dengan orang tuanya untuk membahas perjodohan. "Iya akan dijodohkan. Tapi tidak menolak. Sebelumnya saya telpon dan SMS tidak bales sama sekali. Jadi kami khawatir, kami nyusul ke sini," kata Karli.
Karli juga menceritakan jika anak kandungnya tersebut berkepribadian tertutup. Angga juga sudah lima tahun tinggal di surabaya. "Anaknya itu sensitif dan kalau ada apa-apa ndak mau cerita, dipendam sendiri," tandasnya. *
Komentar