Puluhan Warga Banjar Darma Sakit Diare
Air yang diminum warga Banjar Darma, Desa Riang Gede, Penebel, mengandung bakteri E.coli. Dinas Kesehatan Tabanan menyatakan status KLB.
TABANAN, NusaBali
Sebanyak 56 orang warga Banjar Darma, Desa Riang Gede, Kecamatan Penebel, Tabanan dilanda diare sejak 10 hari. Dinas Kesehatan Tabanan sudah mengeluarkan status kejadian luar biasa (KLB). Setelah dicek ke lapangan ditemukan sampel air yang diminum warga mengandung bakteri E.coli.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Tabanan dr Nyoman Suratmika. Kasus diare mulai muncul di Banjar Darma pada 22 September 2018. Dimana ada dua orang warga yang memeriksakan diri ke Puskesmas Penebel II dengan keluhan mual, demam, BAB cair, dan mulas perut.
“Awalnya memang dua warga usia dewasa,” ungkapnya, Senin (15/10). Namun setelah ditangani ternyata warga yang terserang diare bertambah 11 orang pada 24 September 2018. Warga yang terserang dari banjar yang sama. Pada 25 September, penderita diare bertambah 3 orang dengan keluhan yang sama, datang memeriksakan diri ke Puskesmas Penebel II.
Kemudian pada 26 September 2018 ada 27 orang warga yang datang. Selanjutnya pada 27 September 2018 sebanyak 5 orang, lalu pada 28 September 2018 sebanyak 4 orang, dan terakhir pada 2 Oktober 2018 sebanyak 4 orang.
“Jadi total dari tanggal 22 September hingga 2 Oktober 2018 ada 56 kasus yang ditemukan,” tegas Suratmika.
Suratmika menjelaskan, usia yang terserang diare bervariasi. Terbanyak usia 31 tahun hingga 45 tahun. Bahkan lansia, remaja, dan anak-anak juga terserang. Oleh karena itu pihaknya menetapkan diare tersebut masuk status KLB, sehingga tim puskesmas dan Dinas Kesehatan Tabanan langsung turun ke lokasi untuk memberikan penanganan dan pengobatan.
Termasuk juga pihaknya melakukan pengambilan sampel air yang dikonsumsi yang berasal dari sumber mata air PAM desa terdekat. Dan setelah diuji laboratorium air yang diambil positif mengandung bakteri E.coli.
Artinya kalau sudah mengandung bakteri E.coli, air tidak bisa dikonsumsi secara mentah. Apalagi kebiasaan warga konsumsi air tidak cuci tangan, dan air PAM desa itu tidak melalui proses penjernihan menggunakan kaporit. “Nah dari mana tercemar, apakah dari sumbernya atau terjadi kebocoran, itu belum dapat dipastikan,” beber Suratmika.
Selain itu, berdasarkan hasil survei masih banyak warga yang belum memiliki septic tank. Dan pihaknya pun sudah memberikan penyuluhan di balai banjar dan sekolah, serta mendorong pihak desa agar warga tidak buang air besar sembarangan.
“Sesuai dengan informasi yang kami dapat, saat ini di sana airnya sudah gunakan kaporit, dan bersyukur kasus ini tidak menyebar. Tetapi sampai saat ini kami pantau terus,” tandas Suratmika. Sementara Perbekel Riang Gede I Dewa Putu Arya belum bisa dikonfirmasi. Saat dihubungi melalui ponselnya, terdengar nada sambung tetapi tidak ada respons. *de
Sebanyak 56 orang warga Banjar Darma, Desa Riang Gede, Kecamatan Penebel, Tabanan dilanda diare sejak 10 hari. Dinas Kesehatan Tabanan sudah mengeluarkan status kejadian luar biasa (KLB). Setelah dicek ke lapangan ditemukan sampel air yang diminum warga mengandung bakteri E.coli.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Tabanan dr Nyoman Suratmika. Kasus diare mulai muncul di Banjar Darma pada 22 September 2018. Dimana ada dua orang warga yang memeriksakan diri ke Puskesmas Penebel II dengan keluhan mual, demam, BAB cair, dan mulas perut.
“Awalnya memang dua warga usia dewasa,” ungkapnya, Senin (15/10). Namun setelah ditangani ternyata warga yang terserang diare bertambah 11 orang pada 24 September 2018. Warga yang terserang dari banjar yang sama. Pada 25 September, penderita diare bertambah 3 orang dengan keluhan yang sama, datang memeriksakan diri ke Puskesmas Penebel II.
Kemudian pada 26 September 2018 ada 27 orang warga yang datang. Selanjutnya pada 27 September 2018 sebanyak 5 orang, lalu pada 28 September 2018 sebanyak 4 orang, dan terakhir pada 2 Oktober 2018 sebanyak 4 orang.
“Jadi total dari tanggal 22 September hingga 2 Oktober 2018 ada 56 kasus yang ditemukan,” tegas Suratmika.
Suratmika menjelaskan, usia yang terserang diare bervariasi. Terbanyak usia 31 tahun hingga 45 tahun. Bahkan lansia, remaja, dan anak-anak juga terserang. Oleh karena itu pihaknya menetapkan diare tersebut masuk status KLB, sehingga tim puskesmas dan Dinas Kesehatan Tabanan langsung turun ke lokasi untuk memberikan penanganan dan pengobatan.
Termasuk juga pihaknya melakukan pengambilan sampel air yang dikonsumsi yang berasal dari sumber mata air PAM desa terdekat. Dan setelah diuji laboratorium air yang diambil positif mengandung bakteri E.coli.
Artinya kalau sudah mengandung bakteri E.coli, air tidak bisa dikonsumsi secara mentah. Apalagi kebiasaan warga konsumsi air tidak cuci tangan, dan air PAM desa itu tidak melalui proses penjernihan menggunakan kaporit. “Nah dari mana tercemar, apakah dari sumbernya atau terjadi kebocoran, itu belum dapat dipastikan,” beber Suratmika.
Selain itu, berdasarkan hasil survei masih banyak warga yang belum memiliki septic tank. Dan pihaknya pun sudah memberikan penyuluhan di balai banjar dan sekolah, serta mendorong pihak desa agar warga tidak buang air besar sembarangan.
“Sesuai dengan informasi yang kami dapat, saat ini di sana airnya sudah gunakan kaporit, dan bersyukur kasus ini tidak menyebar. Tetapi sampai saat ini kami pantau terus,” tandas Suratmika. Sementara Perbekel Riang Gede I Dewa Putu Arya belum bisa dikonfirmasi. Saat dihubungi melalui ponselnya, terdengar nada sambung tetapi tidak ada respons. *de
Komentar