Pengunjung Berdatangan ke Objek Jelajah Hutan
Objek Wana Giri Agung Bali di Banjar Sogra, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem siap dilaunching pada Purnama Kaenem, Kamis (22/11).
AMLAPURA, NusaBali
Bangunan utama telah tuntas, tinggal memasang ayunan dan flying fox. Meski sarana dan prasana belum lengkap, pengunjung mulai berdatangan ke objek jelajah hutan tersebut.
Objek Wana Giri Agung Bali mulai digarap sejak Rabu (17/10) memanfaatkan hutan desa seluas 5 hektare dengan jalur 2 kilometer di lereng Gunung Agung. Perbekel Desa Sebudi, Jro Mangku Tinggal, mengungkapkan sarana yang telah tuntas yakni spot selfie mirip rumah panggung yang dibangun di dahan pohon kayu putih beserta tangga setinggi sekitar 10 meter, tempat duduk-duduk menikmati panorama hutan, dan jalur sepanjang 2 kilometer. Hanya bagian jalan tanjakan, masih perlu dilengkapi tangga.
Sedangkan ayunan dan flying fox dipasang Kamis (22/11). Sebelum launching, diawali menggelar upacara matur piuning di Pura Pasar Agung, setelah itu secara resmi objek tersebut dinyatakan terbuka untuk umum. Jro Mangku Tinggal mengatakan, andalan di objek itu yakni rumah panggung, ayunan, dan flying fox. Hanya saja, yang bisa melakukan selfie secara leluasa di rumah panggung, sambil menikmati panorama alam hutan, lembah dan pemandangan laut terlihat ke arah selatan, juga sambil selfie dari rumah setinggi 10 meter. “Pengunjung dijamin aman, menikmati fasilitas di objek wisata, baik ayunan, flying fox dan rumah panggung,” katanya.
Objek Wisata Wana Giri Agung Bali dibangun khusus untuk pariwisata pencinta alam yang tak mampu mendaki Gunung Agung. Mereka cukup berwisata trekking sejauh 2 kilometer, yang lokasinya di barat jalur Pura Pasar Agung atau Gunung Agung. Objek ini berdiri atas dukungan dari KUPS (Kelompok Usaha Perhutanan Sosial) beranggotakan 124 orang, per orang urunan Rp 1 juta untuk biaya membangun fasilitas dan operasional awal.
Objek itu memanfaatkan lahan 5 hektare hutan rakyat, dari 174 hektare hutan yang dimiliki. Ketua KUPS I Ketut Darta, yang selama ini mengkoordinasikan anggotanya, didukung warga dari 10 banjar yakni Banjar Ancut, Badeg Dukuh, Badeg Kelodan, Badeg Tengah, Lebih, Pura, Sebudi, Sogra, Telung Buana, dan Yeha. “Parkir telah tersedia di dua tempat,” ungkap Ketut Darta. Sementara Humas Pangempon Pura Pasar Agung, I Wayan Suara, mengapresiasi inovasi dilakukan Desa Sebudi. “Selain dikunjungi wisatawan, secara tidak langsung hutan terjaga dan lestari,” kata Wayan Suara. *k16
Bangunan utama telah tuntas, tinggal memasang ayunan dan flying fox. Meski sarana dan prasana belum lengkap, pengunjung mulai berdatangan ke objek jelajah hutan tersebut.
Objek Wana Giri Agung Bali mulai digarap sejak Rabu (17/10) memanfaatkan hutan desa seluas 5 hektare dengan jalur 2 kilometer di lereng Gunung Agung. Perbekel Desa Sebudi, Jro Mangku Tinggal, mengungkapkan sarana yang telah tuntas yakni spot selfie mirip rumah panggung yang dibangun di dahan pohon kayu putih beserta tangga setinggi sekitar 10 meter, tempat duduk-duduk menikmati panorama hutan, dan jalur sepanjang 2 kilometer. Hanya bagian jalan tanjakan, masih perlu dilengkapi tangga.
Sedangkan ayunan dan flying fox dipasang Kamis (22/11). Sebelum launching, diawali menggelar upacara matur piuning di Pura Pasar Agung, setelah itu secara resmi objek tersebut dinyatakan terbuka untuk umum. Jro Mangku Tinggal mengatakan, andalan di objek itu yakni rumah panggung, ayunan, dan flying fox. Hanya saja, yang bisa melakukan selfie secara leluasa di rumah panggung, sambil menikmati panorama alam hutan, lembah dan pemandangan laut terlihat ke arah selatan, juga sambil selfie dari rumah setinggi 10 meter. “Pengunjung dijamin aman, menikmati fasilitas di objek wisata, baik ayunan, flying fox dan rumah panggung,” katanya.
Objek Wisata Wana Giri Agung Bali dibangun khusus untuk pariwisata pencinta alam yang tak mampu mendaki Gunung Agung. Mereka cukup berwisata trekking sejauh 2 kilometer, yang lokasinya di barat jalur Pura Pasar Agung atau Gunung Agung. Objek ini berdiri atas dukungan dari KUPS (Kelompok Usaha Perhutanan Sosial) beranggotakan 124 orang, per orang urunan Rp 1 juta untuk biaya membangun fasilitas dan operasional awal.
Objek itu memanfaatkan lahan 5 hektare hutan rakyat, dari 174 hektare hutan yang dimiliki. Ketua KUPS I Ketut Darta, yang selama ini mengkoordinasikan anggotanya, didukung warga dari 10 banjar yakni Banjar Ancut, Badeg Dukuh, Badeg Kelodan, Badeg Tengah, Lebih, Pura, Sebudi, Sogra, Telung Buana, dan Yeha. “Parkir telah tersedia di dua tempat,” ungkap Ketut Darta. Sementara Humas Pangempon Pura Pasar Agung, I Wayan Suara, mengapresiasi inovasi dilakukan Desa Sebudi. “Selain dikunjungi wisatawan, secara tidak langsung hutan terjaga dan lestari,” kata Wayan Suara. *k16
Komentar