Kecelakaan Turis Perburuk Citra Pariwisata di Nusa Penida
Kasus kecelakaan laut kerap terjadi saat wisatawan foto selfie di atas tebing Pantai Devil’s Tear, Desa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung.
SEMARAPURA, NusaBali
Salah satu pemicunya karena wisatawan mengambil posisi terlalu di pinggir tebing. Mereka pun terhempas oleh ombak deras yang ditimbulkan akibat gelombang berbenturan dengan karang atau dikenal dengan waterblow itu.
Kecelakaan teranyar menimpa dua wisatawan Cina, Li Wie Jun,30 dan Zhi Hong,35. Mereka dihantam ombak saat foto selfie di tebing Devil Tear, Desa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, Jumat (7/9) pagi. Atas musibah itu kedua korban langsung jatuh ke laut, namun mereka berhasil diselamatkan oleh warga dengan melemparkan pelampung. Setelah berhasil dievakuasi dan mendapatkan perawatan medis, mereka hanya mengalami luka lecet pada kaki dan shock.
Permasalahan ini juga mendapatkan atensi dari anggota DPRD Klungkung. Jika tidak ditanggulangi maka ke depannya bisa berimbas terhadap citra pariwisata itu sendiri. Terlebih di era keterbukaan ini dan dunia teknologi serba canggih, informasi itu bisa dengan cepat diakses hingga di luar negeri. “Perlu sinergi antar pihak untuk menyikapi masalah ini. Karena insiden kecelakaan ini bisa berdampak buruk terhadap citra pariwisata,” ujar anggota DPRD Klungkung, asal Banjar Ampel, Desa Pejukutan, Kecamatan Nusa Penida, I Made Jana, kepada NusaBali, saat dihubungi Minggu (9/9).
Kata politisi Demokrat ini, berbicara keselamatan maka tidak bisa sepenuhnya diserahkan kepada pemerintah. Namun perlu adanya sinergitas pelaku parwisata dan masyarakat. Karena dengan pemasangan papan imbauan saja tentu masih belum optimal, yang terpenting ada pengawasan langsung kepada wisatawan yang berkunjung. “Kalau dari masyarakat mungkin bisa siagakan pecalangnya, atau dari Pemkab Klungkung bisa mengerahkan mensiagakan petugas di obyek wisata strategis dan rawan terjadinya kecelakaan,” ujarnya.
Begitupula diingatkan kepada wisatawan untuk mematuhi imbauan peringatan yang terpasang pada objek-objek wisata. Karena kalau itu dilanggar bisa nyawa menjadi taruhannya. Di satu sisi papan peringatan akan bahaya saat selfie di tebing Devil’s Tear Lembongan sudah terpasang dalam tiga bahasa yakni Indonesia, Inggris dan Cina, tertulis "Warning! Segala Bentuk Aktivitas Menjadi Tanggungjawab Sendiri".
Kepala Dinas Pariwisata Klungkung I Nengah Sukasta mengatakan, pihak Asita sudah membantu menyiapkan pagar pengaman sejak beberapa bulan lalu. Hal ini untuk mengantisipasi kecelakaan saat wisatawan selfie diatas tebing Devil's Tears. Namun desain itu sempat mendapat penolakan dari beberapa warga sekitar, karena pagar berbahan besi ini dinilai kurang artistik untuk pariwisata. “Setelah dibahas maka disepakati pagar itu menggunakan bahan kayu dan tali tross kapal,” ujarnya. Pada 2018 ini pemasangan pagar pengaman baru bisa dilakukan di objek Devil's Tear. Pemasangan pagar ini karena seringnya terjadi kecelakaan di lokasi tersebut.*wan
Kecelakaan teranyar menimpa dua wisatawan Cina, Li Wie Jun,30 dan Zhi Hong,35. Mereka dihantam ombak saat foto selfie di tebing Devil Tear, Desa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, Jumat (7/9) pagi. Atas musibah itu kedua korban langsung jatuh ke laut, namun mereka berhasil diselamatkan oleh warga dengan melemparkan pelampung. Setelah berhasil dievakuasi dan mendapatkan perawatan medis, mereka hanya mengalami luka lecet pada kaki dan shock.
Permasalahan ini juga mendapatkan atensi dari anggota DPRD Klungkung. Jika tidak ditanggulangi maka ke depannya bisa berimbas terhadap citra pariwisata itu sendiri. Terlebih di era keterbukaan ini dan dunia teknologi serba canggih, informasi itu bisa dengan cepat diakses hingga di luar negeri. “Perlu sinergi antar pihak untuk menyikapi masalah ini. Karena insiden kecelakaan ini bisa berdampak buruk terhadap citra pariwisata,” ujar anggota DPRD Klungkung, asal Banjar Ampel, Desa Pejukutan, Kecamatan Nusa Penida, I Made Jana, kepada NusaBali, saat dihubungi Minggu (9/9).
Kata politisi Demokrat ini, berbicara keselamatan maka tidak bisa sepenuhnya diserahkan kepada pemerintah. Namun perlu adanya sinergitas pelaku parwisata dan masyarakat. Karena dengan pemasangan papan imbauan saja tentu masih belum optimal, yang terpenting ada pengawasan langsung kepada wisatawan yang berkunjung. “Kalau dari masyarakat mungkin bisa siagakan pecalangnya, atau dari Pemkab Klungkung bisa mengerahkan mensiagakan petugas di obyek wisata strategis dan rawan terjadinya kecelakaan,” ujarnya.
Begitupula diingatkan kepada wisatawan untuk mematuhi imbauan peringatan yang terpasang pada objek-objek wisata. Karena kalau itu dilanggar bisa nyawa menjadi taruhannya. Di satu sisi papan peringatan akan bahaya saat selfie di tebing Devil’s Tear Lembongan sudah terpasang dalam tiga bahasa yakni Indonesia, Inggris dan Cina, tertulis "Warning! Segala Bentuk Aktivitas Menjadi Tanggungjawab Sendiri".
Kepala Dinas Pariwisata Klungkung I Nengah Sukasta mengatakan, pihak Asita sudah membantu menyiapkan pagar pengaman sejak beberapa bulan lalu. Hal ini untuk mengantisipasi kecelakaan saat wisatawan selfie diatas tebing Devil's Tears. Namun desain itu sempat mendapat penolakan dari beberapa warga sekitar, karena pagar berbahan besi ini dinilai kurang artistik untuk pariwisata. “Setelah dibahas maka disepakati pagar itu menggunakan bahan kayu dan tali tross kapal,” ujarnya. Pada 2018 ini pemasangan pagar pengaman baru bisa dilakukan di objek Devil's Tear. Pemasangan pagar ini karena seringnya terjadi kecelakaan di lokasi tersebut.*wan
Komentar