Ibunda Pangelingsir Puri Anyar Kerambitan Berpulang
Kabar duka datang dari Puri Anyar Kerambitan, Tabanan. Ibunda pangelisir Puri Anyar Kerambitan VII, Anak Agung Sagung Raka, berpulang di usia 115 tahun.
TABANAN, NusaBali
Sagung Raka berpulang tidak karena mengidap penyakit, melainkan karena usianya sudah sangat tua. Selama hidup Sagung Raka dikenal sebagai pangelingsir yang suka bermasyarakat.
Kepergian Anak Agung Sagung Raka banyak meninggalkan kenangan. Terutama bagi putranya Pangelingsir Puri Anyar Kerambitan VII, Anak Agung Ngurah Oka Sila Gunada. "Ibu saya adalah orangnya ramah," ujarnya saat ditemui di Puri Anyar Kerambitan, Jumat (21/9).
Kata dia, ibunya tutup usia pada Sukra Paing Ugu, Jumat (14/9) di rumahnya di Denpasar sekitar pukul 18.30 Wita. Tidak ada mengidap penyakit kronis. Bahkan meninggalnya dalam keadaan tenang dan terdiam. "Ketika kami panggil-panggil tidak nyahut lalu kami panggil dokter dan cek tensi, tetapi beliau tidak adan tanda-tanda bergerak," akunya.
Diterangkan, upacara Nyiramang akan dilakukan pada Anggara, Pon Kelawu, Selasa (25/9), dilanjutkan dengan Palebon pada Sukra Umanis, Kelawu, Jumat (28/9) mendatang. Sila Gunada menyebutkan, ibundanya meninggal di usia 115 tahun, diperkiran lahir pada Anggara Wariga tahun 1903. Meski pada zaman itu tidak ada catatan kelahiran, namun ini dibuktikan ibundanya mengetahui peristiwa Balik Wangaya tahun 1910 ketika Raja Sagung Wah datang ke Puri Anyar Kerambitan. "Ibu saya sampai tua masih mengingat kejadian, ketika Sagung Wah ke Puri Anyar Kerambitan. Dan kata dokter juga umur 4-5 tahun masih ingat kejadian di waktu anak-anak sampai tua. Sehingga kami simpulkan ibu sudah anak-anak saat itu," jelas Sila Gunada.
Semasa hidup, menurut Sila Gunada, ibundanya tidak pernah ikut organisasi apapun. Namun ia dikenal suka bermasyarakat. Bahkan rajin olahraga di usia muda dan anak-anak. Olahraga yang disenangani adalah bermain permainan tradisional seperi magale-galean, petak umpet, dan panjat pohon.
Bahkan ibunda Sagung Raka ini suka makanan alami, seperti lindung, belauk, dan makanan favoritnya adalah capung. "Ketika saya masih kecil dan menginjak remaja selalu dimasakin capung yang biasanya dibuatkan komoh rasanya sangat enak sekali," kenang Sila Gunada.
Selain itu, sang ibunda juga suka menulis aksara Bali menggunakan daun lontar. Terbukti ada salah satu karyanya yang masih tersimpan di Puri Anyar Kerambitan. "Ibu saya juga hanya bisa menulis aksara Bali saja ada satu karyanya namun saya tidak hafal karena saking banyaknya ada lontar yang tersimpan," imbuhnya.
Sila Gunada pun mengenang dalam mendidik anak-anak sang ibu sukar sekali marah. Bahkan sangat gampah sedih terutama jika ditinggal anak-anak pergi bekerja ataupun bersekolah ke luar Bali. "Waktu itu saya ingat, ketika hendak ke Malang, saya dilarang pergi. Sampai saat ini saya masih ingat itu," jelasnya.
Sagung Raka merupakan permaisuri pangelingsir Puri Anyar Kerambitan VI yang sudah almarhum atau istri paling bungsu. Memiliki anak 4 orang, di antaranya dua putra kembar termasuk Sila Gunada yang Panglingsir Puri Kerambitan VII. Serta memiliki 12 cucu, 21 orang cicit dan 10 buyut.
Adapun anaknya yakni Anak Agung Ngurah Rai Giri Gunadi, (kembar) Anak Agung Ngurah Oka Sila Gunada (kembar), Anak Agung Sagung Wulan dan Anak Agung Sagung Putri Kartini.
Jenazah Sagung Raka saat ini sudah disemayamkan di Puri Anyar Kerambitan. Terlihat beberapa sanak saudara turut berbela sungkawa ke rumah duka. Puri Anyar Kerambitan dibangun pada abad ke-17 dengan bentuk bangunan berciri khas Bali. Puri Anyar Kerambitan terbagi dalam beberapa palemahan di antaranya Cangkem kodok, Bencingah puri, Jaba tengah, Tandakan puri, Saren agung dan Pamerajan agung. Areal suci di Puri Anyar Kerambitan adalah Marajan agung dengan relief unik berupa piring-piring kuno dari Belanda dan Cina.*de
Sagung Raka berpulang tidak karena mengidap penyakit, melainkan karena usianya sudah sangat tua. Selama hidup Sagung Raka dikenal sebagai pangelingsir yang suka bermasyarakat.
Kepergian Anak Agung Sagung Raka banyak meninggalkan kenangan. Terutama bagi putranya Pangelingsir Puri Anyar Kerambitan VII, Anak Agung Ngurah Oka Sila Gunada. "Ibu saya adalah orangnya ramah," ujarnya saat ditemui di Puri Anyar Kerambitan, Jumat (21/9).
Kata dia, ibunya tutup usia pada Sukra Paing Ugu, Jumat (14/9) di rumahnya di Denpasar sekitar pukul 18.30 Wita. Tidak ada mengidap penyakit kronis. Bahkan meninggalnya dalam keadaan tenang dan terdiam. "Ketika kami panggil-panggil tidak nyahut lalu kami panggil dokter dan cek tensi, tetapi beliau tidak adan tanda-tanda bergerak," akunya.
Diterangkan, upacara Nyiramang akan dilakukan pada Anggara, Pon Kelawu, Selasa (25/9), dilanjutkan dengan Palebon pada Sukra Umanis, Kelawu, Jumat (28/9) mendatang. Sila Gunada menyebutkan, ibundanya meninggal di usia 115 tahun, diperkiran lahir pada Anggara Wariga tahun 1903. Meski pada zaman itu tidak ada catatan kelahiran, namun ini dibuktikan ibundanya mengetahui peristiwa Balik Wangaya tahun 1910 ketika Raja Sagung Wah datang ke Puri Anyar Kerambitan. "Ibu saya sampai tua masih mengingat kejadian, ketika Sagung Wah ke Puri Anyar Kerambitan. Dan kata dokter juga umur 4-5 tahun masih ingat kejadian di waktu anak-anak sampai tua. Sehingga kami simpulkan ibu sudah anak-anak saat itu," jelas Sila Gunada.
Semasa hidup, menurut Sila Gunada, ibundanya tidak pernah ikut organisasi apapun. Namun ia dikenal suka bermasyarakat. Bahkan rajin olahraga di usia muda dan anak-anak. Olahraga yang disenangani adalah bermain permainan tradisional seperi magale-galean, petak umpet, dan panjat pohon.
Bahkan ibunda Sagung Raka ini suka makanan alami, seperti lindung, belauk, dan makanan favoritnya adalah capung. "Ketika saya masih kecil dan menginjak remaja selalu dimasakin capung yang biasanya dibuatkan komoh rasanya sangat enak sekali," kenang Sila Gunada.
Selain itu, sang ibunda juga suka menulis aksara Bali menggunakan daun lontar. Terbukti ada salah satu karyanya yang masih tersimpan di Puri Anyar Kerambitan. "Ibu saya juga hanya bisa menulis aksara Bali saja ada satu karyanya namun saya tidak hafal karena saking banyaknya ada lontar yang tersimpan," imbuhnya.
Sila Gunada pun mengenang dalam mendidik anak-anak sang ibu sukar sekali marah. Bahkan sangat gampah sedih terutama jika ditinggal anak-anak pergi bekerja ataupun bersekolah ke luar Bali. "Waktu itu saya ingat, ketika hendak ke Malang, saya dilarang pergi. Sampai saat ini saya masih ingat itu," jelasnya.
Sagung Raka merupakan permaisuri pangelingsir Puri Anyar Kerambitan VI yang sudah almarhum atau istri paling bungsu. Memiliki anak 4 orang, di antaranya dua putra kembar termasuk Sila Gunada yang Panglingsir Puri Kerambitan VII. Serta memiliki 12 cucu, 21 orang cicit dan 10 buyut.
Adapun anaknya yakni Anak Agung Ngurah Rai Giri Gunadi, (kembar) Anak Agung Ngurah Oka Sila Gunada (kembar), Anak Agung Sagung Wulan dan Anak Agung Sagung Putri Kartini.
Jenazah Sagung Raka saat ini sudah disemayamkan di Puri Anyar Kerambitan. Terlihat beberapa sanak saudara turut berbela sungkawa ke rumah duka. Puri Anyar Kerambitan dibangun pada abad ke-17 dengan bentuk bangunan berciri khas Bali. Puri Anyar Kerambitan terbagi dalam beberapa palemahan di antaranya Cangkem kodok, Bencingah puri, Jaba tengah, Tandakan puri, Saren agung dan Pamerajan agung. Areal suci di Puri Anyar Kerambitan adalah Marajan agung dengan relief unik berupa piring-piring kuno dari Belanda dan Cina.*de
Komentar