Pentingnya 'Bonding dengan Anak Zaman Now'
Aksi Parenting GTS Institute Bali di Yayasan ABSA
DENPASAR, NusaBali
GTS (Good-Trustworthy-Smart) Institute Bali menggelar Aksi Parenting dengan tema ‘Bonding dengan Anak Zaman Now’ Minggu (9/6) pagi di Yayasan Amara Bhawana Sastra (ABSA) yang berlokasi di Banjar Susut Kaja, Desa Susut, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli.
Aksi parenting (pengetahuan dan keterampilan mengasuh dan mendidik anak) ini untuk memberikan edukasi dan pemahaman khususnya kepada orang tua bagaimana menjalin bonding (ikatan lahir batin) yang kuat dengan anak-anak yang akan menjadi generasi emas Indonesia tahun 2045.
Tampil sebagai keynote speaker Direktur Utama GTS Institute Bali Dr AAA Ngurah Tini Rusmini Gorda, SH MM MH dengan narasumber lainnya Ketua Yayasan Amara Bhawana Sastra (ABSA) I Wayan Juni Artayasa serta moderator Nuning Indah Pratiwi SSos MIkom (KPS Ilmu Komunikasi Undiknas).
Tini Gorda mengungkapkan, bonding merupakan ikatan lahir dan batin antara orang tua dengan anak. Bonding ini harus terbangun sejak bayi masih dalam kandungan sang ibu, lalu lahir, tumbuh menjadi anak-anak dan hingga dewasa. "Bonding adalah keteladanan yang dimulai sejak anak di dalam perut. Vitamin yang terbaik bagi anak adalah bonding dan kasih sayang dari ibu dan ayahnya," ujar Tini Gorda saat dikonfirmasi di Denpasar, kemarin.
Beberapa hal yang bisa memotong bonding antara orang tua dan anak adalah saat proses melahirkan misalnya sang ibu memilih melahirkan anak dengan cesar bukan normal. Lalu saat fase menyusui, misalnya ibu tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara langsung kepada anak.
"Kalau tidak ada bonding sejak anak dalam perut maka sang ibu tidak akan tahu dan memahami perkembangan anak dengan baik," ungkap Tini Gorda seraya menambahkan ibu punya kontribusi besar membangun bonding dengan anak yang juga harus didukung oleh sang ayah.
Dikatakan, banyak hal negatif bisa terjadi ketika tidak ada bonding lahir batin yang kuat antara orang tua dan anak. Seperti anak menjadi tidak hormat dengan orang tua, pemberontak, tidak mengindahkan nasehat orang tua, mudah terpapar dan terpengaruh hal negatif seperti narkoba maupun seks bebas. "Kasus anak tidak sopan dengan orang tua mayoritas dikarenakan tidak adanya hubungan (bonding) lahir batin kuat antara orang tua dan anak. Jadi jangan salahkan lingkungan, kemajuan teknologi atau lainnya," tegas Tini Gorda.
Untuk meningkatkan bonding antara orang tua dengan anak, kata dia, maka lakukan lebih sering parenting. Kalau dibentengi dengan ikatan lahir batin maka sang anak tidak akan mudah terpengaruh dengan hal-hal negatif.
Untuk itulah GTS Institute Bali hadir untuk ikut membantu membangun kesadaran orang tua tentang pentingnya memahami parenting. "Kami hadir sebagai pemotong mata rantai permasalahan krisis parenting di keluarga. Kami lakukan premtif dan preventif. Sebab lembaga pendidikan pertama dan utama ada di keluarga," imbuhnya.
Tini Gorda juga menjelaskan, GTS Institut sebagai bentuk komitmen pihaknya untuk ikut bersama peduli dan bertanggung jawab dan keikutsertaan untuk melahirkan generasi emas. Yakni generasi yang menjadi bagian SDM utama menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang baik (Good), sebagai bangsa yang dapat dipercaya (Trustworthy) dan sebagai bangsa yang cerdas (Smart) di mata dunia. "Spirit Good, Trustworthy, dan Smart menjadi landasan dalam pengelolaan GTS Institute Bali sehingga ke depan akan mampu terus memberikan yang terbaik bagi peningkatan kualitas SDM putra-putri Bali," kata Tini Gorda.
Salah satu progam unggulan dari lembaga yang bernaung di bawah Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK) Provinsi Bali yang beralamat di Jalan Tukad Batanghari XI C, No.17, Panjer, Denpasar ini yakni diklat (pendidikan dan pelatihan) bagi calon ayah dan ibu. Diklat ini diperuntukkan bagi kalangan laki-laki dan perempuan mulai usia 18 tahun-akan menikah guna mempersiapkan mereka menuju jenjang berumah tangga, menjadi calon ayah dan ibu. *isu
Aksi parenting (pengetahuan dan keterampilan mengasuh dan mendidik anak) ini untuk memberikan edukasi dan pemahaman khususnya kepada orang tua bagaimana menjalin bonding (ikatan lahir batin) yang kuat dengan anak-anak yang akan menjadi generasi emas Indonesia tahun 2045.
Tampil sebagai keynote speaker Direktur Utama GTS Institute Bali Dr AAA Ngurah Tini Rusmini Gorda, SH MM MH dengan narasumber lainnya Ketua Yayasan Amara Bhawana Sastra (ABSA) I Wayan Juni Artayasa serta moderator Nuning Indah Pratiwi SSos MIkom (KPS Ilmu Komunikasi Undiknas).
Tini Gorda mengungkapkan, bonding merupakan ikatan lahir dan batin antara orang tua dengan anak. Bonding ini harus terbangun sejak bayi masih dalam kandungan sang ibu, lalu lahir, tumbuh menjadi anak-anak dan hingga dewasa. "Bonding adalah keteladanan yang dimulai sejak anak di dalam perut. Vitamin yang terbaik bagi anak adalah bonding dan kasih sayang dari ibu dan ayahnya," ujar Tini Gorda saat dikonfirmasi di Denpasar, kemarin.
Beberapa hal yang bisa memotong bonding antara orang tua dan anak adalah saat proses melahirkan misalnya sang ibu memilih melahirkan anak dengan cesar bukan normal. Lalu saat fase menyusui, misalnya ibu tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara langsung kepada anak.
"Kalau tidak ada bonding sejak anak dalam perut maka sang ibu tidak akan tahu dan memahami perkembangan anak dengan baik," ungkap Tini Gorda seraya menambahkan ibu punya kontribusi besar membangun bonding dengan anak yang juga harus didukung oleh sang ayah.
Dikatakan, banyak hal negatif bisa terjadi ketika tidak ada bonding lahir batin yang kuat antara orang tua dan anak. Seperti anak menjadi tidak hormat dengan orang tua, pemberontak, tidak mengindahkan nasehat orang tua, mudah terpapar dan terpengaruh hal negatif seperti narkoba maupun seks bebas. "Kasus anak tidak sopan dengan orang tua mayoritas dikarenakan tidak adanya hubungan (bonding) lahir batin kuat antara orang tua dan anak. Jadi jangan salahkan lingkungan, kemajuan teknologi atau lainnya," tegas Tini Gorda.
Untuk meningkatkan bonding antara orang tua dengan anak, kata dia, maka lakukan lebih sering parenting. Kalau dibentengi dengan ikatan lahir batin maka sang anak tidak akan mudah terpengaruh dengan hal-hal negatif.
Untuk itulah GTS Institute Bali hadir untuk ikut membantu membangun kesadaran orang tua tentang pentingnya memahami parenting. "Kami hadir sebagai pemotong mata rantai permasalahan krisis parenting di keluarga. Kami lakukan premtif dan preventif. Sebab lembaga pendidikan pertama dan utama ada di keluarga," imbuhnya.
Tini Gorda juga menjelaskan, GTS Institut sebagai bentuk komitmen pihaknya untuk ikut bersama peduli dan bertanggung jawab dan keikutsertaan untuk melahirkan generasi emas. Yakni generasi yang menjadi bagian SDM utama menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang baik (Good), sebagai bangsa yang dapat dipercaya (Trustworthy) dan sebagai bangsa yang cerdas (Smart) di mata dunia. "Spirit Good, Trustworthy, dan Smart menjadi landasan dalam pengelolaan GTS Institute Bali sehingga ke depan akan mampu terus memberikan yang terbaik bagi peningkatan kualitas SDM putra-putri Bali," kata Tini Gorda.
Salah satu progam unggulan dari lembaga yang bernaung di bawah Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK) Provinsi Bali yang beralamat di Jalan Tukad Batanghari XI C, No.17, Panjer, Denpasar ini yakni diklat (pendidikan dan pelatihan) bagi calon ayah dan ibu. Diklat ini diperuntukkan bagi kalangan laki-laki dan perempuan mulai usia 18 tahun-akan menikah guna mempersiapkan mereka menuju jenjang berumah tangga, menjadi calon ayah dan ibu. *isu
Komentar