Afandi Ajukan Suntik Mati ke Kejari Batang
Putus Asa Melawan Sakit
BATANG, NusaBali
Afandi, seorang warga Batang, Jawa Tengah mengajukan permohonan eutanasia atau suntik mati. Keputusan itu diambilnya lantaran sakit menahun yang dideritanya tak kunjung sembuh dan keterbatasn biaya hingga keluarga pun putus asa.
Warga RT 5/RW 2 Desa Timbang, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Batang ini yang mengajukan permohonan suntik mati ke Kejaksaan Negeri (Kejari) Batang. Lelaki berusia 48 tahun itu mengaku sudah selesai dengan kehidupannya di dunia ini.
Sejak 14 tahun lalu, suami Salehati itu setiap hari hanya bisa terbaring di dalam kamarnya. Makan, minum, mandi, hingga buang air, Afandi harus dilayani sang istri dan dua anaknya.
Keluarga sudah berkali-kali memeriksakan Afandi, baik ke dokter maupun pengobatan alternatif. Namun hingga saat ini tidak diketahui persis penyakit yang dideritanya.
Keterangan dokter, Afandi mengidap penyakit lambung dan maag kronis. Anehnya, pengobatan yang selama ini dilakukan tidak kunjung memberikan hasil. Afandi tetap tergolek di kamarnya. Bebannya semakin berat lantaran harta bendanya telah habis dijual untuk biaya pengobatan. Yang tersisa hanya rumah yang ditinggali bersama istri dan dua anaknya.
Fasilitas BPJS Kesehatan dari pemerintah juga pernah dimanfaatkan Afandi. Namun sekarang tidak bisa lagi karena telah melebihi plafon anggaran yang ditetapkan. "Saya sudah putus asa dengan penyakit ini. Saya seperti ini sejak 2004 . Saya memutuskan untuk meminta suntik mati (euthanasia),” kata Afandi, Jumat (14/9) seperti dilansir iNews.id .
Menurutnya, hingga kini belum ada perhatian khusus dari Pemkab Batang. Padahal bupati yang baru saat ini sedang menggalakkan program Kartu Batang Sehat (KBS). Mantan perajin tempe ini mengaku tidak tahu-menahu mengenai informasi program tersebut.
Sementara itu, Salehati, istri Afandi mengaku dirinya tak bisa berbuat banyak. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, dia hanya mengandalkan bantuan dan belas kasihan saudara serta tetangga.
“Saya berharap pemerintah bisa membantu biaya pengobatan dan meringankan beban hidup yang semakin berat. Apalagi masih ada tanggungan dua orang anak yang masih duduk di bangku sekolah,” tutur Salehati.
Menurutnya, permintaan suntik mati telah diajukan ke Kejari Batang dan Kejati Jateng pada 2017. Namun hingga kini belum ada jawaban.
Cerita Afandi yang putus asa dengan penyakitnya akhirnya terdengar juga oleh Bupati Batang Wihaji. Wihaji bersama Kepala Dinas Kesehatan Batang, Dr Hidayah Basbeth langsung mendatangi rumah Afandi.
Setelah pemeriksaan, Wihaji langsung mendatangi kamar Afandi dan memberikan motivasi agar semangat sehingga sakitnya bisa sembuh.*
Warga RT 5/RW 2 Desa Timbang, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Batang ini yang mengajukan permohonan suntik mati ke Kejaksaan Negeri (Kejari) Batang. Lelaki berusia 48 tahun itu mengaku sudah selesai dengan kehidupannya di dunia ini.
Sejak 14 tahun lalu, suami Salehati itu setiap hari hanya bisa terbaring di dalam kamarnya. Makan, minum, mandi, hingga buang air, Afandi harus dilayani sang istri dan dua anaknya.
Keluarga sudah berkali-kali memeriksakan Afandi, baik ke dokter maupun pengobatan alternatif. Namun hingga saat ini tidak diketahui persis penyakit yang dideritanya.
Keterangan dokter, Afandi mengidap penyakit lambung dan maag kronis. Anehnya, pengobatan yang selama ini dilakukan tidak kunjung memberikan hasil. Afandi tetap tergolek di kamarnya. Bebannya semakin berat lantaran harta bendanya telah habis dijual untuk biaya pengobatan. Yang tersisa hanya rumah yang ditinggali bersama istri dan dua anaknya.
Fasilitas BPJS Kesehatan dari pemerintah juga pernah dimanfaatkan Afandi. Namun sekarang tidak bisa lagi karena telah melebihi plafon anggaran yang ditetapkan. "Saya sudah putus asa dengan penyakit ini. Saya seperti ini sejak 2004 . Saya memutuskan untuk meminta suntik mati (euthanasia),” kata Afandi, Jumat (14/9) seperti dilansir iNews.id .
Menurutnya, hingga kini belum ada perhatian khusus dari Pemkab Batang. Padahal bupati yang baru saat ini sedang menggalakkan program Kartu Batang Sehat (KBS). Mantan perajin tempe ini mengaku tidak tahu-menahu mengenai informasi program tersebut.
Sementara itu, Salehati, istri Afandi mengaku dirinya tak bisa berbuat banyak. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, dia hanya mengandalkan bantuan dan belas kasihan saudara serta tetangga.
“Saya berharap pemerintah bisa membantu biaya pengobatan dan meringankan beban hidup yang semakin berat. Apalagi masih ada tanggungan dua orang anak yang masih duduk di bangku sekolah,” tutur Salehati.
Menurutnya, permintaan suntik mati telah diajukan ke Kejari Batang dan Kejati Jateng pada 2017. Namun hingga kini belum ada jawaban.
Cerita Afandi yang putus asa dengan penyakitnya akhirnya terdengar juga oleh Bupati Batang Wihaji. Wihaji bersama Kepala Dinas Kesehatan Batang, Dr Hidayah Basbeth langsung mendatangi rumah Afandi.
Setelah pemeriksaan, Wihaji langsung mendatangi kamar Afandi dan memberikan motivasi agar semangat sehingga sakitnya bisa sembuh.*
Komentar