Sehari Puluhan Orang di Tabanan Periksa Kejiwaan
Pasien yang melakukan pemeriksaan kejiwaan di Kabupaten Tabanan rata-rata jumlahnya mencapai 30–40 orang per hari.
TABANAN, NusaBali
Dari jumlah yang memeriksakan tersebut ada yang mengalami gangguan jiwa ringan dan gangguan jiwa berat. Psikiater BRSUD Tabanan dr I Gusti Ngurah Mahayasa mengatakan per hari pasien yang melakukan pemeriksaan kejiwaan mencapai 30-40 orang dengan rentang usia 30-40 tahun. “Jumlah ini kalau dibilang banyak, ya banyak, tetapi kami sangat care dengan orang dengan gangguan jiwa,” ujarnya, Senin (26/8).
Menurut dr Mahayasa, yang memeriksakan kejiwaan setiap hari itu memiliki permasalahan gangguan jiwa ringan dan gangguan jiwa berat. Yang termasuk gangguan jiwa ringan mereka yang menderita gangguan kecemasan. Awalnya mereka ini melakukan pemeriksaan ke dokter spesialis penyakit jantung karena penderita gangguan cemas mirip seperti sakit jantung, yakni mengeluh tidak bisa tidur, berdebar, sempoyongan, lemas, dan gangguan lambung kronis.
“Jadi yang muncul bukan kejiwaan tetapi fisik yang menonjol. Dan yang paling penting perasaan hati. Sehingga pasien gangguan cemas itu sering minta pertolongan ke dokter istilahnya doctor shopping,” ungkap dr Mahayasa, Senin (26/8).
Sementara itu untuk gangguan jiwa berat, lanjut dr Mahayasa, ada banyak tipe. Ada tipe pencuriga atau cemburu, tipe kaku berlebihan, dan tipe kekanak-kanakan. Untuk tipe pencuriga memiliki sifat curiga dan cemburu kepada orang lain. “Mereka didominasi oleh halusinasi sehingga banyak kita dengar penderita gangguan jiwa membunuh orang. Ini yang paling berbahaya,” tegasnya.
Kemudian tipe kekanak-kanakan suka telanjang dan suka kumpulkan barang bekas, dan terakhir tipe kaku berlebihan memiliki ciri-ciri jalannya seperti robot lebih banyak diam seperti patung. “Dari tipe itu yang paling banyak dijumpai adalah tipe pencuriga,” tutur dr Mahayasa.
Dan untuk mengatasi tersebut pihaknya selalu memberikan obat secara rutin sesuai dengan yang diderita pasien. Pasien tidak boleh putus obat selama menjalani perawatan. Termasuk pihaknya memberikan pemahaman terhadap keluarga untuk mengantisipasi stres dengan cara menguatkan ketahanan mental seseorang. Agar hal itu tercapai saat masih kanak-kanak harus menjaga pola asuh yang benar dari usia 0-6 tahun. “Jadi ini sangat penting sekali pola asuh anak. Meski gangguan jiwa terjadi ada yang karena genetik,” ungkapnya.
Dia menambahkan selain berobat ke pihaknya pasien yang mengalami gangguan jiwa juga ada yang berobat atau konsultasi ke rumah sakit swasta. “Jadi kita wajib bantu mereka, apalagi sekarang pengobatan pasien ODGJ sesuai aturan BPJS pengobatanya berjenjang dari faskes I ke rumah sakit tipa A,” tandas dr Mahayasa. *des
Menurut dr Mahayasa, yang memeriksakan kejiwaan setiap hari itu memiliki permasalahan gangguan jiwa ringan dan gangguan jiwa berat. Yang termasuk gangguan jiwa ringan mereka yang menderita gangguan kecemasan. Awalnya mereka ini melakukan pemeriksaan ke dokter spesialis penyakit jantung karena penderita gangguan cemas mirip seperti sakit jantung, yakni mengeluh tidak bisa tidur, berdebar, sempoyongan, lemas, dan gangguan lambung kronis.
“Jadi yang muncul bukan kejiwaan tetapi fisik yang menonjol. Dan yang paling penting perasaan hati. Sehingga pasien gangguan cemas itu sering minta pertolongan ke dokter istilahnya doctor shopping,” ungkap dr Mahayasa, Senin (26/8).
Sementara itu untuk gangguan jiwa berat, lanjut dr Mahayasa, ada banyak tipe. Ada tipe pencuriga atau cemburu, tipe kaku berlebihan, dan tipe kekanak-kanakan. Untuk tipe pencuriga memiliki sifat curiga dan cemburu kepada orang lain. “Mereka didominasi oleh halusinasi sehingga banyak kita dengar penderita gangguan jiwa membunuh orang. Ini yang paling berbahaya,” tegasnya.
Kemudian tipe kekanak-kanakan suka telanjang dan suka kumpulkan barang bekas, dan terakhir tipe kaku berlebihan memiliki ciri-ciri jalannya seperti robot lebih banyak diam seperti patung. “Dari tipe itu yang paling banyak dijumpai adalah tipe pencuriga,” tutur dr Mahayasa.
Dan untuk mengatasi tersebut pihaknya selalu memberikan obat secara rutin sesuai dengan yang diderita pasien. Pasien tidak boleh putus obat selama menjalani perawatan. Termasuk pihaknya memberikan pemahaman terhadap keluarga untuk mengantisipasi stres dengan cara menguatkan ketahanan mental seseorang. Agar hal itu tercapai saat masih kanak-kanak harus menjaga pola asuh yang benar dari usia 0-6 tahun. “Jadi ini sangat penting sekali pola asuh anak. Meski gangguan jiwa terjadi ada yang karena genetik,” ungkapnya.
Dia menambahkan selain berobat ke pihaknya pasien yang mengalami gangguan jiwa juga ada yang berobat atau konsultasi ke rumah sakit swasta. “Jadi kita wajib bantu mereka, apalagi sekarang pengobatan pasien ODGJ sesuai aturan BPJS pengobatanya berjenjang dari faskes I ke rumah sakit tipa A,” tandas dr Mahayasa. *des
1
Komentar