Ni Wayan Nyeri, Guru Tari Spesialis Tuna Rungu
Ni Wayan Nyeri SST,55, asal Banjar Kebon, Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati, Gianyar, pantas dijuluki seniman plus.
GIANYAR, NusaBali
Jebolan ISI Denpasar ini tak hanya piawai menari Bali. Ia juga pintar mengajar tari untuk anak-anak tuna rungu di Yayasan Kesayan Ikang Papa Gianyar.
Memang tak banyak seniman Bali piawai mengajar tari Bali untuk anak tuna rungu. Di bawah asuhan Nyeri, para penari tuna rungu pun menjadi lihai menggerakkan tubuh, meski tak mendengar iringan suara gamelan. Saat pentas pun, sekitar 10 meter di hadapan para penari tuna tungu, Nyeri memberi aba-aban sesuai menari. Para penari selain fokus menari, sesekali matanya juga melihat sang guru memandu. Gerak tariannya pun tidak kalah dengan penari normal lainnya.
Kini Nyeri mengajar menari untuk 38 anak disabilitas. Ia menuturkan betapa sulitnya memberikan gerakan panduan kepada anak-anak disabilitas. “Sebelum mengajak untuk latihan tarian, saya harus beradaptasi dulu dengan mereka agar terjalin komunikasi dan kedekatan,” terangnya, beberapa waktu lalu.
Sebelum dipercaya oleh pihak Yayasan Ikang Papa untuk mengajarkan tarian kepada anak tuna rungu, Nyeri mengaku sempat tidak tidur sampai dua malam. Karena ia harus memikirkan pola pengajaran menari kepada anak-anak tersebut. “Akhirnya saya menemukan pola, dengan skema gerakan tangan. Setiap gerakan tangan saya beri arti untuk gerakan tari,” bebernya.
Dijelaskan, saat awal-awal melatih menari, membutuhkan adaptasi setiap gerakan tari sampai setahun. Sehingga dengan bahasa isyarat dipadukan dengan gamelan, anak-anak bisa mengerti tarian dengan baik. Kini empat tahun sudah anak-anak disabilitas usia 12 - 18 tahun sudah menguasai 10 tari Bali dengan baik. Namun tidak semua anak-anak memiliki daya ingat yang baik. “Ada yang cepat menangkap, ada yang agak lambat. Namun karena dilatih secara intens, mereka kini memiliki kemampuan yang merata,” ujarnya. Anak-anak dilatih menari seminggu dua kali. Kecuali jika ada undangan pentas khusus, mereka bisa latihan sampai lima kali seminggu.
Usahanya kini sudah membuahkan hasil. Anak-anak ini pernah pentas di kediaman mantan Presiden RI Megawati Soekarnoputri di Jakarta. Selain itu, beberapa kali mengisi acara pembukaan acara-acara nasional, pentas di hotel di kawasan Nusa Dua. “Saya selaku pribadi sangat puas dan bangga dengan semua ini . Tujuan saya bukan materi, karena saya sudah mengabdi di Dinas Kebudayaan, kepuasan saya bahwa anak-anak disabilitas mendapat kesempatan untuk berekspresi dan memiliki keterampilan,” jelasnya. *nvi
Memang tak banyak seniman Bali piawai mengajar tari Bali untuk anak tuna rungu. Di bawah asuhan Nyeri, para penari tuna rungu pun menjadi lihai menggerakkan tubuh, meski tak mendengar iringan suara gamelan. Saat pentas pun, sekitar 10 meter di hadapan para penari tuna tungu, Nyeri memberi aba-aban sesuai menari. Para penari selain fokus menari, sesekali matanya juga melihat sang guru memandu. Gerak tariannya pun tidak kalah dengan penari normal lainnya.
Kini Nyeri mengajar menari untuk 38 anak disabilitas. Ia menuturkan betapa sulitnya memberikan gerakan panduan kepada anak-anak disabilitas. “Sebelum mengajak untuk latihan tarian, saya harus beradaptasi dulu dengan mereka agar terjalin komunikasi dan kedekatan,” terangnya, beberapa waktu lalu.
Sebelum dipercaya oleh pihak Yayasan Ikang Papa untuk mengajarkan tarian kepada anak tuna rungu, Nyeri mengaku sempat tidak tidur sampai dua malam. Karena ia harus memikirkan pola pengajaran menari kepada anak-anak tersebut. “Akhirnya saya menemukan pola, dengan skema gerakan tangan. Setiap gerakan tangan saya beri arti untuk gerakan tari,” bebernya.
Dijelaskan, saat awal-awal melatih menari, membutuhkan adaptasi setiap gerakan tari sampai setahun. Sehingga dengan bahasa isyarat dipadukan dengan gamelan, anak-anak bisa mengerti tarian dengan baik. Kini empat tahun sudah anak-anak disabilitas usia 12 - 18 tahun sudah menguasai 10 tari Bali dengan baik. Namun tidak semua anak-anak memiliki daya ingat yang baik. “Ada yang cepat menangkap, ada yang agak lambat. Namun karena dilatih secara intens, mereka kini memiliki kemampuan yang merata,” ujarnya. Anak-anak dilatih menari seminggu dua kali. Kecuali jika ada undangan pentas khusus, mereka bisa latihan sampai lima kali seminggu.
Usahanya kini sudah membuahkan hasil. Anak-anak ini pernah pentas di kediaman mantan Presiden RI Megawati Soekarnoputri di Jakarta. Selain itu, beberapa kali mengisi acara pembukaan acara-acara nasional, pentas di hotel di kawasan Nusa Dua. “Saya selaku pribadi sangat puas dan bangga dengan semua ini . Tujuan saya bukan materi, karena saya sudah mengabdi di Dinas Kebudayaan, kepuasan saya bahwa anak-anak disabilitas mendapat kesempatan untuk berekspresi dan memiliki keterampilan,” jelasnya. *nvi
Komentar