nusabali

PKB Menggelorakan Cinta Tanah Kelahiran

  • www.nusabali.com-pkb-menggelorakan-cinta-tanah-kelahiran

Ketika bulan Juni-Juli tiba,  sejak tahun 1979 yang lampau, masyarakat Bali disatukan oleh sebuah atmosfer yang disebut dengan Pesta Kesenian Bali (PKB).

Pesta yang pada intinya menampilkan keragaman seni dan budaya Bali itu dikenal hingga ke pelosok desa dan bahkan sampai di daerah pegunungan. Art Centre (Taman Budaya Bali), pusat diselenggarakannya pesta seni itu, bagaikan magnet yang mampu menyedot  masyarakat datang mengunjunginya dari seluruh penjuru Bali. Beragam sajian seni yang digelar disimak dan dinikmati masyarakat penonton dengan suka cita.

Agaknya, PKB akan terus menggelinding. Adalah legitimasi Perda Nomor 7 Tahun 1986 yang mengukuhkan dan menjamin keberlangsungan peristiwa budaya yang diawali pada tahun 1979 itu.  Lebih dari itu, sejatinya pesta seni akbar yang digagas Gubernur Bali Prof. Dr. Ida Bagus Mantra ini,   mendapat perhatian luas bukan saja dari masyarakat Bali namun juga  mengundang penampilan pelaku seni nasional bahkan hingga partisipasi insan-insan seni internasional.

Di kalangan para seniman Bali sendiri, PKB telah menjadi arena berkesenian yang bergengsi. Betapa tidak. Gairah berkesenian para seniman Bali cenderung membumbung  bila mendapat kepercayaan tampil di arena PKB. Pementasan bentuk-bentuk seni tradisi komunal ditampilkan secara fanatik oleh masyarakat pendukungnya. Begitu pula genre seni sekuler popular, digarap dan disajikan dengan sarat gereget dan penuh kesungguhan oleh para pelakunya. Para seniman alam di desa-desa hingga kalangan seniman akademis di lembaga pendidikan formal kesenian menganggap ajang PKB sebagai wahana berkesenian yang prestisius.  

Beragam khasanah kesenian Bali telah ditampilkan dengan bangga oleh komunitas seni atau pendukungnya masing-masing,  apakah itu seni tradisi yang masih natural atau  seni tradisi-kreasi yang sedang menggeliat hingga seni yang bernuansa kontemporer, semuanya mendapat kesempatan dan peluang unjuk kiprah. Upaya penggalian dan langkah-langkah pelestarian terhadap ekspresi seni yang patut direvitalisasikan dan diaktualisasikan, tak sedikit yang diproyeksikan dalam konteks penampilan di  gelanggang PKB. Gelora pengembangan yang dirangsang dalam PKB memunculkan kreativitas dan inovasi seni yang diantaranya menjadi tontonan primadona masyarakat.

Pementasan sendratari kolosal dan festival gong kebyar, adalah dua bentuk seni pertunjukan favorit masyarakat Bali di arena PKB. Sendratari Ramayana dan Mahabharata yang digelar di panggung terbuka Ardha Candra, hingga penyelenggaraan PKB ke-37 2015 lalu, menjadi suguhan seni pentas yang selalu mengundang berjubelnya  lebih dari 5.000 penonton. Festival gong kebyar bahkan lebih dahsyat. Festival dalam format kompetisi gamelan dan tari duta masing-masing kabupaten/kota se-Bali ini selalu mengundang hebohnya antusiasisme para pegandrung seni pertunjukan ini. Pementasan yang disajikan secara mabarung sarat dengan rivalitas yang membuncah.

Seni pertunjukan memperoleh porsi terbesar sejak awal PKB. Penonton dapat menyaksikan sendratari kolosal atau gegap gempita festival gong kebyar di panggung terbuka Ardha Candra. Masyarakat penggemar tari klasik legong dan tari kreasi misalnya dapat menyimak pertunjukan kesenian itu di panggung tertutup Ksirarnawa. Penonton dapat pula menikmati drama tari arja dan gambuh di Wantilan. Atau masyarakat menggemar tari joged, janger, dan genjek dapat mengerumuninya di kalangan sederhana Angsoka dan Ayodia. Bahkan penonton akan dapat memergoki pertunjukan ngelawang di areal Taman Budaya.

Lima materi pokok yang disajikan dalam setiap program penyelenggaraan PKB yaitu pawai, pagelaran, lomba, pameran, dan sarasehan, pada tiga materi pertama didominasi oleh seni pertunjukan seperti seni tari, karawitan, dan teater. Sedangkan seni rupa, baik seni rupa murni maupun terapan menunjukkan eksistensinya pada pokok materi pameran. Seminar seni yang melibatkan lintas seniman dan budayawan, membahas topik-topik kontesktual dan relevan tentang kebudayaan dimana kesenian dengan segala dimensinya dijadikan fokus dialog. Pagelaran puspa warna seni pertunjukan ibarat lokomotif yang menarik gerbong kesenian lainnya menuju stasiun PKB.

Ketika PKB menguak pada tahun 1979 tersebut,  bukannya tanpa tantangan. Kala itu, tak sedikit tokoh-tokoh masyarakat yang mengkritisi dan menyangsikan gagasan yang digulirkan Ida Bagus Mantra tersebut. Namun kenyataannya kemudian berkata lain. Perhelatan seni terbesar di Bali ini tak pernah jeda menciptakan vibrasi cerah terhadap keberadaan seni dan budaya masyarakat Bali. Setidaknya,  strategi kebudayaan masyarakat Bali ini telah memberikan harapan terhadap tujuan digelarnya PKB yaitu untuk memelihara, membina, melestarikan, dan mengembangkan seni budaya; mengkaji konsep-konsep dan masalah-masalah kesenian Bali; menggali, mendorong, dan mengembangkan  kreasi dan kegiatan seni budaya yang tidak bertentangan dengan keperibadian masyarakat dan bangsa; mendorong, memberikan kesempatan perkembangan promosi usaha-usaha di bidang seni budaya dan kerajinan rakyat; serta memberikan hiburan yang sehat bagi masyarakat.

Menyimak perjalanannya sejak awal hingga kini, lima tujuan yang dijadikan idealisme .penyelenggaraan PKB tersebut telah menunjukkan hasil yang positif. Tampak tujuan kelima yaitu sebagai wahana hiburan telah menunjukkan hasil kongret. Fungsi seni sebagai objek dan subjek kegirangan hati cukup kondusif dapat dirasakan masyarakat penonton dalam pesta seni tersebut. Pawai pembukaan PKB disaksikan ribuan orang dan dihadiri oleh pejabat Negara. Beragam pagelaran seni diminati kalangan anak-anak hingga orang dewasa. Lomba-lomba seni diikuti dan ditonton dengan penuh gairah.

Tahun 2016 ini, PKB memasuki penyelenggraan yang ke-38. Gairah untuk melestarikan dan mengembangkan seni budaya Bali seperti yang telah digariskan pencetus pesta seni ini, Ida Bagus Mantra, masih tak kehilangan gairah dan malahan semakin berkobar. Kali ini PKB mengangkat tema “Karang Awak: Mencintai Tanah Kelahiran“. Di tengah gelombang transformasi budaya dan gedoran globalisasi, tema yang diusung kali ini terasa sangat kontekstual, sebab seni budaya  kita berkontribusi sangat signifikan menyalakan dan mengobarkan semangat cinta tanah kelahiran, Bali, dan atau  cinta tanah air, Indonesia, yang  memperkukuh jati diri bangsa. 7 Dr Kadek Suartaya SSKar, MSi (Dosen ISI Denpasar)

Komentar