Wanita China Bunuh Diri Bersama 2 Anak
Mengira Suaminya Tewas
BEIJING, NusaBali
Hendak cari untung gampang dengan pura-pura mati untuk mendapat santunan asuransi, malah istrinya menyangka sang suami benar-benar mati, lalu bunuh diri bersama dua anak balita mereka. Alkisah, lelaki bernama He itu dikejar utang sebesar 100.000 yuan (sekiytar Rp220 juta), dan kesulitan membayar. Ia pun mendapat akal bulus: menipu perusahaan asuransi. Maka, awal September lalu, ia membeli polis asuransi jiwa dengan nilai pertanggungan 1 juta yuan (sekitar 2,2 miliar) -tanpa sepengetahuan istrinya, Dai.
Suatu hari, pada 19 September, He meminjam sebuah mobil, untuk memalsukan kematiannya sendiri dalam sebuah kecelakaan, kata polisi. Dan kemudian mobil itu ditemukan di sebuah sungai, sementara ia sendiri tak ditemukan. Ia lalu dianggap mengalami kecelakaan dan mati tenggelam, kendati mayatnya tak pernah ditemukan.
Menurut radio Voice of China, dalam polisi asuransi 1 juta yuan itu, sang istri ditetapkan sebagai ahli warisnya. Masalahnya, istrinya tak pernah diberi tahu tentang muslihat menipu asuransi itu, sehingga perempuan berusia 31 tahun itu mengira suaminya benar-benar mati.
Sang istri, dengan dua anak yang masih balita, dililit utang, mengalami tekanan kejiwaan yang berat sejak 'ditinggal mati' suami tercinta. Dan sesudah tiga pekan dalam penderitaan batin, perempuan malang yang putus asa itu mengambil jalan pintas.
Pada 11 Oktober, ia meninggalkan rumahnya diam-diam bersama dua anak balitanya, bocah lelaki (4) dan bocah perempuan (3). Lalu terjun ke sebuah kolam tak jauh dari rumah mereka, dan menenggelamkan diri. Ketiganya ditemukan tewas mengenaskan. Polisi kemudian menemukan surat bunuh diri yang ditulis sang istri.
He, yang tak menyangka bahwa ulahnya berujung kematian istri dan anak-anaknya, kemudian menyerahkan diri kepada polisi di Xinhua, provinsi Yunan, Jumat pekan lalu.
Polisi kemudian membidiknya dengan pidana penipuan asuransi dan perusakan harta benda secara sengaja, sebagaimana diunggah polisi di media social Cina, WeChat.
Sebelum menyerahkan diri, He menyempatkan diri mengunggah video secara online, yang menunjukkan ia menangis sesenggukan. Ia berdalih, ia melakukan penipuan asuransi itu antara lain untuk membayar biaya pengobatan bocah perempuan mereka yang menderita epilepsi.
Kejadian ini menjadi pembicaraan ramai di media sosial Cina sepanjang pekan lalu. Para warga net membahas tentang masalah keluarga, dan tekanan yang dialami keluarga-keluarga berpenghasilan rendah, khususnya jika ada anggota keluarga yang membutuhkan biaya besar untuk pengobatan dan pendidikan.
Tagar #ManFakesDeathLeadingtoWifesDeath atau 'pria memalsukan kematian berujung kematian isteri' digunakan hingga hampir 30 juta kali di situs Weibo. Namun para pengguna media sosial tak menaruh simpati pada situasi He. Malah banyak yang menuduh permintaan maaf He itu tidak tulus, lapor Kerry Allen dari BBC Monitoring. *
Hendak cari untung gampang dengan pura-pura mati untuk mendapat santunan asuransi, malah istrinya menyangka sang suami benar-benar mati, lalu bunuh diri bersama dua anak balita mereka. Alkisah, lelaki bernama He itu dikejar utang sebesar 100.000 yuan (sekiytar Rp220 juta), dan kesulitan membayar. Ia pun mendapat akal bulus: menipu perusahaan asuransi. Maka, awal September lalu, ia membeli polis asuransi jiwa dengan nilai pertanggungan 1 juta yuan (sekitar 2,2 miliar) -tanpa sepengetahuan istrinya, Dai.
Suatu hari, pada 19 September, He meminjam sebuah mobil, untuk memalsukan kematiannya sendiri dalam sebuah kecelakaan, kata polisi. Dan kemudian mobil itu ditemukan di sebuah sungai, sementara ia sendiri tak ditemukan. Ia lalu dianggap mengalami kecelakaan dan mati tenggelam, kendati mayatnya tak pernah ditemukan.
Menurut radio Voice of China, dalam polisi asuransi 1 juta yuan itu, sang istri ditetapkan sebagai ahli warisnya. Masalahnya, istrinya tak pernah diberi tahu tentang muslihat menipu asuransi itu, sehingga perempuan berusia 31 tahun itu mengira suaminya benar-benar mati.
Sang istri, dengan dua anak yang masih balita, dililit utang, mengalami tekanan kejiwaan yang berat sejak 'ditinggal mati' suami tercinta. Dan sesudah tiga pekan dalam penderitaan batin, perempuan malang yang putus asa itu mengambil jalan pintas.
Pada 11 Oktober, ia meninggalkan rumahnya diam-diam bersama dua anak balitanya, bocah lelaki (4) dan bocah perempuan (3). Lalu terjun ke sebuah kolam tak jauh dari rumah mereka, dan menenggelamkan diri. Ketiganya ditemukan tewas mengenaskan. Polisi kemudian menemukan surat bunuh diri yang ditulis sang istri.
He, yang tak menyangka bahwa ulahnya berujung kematian istri dan anak-anaknya, kemudian menyerahkan diri kepada polisi di Xinhua, provinsi Yunan, Jumat pekan lalu.
Polisi kemudian membidiknya dengan pidana penipuan asuransi dan perusakan harta benda secara sengaja, sebagaimana diunggah polisi di media social Cina, WeChat.
Sebelum menyerahkan diri, He menyempatkan diri mengunggah video secara online, yang menunjukkan ia menangis sesenggukan. Ia berdalih, ia melakukan penipuan asuransi itu antara lain untuk membayar biaya pengobatan bocah perempuan mereka yang menderita epilepsi.
Kejadian ini menjadi pembicaraan ramai di media sosial Cina sepanjang pekan lalu. Para warga net membahas tentang masalah keluarga, dan tekanan yang dialami keluarga-keluarga berpenghasilan rendah, khususnya jika ada anggota keluarga yang membutuhkan biaya besar untuk pengobatan dan pendidikan.
Tagar #ManFakesDeathLeadingtoWifesDeath atau 'pria memalsukan kematian berujung kematian isteri' digunakan hingga hampir 30 juta kali di situs Weibo. Namun para pengguna media sosial tak menaruh simpati pada situasi He. Malah banyak yang menuduh permintaan maaf He itu tidak tulus, lapor Kerry Allen dari BBC Monitoring. *
Komentar