Pegiat Budaya dan IDNU Galang Dana Untuk Puri Anyar Kerambitan
Konservasi Puri Anyar Kerambitan
MANGUPURA, NusaBali
Pegiat budaya dan Indonesia Diaspora Network United (IDNU) menggelar Cultural Tourism Gallery di Hotel Melia Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung. Kegiatan ini untuk menggalang dana pembangunan dan konservasi kembali Puri Anyar Kerambitan di Kabupaten Tabanan. Kegiatan penggalangan dana ini digelar selama dua hari, yakni Sabtu (1/9) dan Minggu (2/9).
Pegiat budaya yang didukung oleh sejumlah komponen lainnya merasa terpanggil untuk menghidupkan kembali cagar budaya yang dahulu sangat terkenal hingga mancanegara. Kini kondisi cagar budaya tersebut sangat memprihatinkan. Sejak tahun 2005 silam, salah satu puri terbesar di Bali itu tak diperhatikan seperti biasanya, sehingga tak ada kegiatan signifikan di sana.
IDNU yang memiliki jaringan luas di berbagai negara juga terlibat dalam kegiatan sosial tersebut. Herry Utomo dalam sambutannya yang disampaikan melalui video conference mengatakan Diaspora Indonesia yang berada di berbagai negara sangat mendukung penggalangan dana ini. Dikatakannya, Puri adalah sentral aktivitas spiritual dan merupakan fondasi budaya dan kesenian.
Puri merupakan jantung yang mendenyutkan kehidupan budaya. Ini sudah terbukti menjadi pesona banyak orang, baik dalam maupun luar negeri untuk berdatangan ke Bali.
Lebih lanjut dikatakan perpaduan antara kekayaan budaya dan keindahan alam yang tiada taranya telah menjadi magnet bagi para turis. Tak kurang dari 12 juta turis berkunjung ke Indonesia dan sebagian besar menuju Bali sebagai destinasi. “Semua ini hanya bisa terwujud jika jantung budaya dan spiritual seperti pemugaran puri dan penguatan budaya dilakukan. Kami akan berusaha melalui jaringan kami agar penggalangan dana maksimal,” tuturnya.
Hadir dalam galeri pariwisata budaya ini sang maestro Mario Blanco. Kehadiran perupa Mario Blanco sebagai salah satu bentuk dukungan untuk memperkuat budaya. Dia mengaku sangat sedih dengan kondisi dari cagar budaya yang ada di Bali. Dikatakan sudah banyak yang tak sesuai dengan yang aslinya.
“Dengan banyaknya dana yang masuk hingga ke desa, kini banyak cagar budaya seperti pura yang tak seperti aslinya. Pemerintah membantu tidak salah, tapi harus tetap memperhatikan cagar budaya,” tuturnya.
Sementara perwakilan dari Puri Anyar Kerambitan, Anak Agung Sagung Gde Giri Putri mengatakan puri tersebut sudah tak terurus sejak 2005. Dia mengaku ada berbagai kendala yang dihadapi sehingga tak bisa melakukan pemeliharaan maksimal. Namun, dia enggan menyebutkan detail kendala yang dihadapi dalam pemeliharaan cagar budaya yang tak ternilai harganya itu.
“Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan penggalangan dana ini. Kami berharap agar dapat berjalan dengan lancar,” tuturnya singkat. Sementara ketua panitia cultural tourism gallery, Yohana Elizabeth Hardjadinata mengatakan kegiatan penggalangan dana ini diisi dengan pertunjukan tari tradisional Bali di panggung utama, pameran lukisan I Ketut Budiana, pameran foto Mario Blanco, pertunjukan musik oleh Indra Lesmana, Balawan Batuan Ethnic Fusion, Anggis Devaki dan Bilal (dalang cilik berusia 6 tahun) dipandu oleh Muhammad Farhan dibawah Stage Director. *po
Pegiat budaya yang didukung oleh sejumlah komponen lainnya merasa terpanggil untuk menghidupkan kembali cagar budaya yang dahulu sangat terkenal hingga mancanegara. Kini kondisi cagar budaya tersebut sangat memprihatinkan. Sejak tahun 2005 silam, salah satu puri terbesar di Bali itu tak diperhatikan seperti biasanya, sehingga tak ada kegiatan signifikan di sana.
IDNU yang memiliki jaringan luas di berbagai negara juga terlibat dalam kegiatan sosial tersebut. Herry Utomo dalam sambutannya yang disampaikan melalui video conference mengatakan Diaspora Indonesia yang berada di berbagai negara sangat mendukung penggalangan dana ini. Dikatakannya, Puri adalah sentral aktivitas spiritual dan merupakan fondasi budaya dan kesenian.
Puri merupakan jantung yang mendenyutkan kehidupan budaya. Ini sudah terbukti menjadi pesona banyak orang, baik dalam maupun luar negeri untuk berdatangan ke Bali.
Lebih lanjut dikatakan perpaduan antara kekayaan budaya dan keindahan alam yang tiada taranya telah menjadi magnet bagi para turis. Tak kurang dari 12 juta turis berkunjung ke Indonesia dan sebagian besar menuju Bali sebagai destinasi. “Semua ini hanya bisa terwujud jika jantung budaya dan spiritual seperti pemugaran puri dan penguatan budaya dilakukan. Kami akan berusaha melalui jaringan kami agar penggalangan dana maksimal,” tuturnya.
Hadir dalam galeri pariwisata budaya ini sang maestro Mario Blanco. Kehadiran perupa Mario Blanco sebagai salah satu bentuk dukungan untuk memperkuat budaya. Dia mengaku sangat sedih dengan kondisi dari cagar budaya yang ada di Bali. Dikatakan sudah banyak yang tak sesuai dengan yang aslinya.
“Dengan banyaknya dana yang masuk hingga ke desa, kini banyak cagar budaya seperti pura yang tak seperti aslinya. Pemerintah membantu tidak salah, tapi harus tetap memperhatikan cagar budaya,” tuturnya.
Sementara perwakilan dari Puri Anyar Kerambitan, Anak Agung Sagung Gde Giri Putri mengatakan puri tersebut sudah tak terurus sejak 2005. Dia mengaku ada berbagai kendala yang dihadapi sehingga tak bisa melakukan pemeliharaan maksimal. Namun, dia enggan menyebutkan detail kendala yang dihadapi dalam pemeliharaan cagar budaya yang tak ternilai harganya itu.
“Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan penggalangan dana ini. Kami berharap agar dapat berjalan dengan lancar,” tuturnya singkat. Sementara ketua panitia cultural tourism gallery, Yohana Elizabeth Hardjadinata mengatakan kegiatan penggalangan dana ini diisi dengan pertunjukan tari tradisional Bali di panggung utama, pameran lukisan I Ketut Budiana, pameran foto Mario Blanco, pertunjukan musik oleh Indra Lesmana, Balawan Batuan Ethnic Fusion, Anggis Devaki dan Bilal (dalang cilik berusia 6 tahun) dipandu oleh Muhammad Farhan dibawah Stage Director. *po
Komentar