'Harus Semangat untuk Mengubah Hidup'
Keluarga Kelaparan di Batu Aji Terima Bantuan
GIANYAR, NusaBali
Bantuan berdatangan ke rumah keluarga kelaparan, I Wayan Budiasa, di ujung perumahan Bumi Rahayu Banjar Batuaji, Desa Batubulan Kangin, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Rabu (23/1). Sejak pagi hingga sore, bantuan datang silih berganti mulai dari perorangan, komunitas, unsur pemerintahan, anggota dewan hingga para caleg Pemilu 2019.
Sementara itu, salah seorang saudara satu sanggah dadia keluarga ini, I Wayan Dana asal Desa Bugbug, mengatakan Wayan Budiasa sekeluarga sudah cukup sering dibantu. “Tiyang sebagai keluarga dekatnya dibuat kaget dengan berita ini. Sebab nanti dikira keluarga tidak rungu, padahal sudah sering dia dibantu,” jelas Wayan Dana yang kini tinggal di Gianyar. Menurutnya, Wayan Budiasa kurang semangat untuk mengubah hidupnya. “Harusnya semangat. Sempat tiyang ajak kerja proyek, tapi katanya gak kuat,” ujarnya. Pihak keluarga pun punya harapan sama terhadap nasib keluarga ini, yakni pekerjaan tetap untuk Wayan Budiasa. “Sebab tidak selamanya mereka bisa mengandalkan bantuan sana sini. Sebaiknya memang Wayan Budiasa bekerja,” ujarnya.
Rabu kemarin, keluarga I Wayan Budiasa mendapat bantuan jenis sembako dan uang tunai. Sementara, Wayan Budiasa sendiri harapkan bisa bekerja kembali pasca anak pertamanya I Gede Deni Putrajaya, kondisinya membaik. Budiasa pun mengakui selama sebulan terakhir memang tidak bisa bekerja karena anggota keluarganya silih berganti sakit. “Sempat ibu harus masuk rumah sakit. Jadi nggak bisa kerja. Kemudian anak tiyang yang pertama ini sakit perut,” ungkap Wayan Budiasa, saat ditemui kemarin. Atas bantuan yang datang, Wayan Budiasa tampak terharu. Dirinya tak menyangka kondisi hidupnya membuat banyak orang iba. “Awalnya tiyang (saya) cuma minta bantuan agar anak tiyang bisa dibantu diajak ke rumah sakit. Tiyang sudah kehabisan akal, sehingga menelpon media. Dan setelah itu memang banyak yang nelpon dan bantu,” ungkapnya.
Mengenai kondisi anggota keluarga yang kelaparan, Wayan Budiasa tak menampik. Ia mengungkapkan bahwa untuk makan sehari-hari memang sulit. “Tumben sebulan niki tiyang seperti ini. Sebelumnya, tiyang masih bisa bayar hutang. Bulan ini memang susah, sampai-sampai sepeda motor ditarik. Saya nggak bisa kemana-mana, anak juga nggak bisa saya antar ke sekolah karena jauh di Penatih. Sudah dua bulan gak sekolah,” akunya.
Sedangkan mengenai dugaan keracunan, Wayan Budiasa hanya menduga-duga. Sebab, sebelum anaknya mual, muntah hingga lemas, terakhir kali sekeluarga ini konsumsi ikan. Namun setelah mendapatkan penjelasan dokter pasca anaknya dilarikan ke IGD RS Premagana Batubulan, dugaan itu terbantahkan. “Perutnya melilit karena memang kelaparan, dia mual muntah dan lemas. Saya dan bapak juga alami hal sama, tapi tidak separah anak saya,” ujarnya.
Pantauan kemarin, kondisi Gede Deni pun kian membaik. Deni bersama dua adik laki-lakinya ditemani nenek Ni Nyoman Simpen tampak menonton TV. Sementara Wayan Budiasa beserta istri Ni Wayan Sari dan ayah, I Wayan Ririg sibuk menjawab pertanyaan para donatur yang berkunjung. Dari para donatur, keluarga ini sempat ditawarkan agar anaknya dititip di panti asuhan. Ada pula yang menawarkan agar sekeluarga ini mau merantau dan bekerja di Lombok. Menurut Wayan Ririg, pihaknya akan berpikir terlebih dahulu. “Tiyang pikir-pikir dumun. Sami becik,” ujarnya.
Ditemui di lokasi, Penjabat Perbekel Desa Batubulan Kangin I Wayan Jana mengaku dibuat sibuk sejak pagi. Padahal setelah dicek, identitas keluarga ini masih berstatus penduduk Kota Denpasar. “Tadi pagi tiyang sudah cek. Sekeluarga ini asalnya dari Manggis Karangasem, KK Denpasar tapi tinggal disini,” ungkapnya. Atas kondisi itu, pihaknya pun belum bisa berbuat banyak. Sebab administrasinya masih di Denpasar. “Dari sisi kemanusiaan, saya fasilitasi disini. Karena cukup banyak yang datang sejak pagi. Bagaimana nanti terkait administrasi, sedang ditelusuri. Sebab bantuan semisal bedah rumah, baru bisa diberikan jika KK disini. Dan faktanya juga, mereka disini cuma minjem lahan. Serba sulit juga. Nanti kalau sudah pas baru bisa ditindaklanjuti,” jelasnya. Diakui Wayan Jana, selama ini ia tak mengetahui kondisi keluarga ini. Sebab, keluarga Wayan Budiasa memang tidak ada melapor ke Kelian maupun ke Kantor Desa. “Di luar pantauan niki, karena dia gak lapor. Semestinya, setiap yang tinggal di wilayah ini wajib lapor,” ujarnya.
Selain anggota DPRD dan caleg, keluarga Budiasa juga dijenguk Ketua TP PKK Kabupaten Gianyar Ny Ida Ayu Surya Adnyani Mahayastra, bersama jajaran Dinas Sosial serta Dinas Kesehatan untuk melakukan pendataan.
Kepala UPT Kesmas Sukawati II, dr. Ida Bagus Ketut Sugamia, menjelaskan, terkait dengan pelayanan kesehatan, pihaknya sudah beberapa kali mendatangi rumah I Wayan Ririg untuk melakukan pengecekan kesehatan keluarga tersebut. Meski identitas I Wayan Ririg beserta keluarga tercatat di Denpasar, karena tinggal di wilayah pelayanan UPT Kesmas Sukawati II, pihaknya tetap memberikan pelayanan kesehatan dengan mendatangi langsung rumah Wayan Ririg. Terlebih kondisi, keluarga tersebut yang tergolong warga kurang mampu. “November 2018, kami sudah sempat rumahnya untuk melakukan pemeriksaan kesehatan kepada semua anggota keluarga. Meski bukan warga disini, tapi jika sudah dilaporkan berada di wilayah pelayanan kami, kami tetap berikan pelayanan kesehatan,”terang Ida Bagus Ketut Sugamia.
Dari hasil penelusuran, I Wayan Budiasa ternyata tidak memiliki kelengkapan administrasi kependudukan seperti Kartu KK dan e-KTP. Hal ini tentu menyulitkan dalam pengurusan administrasi, baik segi pelayanan kesehatan maupun bantuan sosial lainnya. Pihak terkait akan berkoordinasi dengan Dinas Catatan Sipil Kota Denpasar. *nvi
Sementara itu, salah seorang saudara satu sanggah dadia keluarga ini, I Wayan Dana asal Desa Bugbug, mengatakan Wayan Budiasa sekeluarga sudah cukup sering dibantu. “Tiyang sebagai keluarga dekatnya dibuat kaget dengan berita ini. Sebab nanti dikira keluarga tidak rungu, padahal sudah sering dia dibantu,” jelas Wayan Dana yang kini tinggal di Gianyar. Menurutnya, Wayan Budiasa kurang semangat untuk mengubah hidupnya. “Harusnya semangat. Sempat tiyang ajak kerja proyek, tapi katanya gak kuat,” ujarnya. Pihak keluarga pun punya harapan sama terhadap nasib keluarga ini, yakni pekerjaan tetap untuk Wayan Budiasa. “Sebab tidak selamanya mereka bisa mengandalkan bantuan sana sini. Sebaiknya memang Wayan Budiasa bekerja,” ujarnya.
Rabu kemarin, keluarga I Wayan Budiasa mendapat bantuan jenis sembako dan uang tunai. Sementara, Wayan Budiasa sendiri harapkan bisa bekerja kembali pasca anak pertamanya I Gede Deni Putrajaya, kondisinya membaik. Budiasa pun mengakui selama sebulan terakhir memang tidak bisa bekerja karena anggota keluarganya silih berganti sakit. “Sempat ibu harus masuk rumah sakit. Jadi nggak bisa kerja. Kemudian anak tiyang yang pertama ini sakit perut,” ungkap Wayan Budiasa, saat ditemui kemarin. Atas bantuan yang datang, Wayan Budiasa tampak terharu. Dirinya tak menyangka kondisi hidupnya membuat banyak orang iba. “Awalnya tiyang (saya) cuma minta bantuan agar anak tiyang bisa dibantu diajak ke rumah sakit. Tiyang sudah kehabisan akal, sehingga menelpon media. Dan setelah itu memang banyak yang nelpon dan bantu,” ungkapnya.
Mengenai kondisi anggota keluarga yang kelaparan, Wayan Budiasa tak menampik. Ia mengungkapkan bahwa untuk makan sehari-hari memang sulit. “Tumben sebulan niki tiyang seperti ini. Sebelumnya, tiyang masih bisa bayar hutang. Bulan ini memang susah, sampai-sampai sepeda motor ditarik. Saya nggak bisa kemana-mana, anak juga nggak bisa saya antar ke sekolah karena jauh di Penatih. Sudah dua bulan gak sekolah,” akunya.
Sedangkan mengenai dugaan keracunan, Wayan Budiasa hanya menduga-duga. Sebab, sebelum anaknya mual, muntah hingga lemas, terakhir kali sekeluarga ini konsumsi ikan. Namun setelah mendapatkan penjelasan dokter pasca anaknya dilarikan ke IGD RS Premagana Batubulan, dugaan itu terbantahkan. “Perutnya melilit karena memang kelaparan, dia mual muntah dan lemas. Saya dan bapak juga alami hal sama, tapi tidak separah anak saya,” ujarnya.
Pantauan kemarin, kondisi Gede Deni pun kian membaik. Deni bersama dua adik laki-lakinya ditemani nenek Ni Nyoman Simpen tampak menonton TV. Sementara Wayan Budiasa beserta istri Ni Wayan Sari dan ayah, I Wayan Ririg sibuk menjawab pertanyaan para donatur yang berkunjung. Dari para donatur, keluarga ini sempat ditawarkan agar anaknya dititip di panti asuhan. Ada pula yang menawarkan agar sekeluarga ini mau merantau dan bekerja di Lombok. Menurut Wayan Ririg, pihaknya akan berpikir terlebih dahulu. “Tiyang pikir-pikir dumun. Sami becik,” ujarnya.
Ditemui di lokasi, Penjabat Perbekel Desa Batubulan Kangin I Wayan Jana mengaku dibuat sibuk sejak pagi. Padahal setelah dicek, identitas keluarga ini masih berstatus penduduk Kota Denpasar. “Tadi pagi tiyang sudah cek. Sekeluarga ini asalnya dari Manggis Karangasem, KK Denpasar tapi tinggal disini,” ungkapnya. Atas kondisi itu, pihaknya pun belum bisa berbuat banyak. Sebab administrasinya masih di Denpasar. “Dari sisi kemanusiaan, saya fasilitasi disini. Karena cukup banyak yang datang sejak pagi. Bagaimana nanti terkait administrasi, sedang ditelusuri. Sebab bantuan semisal bedah rumah, baru bisa diberikan jika KK disini. Dan faktanya juga, mereka disini cuma minjem lahan. Serba sulit juga. Nanti kalau sudah pas baru bisa ditindaklanjuti,” jelasnya. Diakui Wayan Jana, selama ini ia tak mengetahui kondisi keluarga ini. Sebab, keluarga Wayan Budiasa memang tidak ada melapor ke Kelian maupun ke Kantor Desa. “Di luar pantauan niki, karena dia gak lapor. Semestinya, setiap yang tinggal di wilayah ini wajib lapor,” ujarnya.
Selain anggota DPRD dan caleg, keluarga Budiasa juga dijenguk Ketua TP PKK Kabupaten Gianyar Ny Ida Ayu Surya Adnyani Mahayastra, bersama jajaran Dinas Sosial serta Dinas Kesehatan untuk melakukan pendataan.
Kepala UPT Kesmas Sukawati II, dr. Ida Bagus Ketut Sugamia, menjelaskan, terkait dengan pelayanan kesehatan, pihaknya sudah beberapa kali mendatangi rumah I Wayan Ririg untuk melakukan pengecekan kesehatan keluarga tersebut. Meski identitas I Wayan Ririg beserta keluarga tercatat di Denpasar, karena tinggal di wilayah pelayanan UPT Kesmas Sukawati II, pihaknya tetap memberikan pelayanan kesehatan dengan mendatangi langsung rumah Wayan Ririg. Terlebih kondisi, keluarga tersebut yang tergolong warga kurang mampu. “November 2018, kami sudah sempat rumahnya untuk melakukan pemeriksaan kesehatan kepada semua anggota keluarga. Meski bukan warga disini, tapi jika sudah dilaporkan berada di wilayah pelayanan kami, kami tetap berikan pelayanan kesehatan,”terang Ida Bagus Ketut Sugamia.
Dari hasil penelusuran, I Wayan Budiasa ternyata tidak memiliki kelengkapan administrasi kependudukan seperti Kartu KK dan e-KTP. Hal ini tentu menyulitkan dalam pengurusan administrasi, baik segi pelayanan kesehatan maupun bantuan sosial lainnya. Pihak terkait akan berkoordinasi dengan Dinas Catatan Sipil Kota Denpasar. *nvi
1
Komentar