Gde Agung, Rai Mantra, dan Geredeg Ikut Masuk Bursa
Bukan hanya tokoh Puri Agung Ubud Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace yang bergulir sebagai tandem Bakal Calon Gubernur (Cagub) Bali dari PDI Perju ang-an, Dr Ir Wayan Koster MM, menuju Pilgub Bali 2018.
Kandidat Cawagub Pendamping Wayan Koster
DENPASAR, NusaBali
Tiga tokoh la innya juga masuk bursa kandidat pendamping Wayan Koster di posisi Calon Wakil Gu bernur (Cawagub) Bali: AA Gde Agung, IB Rai Dharmawijaya Mantra, dan I Wayan Geredeg. Informasi yang dihimpun NusaBali, Minggu (17/7), trio AA Gde Agung, IB Rai Ma ntra, Wayan Geredeg sudah pernah disimulasikan menjadi kandidat pendam ping Wayan Koster, sebelum munculnya nama Cok Ace. AA Gde Agung merupa kan panglingsir Puri Ageng Mengwi, Desa Pakraman Mengwi, Kecamatan Meng wi, Badung yang sempat dua kali periode menjabat Bupati Badung (2005-2010, 2010-2015) diusung Demokrat-Golkar.
Sedangkan IB Rai Mantra adalah tokoh asal Desa Sumerta Kelod, Kecamatan Den pasar Timur yang dua kali periode lebih menjadi Walikota Denpasar (2008-2010, 2010-2015, 2016-2021). Rai Mantra merupakan putra dari mantan Gubernur Bali (1978-1983, 1983-1988) Prof Dr IB Mantra. Sementara Wayan Geredeg merupa kan politisi Golkar asal Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem yang ki ni Wakil Bendahara Umum DPP Golkar. Wayan Geredeg yang notabene mantan Ketua DPD II Golkar Karangasem, sempat dua kali periode jadi Bupati Karang a sem (2005-2010, 2010-2015). Sebaliknya, Cok Ace---yang dijagokan PDIP Gia nyar---adalah mantan Bupati Gianyar 2008-2013 yang diusung Golkar.
“Tiga tokoh di luyar Cok Ace ini (Gde Aghung, Rai Mantra, Wayan Geredeg, Red) sempat disimulasikan menjadi kandidat tandem wayan Koster berdasarkan peta k ekuatan pemilih di masing-masing daerah asal mereka,” ujar sumber NusaBali yang wanti-wanti namanya tidak dikorankan, Minggu kemarin. Dia menyebutkan, Gde Agung dinilai tepat, karena Badung di mana yang bersang kutan berasal adalah bagian wilayah selatan Pulau Bali, dengan jumlah pemilih lu mayan besar. Sedangkan Wayan Koster berasal dari Buleleng yang merupakan ka wasan Bali Utara. Jadi, Koster-Gde Agung dianggap menjadi representasi keku atan Bali Utara-Bali Selatan.
Gde Agung sendiri cukup berperan ketika Koster memimpin Tim Pemenangan Pa ket Nyoman Giri Prasta-I Ketut Suiasa (Cabup-Cawabup Badung yang diusung PD IP) di Pilkada Badung 2015. Saat Megawati Soekar no putri datang ke arena ka mpanye pasangan Giri Prasta-Suiasa di Lapangan Mengwi saat Pilkada Badung 2015, Ketua Umum DPP PDIP itu juga mampir ke kediaman Gde Agung di Puri Ageng Mengwi. Dari sinilah sinyal kedekatan Gde Agung dengan PDIP yang di fa silitasi Giri Prasta (Ketua DPC PDIP Badung yang kemudian terpilih menjadi Bu pati Badung 2016-2021).
Sedangkan simulasi pasangan Wayan Koster-Rai Mantra, menurut sumber tadi, ju ga merupakan kombinasi kekuatan Bali Utara-Bali Selataan. Rai Mantra yang kini menjabat Walikota Denpasar, memiliki kekuatan pendukung dengan jumlah pemi lih terbesar kedua di Bali setelah Buleleng. Selain itu, ini strategi politik, karena jika Rai Mantra yang dampingi Koster, otomatis akan memberikan peluang kepada politisi PDIP yang kini Wakil Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, na ik menjadi Walikota Denpasar.
Sebaliknya untuk Wayan Geredeg, meskipun wilayahnya bukan Bali Selatan (me la inkan Bali Timur), namun dianggap potensial. Sebab, mantan Bupati Karangasem ini memiliki jumlah pemilih lumayan besar di Karangasem. Menurut sumber tadi, opsi Wayan Geredeg ini merupakan strategi mirip paket Jokowi-Jusuf Kalla di Pil pres 2014.
Hal ini tidak terlepas juga adanya persaingan di internal Golkar Bali antara Wayan Geredeg vs Ketut Sudikerta. Dalam hal ini, Geredeg kecil peluangnya dapat reko me n dasi dari DPP Golkar maju ke Pilgub Bali 2018. DPP Golkar pastinya lebih me milih Ketua DPD I Golkar Bali, Ketut Sudikerta, tinimbang Geredeg. “Jadi, kh u sus Wayan Geredeg, nyambuh dengan arah wacana Koalisi Merah-Kuning (PDIP-Golkar),” katanya.
Sayangnya, Wayan Geredeg belum berhasil dikonfirmasi NusaBali terkait peluang jadi tandem Wayan Koster ke Pilgub Bali 2018. Saat Geredeg dihubungi NusaBali melalui telepon, Minggu kemarin, terdengar ada nada sambung, namun ponselnya tidak diangkat. Sementara itu, AA Gde Agung yang dikonfirmasi NusaBali secara terpisah kema rin, Bali mengatakan ‘tahu diri’. “Saat ini, saya bukan siapa-siapa. Saya warga ma syarakat biasa,” ujar Gde Agung yang sempat 10 tahun berkuasai selaku Bupati Badung.
Gde Agung mengatakan, dirinya tidak mau berandai-andai dengan situasi politik menjelang Pilgub Bali 2018. Apalagi, sampai disebut-sebut sebagai salah satu kan didat tandem Wayan Koster di posisi Cawagub 2018. “Apalagi, teman-teman PDIP kan sudah sampaikan usung paket ‘kader-kader’ ke Pilgub 2018. Saya tahu dirilah. Kita tidak mau ngulgul (menganggu) napas di PDIP yang ingin paket ‘kader-ka der’. Lagian, saya ini siapa sih? Hanya rakyat biasa,” katanya merendah.
Dijata apakah sering berkomunikasi dengan Ketua DPC PDIP Badung Nyoman Gi ri Prasta soal Pilgub Bali 2018, menurut Gde Agung, memang ada komunikasi. Ta pi, itu komunikasi sebatas Giri Prasta sebagai Bupati dan Gde Agung sebagai rak yat. “Saya kan rakyatnya Pak Bupati Giri Prasta. Apalagi, sekarang Pak Bupati si buk sekali ya, jadi komunikasi biasa saja,” tandas Gde Agung. 7 nat
DENPASAR, NusaBali
Tiga tokoh la innya juga masuk bursa kandidat pendamping Wayan Koster di posisi Calon Wakil Gu bernur (Cawagub) Bali: AA Gde Agung, IB Rai Dharmawijaya Mantra, dan I Wayan Geredeg. Informasi yang dihimpun NusaBali, Minggu (17/7), trio AA Gde Agung, IB Rai Ma ntra, Wayan Geredeg sudah pernah disimulasikan menjadi kandidat pendam ping Wayan Koster, sebelum munculnya nama Cok Ace. AA Gde Agung merupa kan panglingsir Puri Ageng Mengwi, Desa Pakraman Mengwi, Kecamatan Meng wi, Badung yang sempat dua kali periode menjabat Bupati Badung (2005-2010, 2010-2015) diusung Demokrat-Golkar.
Sedangkan IB Rai Mantra adalah tokoh asal Desa Sumerta Kelod, Kecamatan Den pasar Timur yang dua kali periode lebih menjadi Walikota Denpasar (2008-2010, 2010-2015, 2016-2021). Rai Mantra merupakan putra dari mantan Gubernur Bali (1978-1983, 1983-1988) Prof Dr IB Mantra. Sementara Wayan Geredeg merupa kan politisi Golkar asal Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem yang ki ni Wakil Bendahara Umum DPP Golkar. Wayan Geredeg yang notabene mantan Ketua DPD II Golkar Karangasem, sempat dua kali periode jadi Bupati Karang a sem (2005-2010, 2010-2015). Sebaliknya, Cok Ace---yang dijagokan PDIP Gia nyar---adalah mantan Bupati Gianyar 2008-2013 yang diusung Golkar.
“Tiga tokoh di luyar Cok Ace ini (Gde Aghung, Rai Mantra, Wayan Geredeg, Red) sempat disimulasikan menjadi kandidat tandem wayan Koster berdasarkan peta k ekuatan pemilih di masing-masing daerah asal mereka,” ujar sumber NusaBali yang wanti-wanti namanya tidak dikorankan, Minggu kemarin. Dia menyebutkan, Gde Agung dinilai tepat, karena Badung di mana yang bersang kutan berasal adalah bagian wilayah selatan Pulau Bali, dengan jumlah pemilih lu mayan besar. Sedangkan Wayan Koster berasal dari Buleleng yang merupakan ka wasan Bali Utara. Jadi, Koster-Gde Agung dianggap menjadi representasi keku atan Bali Utara-Bali Selatan.
Gde Agung sendiri cukup berperan ketika Koster memimpin Tim Pemenangan Pa ket Nyoman Giri Prasta-I Ketut Suiasa (Cabup-Cawabup Badung yang diusung PD IP) di Pilkada Badung 2015. Saat Megawati Soekar no putri datang ke arena ka mpanye pasangan Giri Prasta-Suiasa di Lapangan Mengwi saat Pilkada Badung 2015, Ketua Umum DPP PDIP itu juga mampir ke kediaman Gde Agung di Puri Ageng Mengwi. Dari sinilah sinyal kedekatan Gde Agung dengan PDIP yang di fa silitasi Giri Prasta (Ketua DPC PDIP Badung yang kemudian terpilih menjadi Bu pati Badung 2016-2021).
Sedangkan simulasi pasangan Wayan Koster-Rai Mantra, menurut sumber tadi, ju ga merupakan kombinasi kekuatan Bali Utara-Bali Selataan. Rai Mantra yang kini menjabat Walikota Denpasar, memiliki kekuatan pendukung dengan jumlah pemi lih terbesar kedua di Bali setelah Buleleng. Selain itu, ini strategi politik, karena jika Rai Mantra yang dampingi Koster, otomatis akan memberikan peluang kepada politisi PDIP yang kini Wakil Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, na ik menjadi Walikota Denpasar.
Sebaliknya untuk Wayan Geredeg, meskipun wilayahnya bukan Bali Selatan (me la inkan Bali Timur), namun dianggap potensial. Sebab, mantan Bupati Karangasem ini memiliki jumlah pemilih lumayan besar di Karangasem. Menurut sumber tadi, opsi Wayan Geredeg ini merupakan strategi mirip paket Jokowi-Jusuf Kalla di Pil pres 2014.
Hal ini tidak terlepas juga adanya persaingan di internal Golkar Bali antara Wayan Geredeg vs Ketut Sudikerta. Dalam hal ini, Geredeg kecil peluangnya dapat reko me n dasi dari DPP Golkar maju ke Pilgub Bali 2018. DPP Golkar pastinya lebih me milih Ketua DPD I Golkar Bali, Ketut Sudikerta, tinimbang Geredeg. “Jadi, kh u sus Wayan Geredeg, nyambuh dengan arah wacana Koalisi Merah-Kuning (PDIP-Golkar),” katanya.
Sayangnya, Wayan Geredeg belum berhasil dikonfirmasi NusaBali terkait peluang jadi tandem Wayan Koster ke Pilgub Bali 2018. Saat Geredeg dihubungi NusaBali melalui telepon, Minggu kemarin, terdengar ada nada sambung, namun ponselnya tidak diangkat. Sementara itu, AA Gde Agung yang dikonfirmasi NusaBali secara terpisah kema rin, Bali mengatakan ‘tahu diri’. “Saat ini, saya bukan siapa-siapa. Saya warga ma syarakat biasa,” ujar Gde Agung yang sempat 10 tahun berkuasai selaku Bupati Badung.
Gde Agung mengatakan, dirinya tidak mau berandai-andai dengan situasi politik menjelang Pilgub Bali 2018. Apalagi, sampai disebut-sebut sebagai salah satu kan didat tandem Wayan Koster di posisi Cawagub 2018. “Apalagi, teman-teman PDIP kan sudah sampaikan usung paket ‘kader-kader’ ke Pilgub 2018. Saya tahu dirilah. Kita tidak mau ngulgul (menganggu) napas di PDIP yang ingin paket ‘kader-ka der’. Lagian, saya ini siapa sih? Hanya rakyat biasa,” katanya merendah.
Dijata apakah sering berkomunikasi dengan Ketua DPC PDIP Badung Nyoman Gi ri Prasta soal Pilgub Bali 2018, menurut Gde Agung, memang ada komunikasi. Ta pi, itu komunikasi sebatas Giri Prasta sebagai Bupati dan Gde Agung sebagai rak yat. “Saya kan rakyatnya Pak Bupati Giri Prasta. Apalagi, sekarang Pak Bupati si buk sekali ya, jadi komunikasi biasa saja,” tandas Gde Agung. 7 nat
Komentar