Telan Anggaran Rp 10 Miliar, Menunggu Diresmikan Jokowi
Taman Agung Proklamasi yang baru dibangun di Jalan Tantular Barat Denpasar merupakan miniatur dari rumah bersejarah kediaman Bung Karno, di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta
Melihat Taman Agung Proklamasi yang Dibangun Gus Marhaen di Jalan Tantular Barat Denpasar
DENPASAR, NusaBali
Bagi masyarakat yang melintas di Jalan Tantular Barat Niti Mandala Denpasar, mereka pasti melihat dan merasakan suasana berbeda, terutama sepanjang 500 meter ujung barat jalan tersebut. Suasana beda berupa pemandangan asri dengan pepohonan yang rimbun ini merupakan bagian dari etalase Taman Agung Prok-lamasi. Taman yang dibangun dengan biaya Rp 10 miliar ini kini menunggu diresmikan oleh Presiden Jokowi.
Selain pepohonan yang rimbun, di depan Taman Agung Proklamasi ini juga ber-kibar sejumlah bendera Merah Putih dalam posisi berjejer. Di tengah-tengah de-retan bendera tersebut, berdiri megah lambang Burung Garuda.
Taman Agung Proklamasi ini dibangun oleh Gus Marhaen, yang merupalan Ketua Yayasan Kepustakaan Bung Karno. Sebelumnya, Gus Marhen sudah membangun Museum Agung dan Perpustakaan Bung Karno di Jalan Raya Puputan Niti Mandala Denpasar. Menurut Gus Marhen, Taman Agung Proklamasi ini dibangun dengan menelan dana sekitar Rp 10 miliar, tidak termasuk sewa lahan.
“Taman Agung Proklamasi ini merupakan miniatur dari rumah bersejarah yang merupakan kediaman Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta, yang kini bernama Jalan Proklamasi Jakarta,” papar Gus Marhaen mengawali perbincangannya dengan NusaBali di Taman Agung Proklamasi, beberapa hari lalu.
“Sekarang di sana (kediaman Bung Karno di Jalan Proklamasi Jakarta, Red) kan hanya ada patung atau tugu. Sedangkan rumahnya sudah hilang. Nah, di sini saya bikin minatur rumah bersejarah itu yang menggambarkan aslinya. Ini satu-satunya di Indonesia,” jelas Gus Marhen penuh semangat.
Gus Marhaen mengatakan, Taman Agung Proklamasi ini berdiri di atas lahan seluas 10 are, yang disewanya dari Pemerintah Provinsi Bali. “Lokasinya memang sengaja saya buat memanjang (seperti kediaman Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta), ada lorong bangunan. Lorongnya ini panjangnya sekitar 200 meter, dengan lebar 4 meter. Di sini dipajang ratusan karya lukisan tentang Bung Karno dengan aneka ukuran,” kata tokoh asal Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Jembrana ini.
Gus Marhaen menyebut lorong bangunan tersebut sebagai lorong waktu bersejarah menuju jembatan emas kemerdekaan. “Finish dari lorong ini, ada sebuah kali. Nah, tatkaala berbicara sastra sejarah, Bung Karno sering mengucapkan ‘Kita menuju jembatan emas kemerdekaan’. Jadi, inilah bentuk perhatian saya, bagaimana saya kolaborasikan sebuah sejarah menjadi sesuatu yang nyata untuk kepentingan generasi kita,” tegas pengagum berat Bung Karno ini.
Gus Marhaen mengaku tergerak untuk membangun Taman Agung Proklamasi, agar generasi muda Indonesia mengetahui dan memahami tentang sejarah bang-sanya. “Proklamasi kan pancernya kemerdekaan. Tanpa Proklamasi, mana tahu kita ini merdeka,” sergah Gus Marhaen.
Di Taman Agung Proklamasi ini dipajang benda-benda yang berkaitan dengan Bung Karno. Selain sejumlah lukisan yang menggambarkan mulai saat ibundanya hamil hingga Bung Karno wafat, di Taman Agung Proklamasi ini juga disimpan barang-barang berserajah lainnya yang ada di rumah sang Proklamator dulu. “Bahkan, genting dari rumah aslinya saya pakai di sini,” kata Gus Marhaen.
Menurut Gus Marhaen, pembangunan Taman Agung Proklamasi ini digarap selama 2 tahun. Dana yang dihabiskan mencapai sekitar Rp 10 miliar. Biaya sebesar ini belum termasuk sewa tanah. “Ini murni uang saya pribadi. Mestinya, negara dan masyarakat mengapresiasi apa yang saya lakukan ini,” imbuhnya.
Tak main-main, pengerjaan Taman Agung Proklamasi menggunakan bahan-bahan dengan kualitas terbaik, seperti bahan untuk dinding dan plafon. Bahkan, troatar di pinggir jalan menggunakan material con wood yang didatangkan khusus dari Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.
Bukan hanya itu, untuk menyelesaikan tulisan tangan pidato Bung Karno di din-ding sepanjang sekitar 25 meter, sampai harus mendatangkan seniman dari Jawa. “Ini prosesnya sangat rumit, tak banyak orang bisa mengerjakannya. Saya khusus datangkan seniman dari Jawa untuk mencontek tulisan tangan Sukarno dari pidato-pidato yang ada di buku ‘Di Bawah Bendera Revolusi Jilid II’. Tulisan pidato itu ditulis dengan tinta emas,” ujar Gus Marhaen.
Gus Marhaen menyebutkan, nantinya setelah Taman Agung Proklamasi ini resmi dibuka untuk umum, masyarakat bisa melihat foto-foto dan benda-benda berse-jarah peninggalan Bung Karno. Mereka juga bisa berselfie ria. “Seperti namanya taman, ya saya buat kawasannya hijau dan asri. Jadi, saya ingin masyarakat terutama anak muda menjadi nyaman ketika berkunjung ke sini.”
Menyusul dibangunnya Taman Agung Proklamasi, Gus Marhaen juga memajang patung Bung Karno di Bundaran Jalan Tantular. Patung tersebut terbuat dari perunggu dengan tinggi total 7,40 meter (pondasi 3,40 meter dan tinggi patung 4 meter).
Sebelumnya, Gus Marhaen juga sudah mendirikan Museum Agung dan Perpustakaan Bung Karno di Raya Puputan Nomor 80 Niti Mandala Denpasar. Kini, Gus Marhaen pun menunggu Taman Agung Proklamasi dan patung Bung Karno diresmikan oleh Presiden Jokowi, sebelum nanti dibuka untuk umum.
“Presiden Jokowi memang sudah mengagendakan untuk meresmikan. Ya, mung-kin beliau masih ada kesibukan yang sangat padat, sehingga sampai kini belum bisa datang. Saya tunggu info dari Istana saja, mudah-mudahan beliau bisa melu-angkan waktunya, karena saya dedikasikan karya ini untuk kepentingan bangsa dan negara tercinta, dan yang meresmikannya memang selayaknya kepala negara,” tegas Gus Marhaen. *isu
Komentar