Bertemu Takmir Masjid, Kapolresta Ajak Sukseskan Pemilu
Hari H Pileg dan Pilpres 2019 sudah semakin dekat.
DENPASAR, NusaBali
Untuk menjaga kondusifitas keamanan jelang hari H Pemilu ini, Kapolretsa Denpasar Kombes Pol Ruddi Setiawan terus menggalang dukungan masyarakat. Seperti pada, Sabtu (9/3) Kombes Ruddi mengadakan tatap muka dengan 100 orang Takmir Masjid dan Mushola se-Kota Denpasar dan se-Kecamatan Kuta dan Kuta Selatan di lantai 3 Gedung Serbaguna Pesat Gatra Mapolresta Denpasar.
Dalam pertemuan ini, Kombes Ruddi memohon dukungan untuk bersama-sama menjaga keamanan dan kondusifitas wilayah hukum Polresta Denpasar menyongsong Pemilu 17 April mendatang. Dia berharap pelaksanaan Pemilu mendatang dapat berjalan aman, nyaman, dan tenteram.
Kombes Ruddi mengatakan takmir masjid memiliki peranan penting. Untuk itu, jangan sampai masjid dimanfaatkan sebagai tempat kampanye terselubung. “Ini adalah silaturahmi Kamtibmas Polresta Denpasar bersama dengan para takmir masjid. Tujuannya untuk mewujudkan lingkungan dakwah yang kondusif dalam menghadapi Pileg dan Pilpres mendatang. Kegiatan serupa juga akan dilakukan kepada masyarakat beragama lain,” tutur Kombes Ruddi.
Sejauh ini lanjut Kombes Ruddi, kondisi dan situasi di wilayah hukum Polresta Denpasar aman dan kondusif. Dirinya berharap agar tetap menjaga kondusifitas dengan menolak paham radikalisme dan penyebaran berita bohong (hoaks). “Tempat ibadah adalah tempat untuk menyejukkan. Jangan menjadikannya sebagai tempat berpolitik. Hal ini sudah diatur dalam UU Nomor 7 tahun 2017 bagian 4 tentang Pemilu, yaitu larangan kampanye dalam pasal 280 menyatakan dilarang menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan,” tandas Kombes Ruddi.
Langkah yang dilakukan oleh Polresta Denpasar disambut baik oleh Sekretaris MUI Kota Denpasar, Asy’ari Mushlih. Dia mengatakan masjid adalah pusat kegiatan umat Islam untuk beribadah, pendidikan, kemasyarakatan, keagamaan, dan lainnya. “Masjid sebagai salah satu tempat pendidikan politik, tapi tak boleh politisasi masjid. Di mana masjid dijadikan sebagai tunggangan, ajang, tempat untuk mempolitisir suatu hal. Ini yang harus dihindari,” tutur Asy’ari. Dia pun mengajak agar perbedaan pilihan hanya terjadi di dalam bilik suara. Di luar harus kedepankan persatuan dan kesatuan. *po
Untuk menjaga kondusifitas keamanan jelang hari H Pemilu ini, Kapolretsa Denpasar Kombes Pol Ruddi Setiawan terus menggalang dukungan masyarakat. Seperti pada, Sabtu (9/3) Kombes Ruddi mengadakan tatap muka dengan 100 orang Takmir Masjid dan Mushola se-Kota Denpasar dan se-Kecamatan Kuta dan Kuta Selatan di lantai 3 Gedung Serbaguna Pesat Gatra Mapolresta Denpasar.
Dalam pertemuan ini, Kombes Ruddi memohon dukungan untuk bersama-sama menjaga keamanan dan kondusifitas wilayah hukum Polresta Denpasar menyongsong Pemilu 17 April mendatang. Dia berharap pelaksanaan Pemilu mendatang dapat berjalan aman, nyaman, dan tenteram.
Kombes Ruddi mengatakan takmir masjid memiliki peranan penting. Untuk itu, jangan sampai masjid dimanfaatkan sebagai tempat kampanye terselubung. “Ini adalah silaturahmi Kamtibmas Polresta Denpasar bersama dengan para takmir masjid. Tujuannya untuk mewujudkan lingkungan dakwah yang kondusif dalam menghadapi Pileg dan Pilpres mendatang. Kegiatan serupa juga akan dilakukan kepada masyarakat beragama lain,” tutur Kombes Ruddi.
Sejauh ini lanjut Kombes Ruddi, kondisi dan situasi di wilayah hukum Polresta Denpasar aman dan kondusif. Dirinya berharap agar tetap menjaga kondusifitas dengan menolak paham radikalisme dan penyebaran berita bohong (hoaks). “Tempat ibadah adalah tempat untuk menyejukkan. Jangan menjadikannya sebagai tempat berpolitik. Hal ini sudah diatur dalam UU Nomor 7 tahun 2017 bagian 4 tentang Pemilu, yaitu larangan kampanye dalam pasal 280 menyatakan dilarang menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan,” tandas Kombes Ruddi.
Langkah yang dilakukan oleh Polresta Denpasar disambut baik oleh Sekretaris MUI Kota Denpasar, Asy’ari Mushlih. Dia mengatakan masjid adalah pusat kegiatan umat Islam untuk beribadah, pendidikan, kemasyarakatan, keagamaan, dan lainnya. “Masjid sebagai salah satu tempat pendidikan politik, tapi tak boleh politisasi masjid. Di mana masjid dijadikan sebagai tunggangan, ajang, tempat untuk mempolitisir suatu hal. Ini yang harus dihindari,” tutur Asy’ari. Dia pun mengajak agar perbedaan pilihan hanya terjadi di dalam bilik suara. Di luar harus kedepankan persatuan dan kesatuan. *po
Komentar