Bikin Relief Mayadanawa Sepanjang 150 Meter di Sekitar DAS Pakerisan
Kisah I Wayan Wigunata, Penghobi Advanture dari Banjar Manukaya Anyar, Desa Manukaya, Tampaksiring
Di sepanjang relief tebing batu padas DAS Tukad Pakerisan wilayah Banjar Manukaya Anyar, Desa Manukaya akan dibuat goa dan air terjun, juga tempat panglukatan untuk proyeksi paket wisata adventure
GIANYAR, NusaBali
Seorang krama Banjar Manukaya Anyar, Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, I Wayan Wigunata alias Lole, 35, membuat karya seni menakjubkan. Bersama 5 tukang ukir lainnya, pengelola Artshop Segara Windhu dan sekaligus owner Gosek Adventure ini membuat relief mitologi ‘Mayadanawa’ sepanjang 150 meter pada tebing batu padas di hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Tukad Pakerisan kawasan Banjar Manukaya Anyar, Desa Manukaya.
Ukiran dalam relief mitologi ‘Mayadanawa’ yang dibuat Wayan Wigunata cs tersebut semuanya berwujud binatang, seperti buaya, banteng, macan, dan gajah. Tebing batu padas dipahat secara manual sejak beberapa bulan lalu, menggunakan kapak, pahat, palu, dan sejenisnya. Ukuran relief menyesuaikan dengan tebing batu padas dengan rata-rata ketinggian 3 meter.
Menariknya, pahatan berwujud binatang ini mengikuti bentuk asli batu padas tanpa tempelan. Ke depan, relief ini rencananya akan diukir sepanjang 500 meter. Sekarang, panjangnya baru mencapai 150 meter. Menurut Wayan Wigunata, ada tebing setinggi 30 meter yang rencananya akan dipahat, melanjutkan kisah legenda Mayadanawa.
Mayadanawa sendiri merupakan raja yang sakti mandraguna di masa lampau. Raja Mayadanawa bisa berubah wujud menjadi apa saja, sehingga susah untuk ditaklukkan. Ini membuat rakyat sedih dan sengsara. Tak ada yang berani melawannya. Sampai akhirnya Ida Manik Angkeran yang bergelar Sang Kulputih melakukan tapa semadi, memohon petunjuk, kemudian berperang melawan Mayadanawa.
Suatu malam, Mayadanawa menciptakan pancoran cetik (racun), lalu berjalan memiringkan telapak kaki agar tidak meninggalkan jejak, sehingga tempat yang dilaluinya itu dikenal dengan nama Tampaksiring. Esoknya, pasukan Batara Indra banyak yang sakit, karena minum air pancoran cetik. Dengan kesaktiannya, Batara Indra menancapkan tombaknya sehingga menyembur air yang disebut Tirta Empul, yang digunakan untuk memerciki dan menyembuhkan kembali pasukannya.
Sementara, untuk menghindari kejaran Batara Indra, Mayadenawa berubah menjadi Manuk, hingga nama tempat itu dikenal sebagai Desa Manukaya. Dalam pelariannya, Mayadenawa juga berubah wujud menjadi bentuk-bentuk lain, yang kemudian diabadikan sebagai nama tempat.
Di akhir pelariannya, Mayadawana mengubah diri menjadi batu padas. Dalam wujud batu padas inilah Mayadenawa berhasil dipanah oleh Batara Indra, sehingga darah mengalir membentuk sungai yang dinamakan Tukad Petanu. Kematian Mayadenawa kemudian diperingati sebagai perayan kemanangan dharma atas aharma, Hari Raya Galungan. Mitologi Mayadanawa inilah yang diangkat dalam relief karya Wayan Wigunata.
Menurut Wayan Wigunata, sebagai sebagai penghobi off road, dirinya bercita-cita mengembangkan potensi wisata adventure di Banjar Manukaya Anyar, Desa Manukaya sejak 6 tahun lalu. Dia tertarik mengembangkan wisata adventure, sejalan dengan hobinya yang suka menjajal trek-trekan menantang dengan menggunakan motor tril.
“Dulu saya sering mancing, mandi, dan bermain-main di tempat ini. Dipikir-pikir, lokasi ini berpotensi dikembangkan,” ujar Wigunata saat di lokasi tebing pembuatan relief Mayadanawa di hulu DAS Tukad Pakerisan, yang memiliki ratusan titik mata air klebutan, Minggu (12/1).
Wigunata menyebutkan, untuk merealisasikan ide gilanya mengembangkan wisata adventure dengan membuat relief pada tebing padas sepanjang 150 meter itu, banyak hambatan maupun ancaman yang menghadanfnya. Namun, perlahan tapi pasti, Wigunata berhasil meyakinkan krama Desa Adat Manukaya Anyar. Sejumlah lahan milik krama maupun pelaba pura dia kontrak. Wigunata pun mulai merombak areal yang dulunya semak belukar ini menjadi kawasan wisata adventure, sejak 7 bulan lalu.
Menurut Wigunata, di balik relief sepanjang 150 meter di tebing batu padas ini nantinya akan dibuatkan goa yang panjangnya mencapai puluhan meter. Sedangkan di pintu masuk goa nantinya akan dikucurkan air menyerupai air terjun.
Untuk membuat relief Mayadanawa sepanjang 150 meter, Wigunawa melibatkan 5 tuking ukir lokal sesama asal Desa Manukaya. “Para tukang ukir ini sudah berpengalaman sejak tahun 1980-an mengukir gading, tulang, dan tanduk,” ujar pria kelahiran 27 Agustus 1984 yang sempat kuliah di Fakultas Ekonomoi Undiknas Denpasar, namun tidak tamat ini.
Sementara itu, ke depan Wigunata berencana memperpanjang relief Mayadanawa di DAS Tukad Pakerisan ini dari 150 meter menjadi 500 meter. Nah, di sepanjang relief nantinya akan dibuat beberapa titik air terjun, memanfaatkan ratusan sumber mata air kelebutan yang ada. Selain itu, juga akan ditata tempat panglukatan Pancoran Pitu (7 pancoran).
“Pancoran sebetulnya sudah ada, tinggal dikembanagkan. Selama ini, pancoran tersebut dimanfaatkan oleh krama untuk nunas tirta,” jelas ayah 3 nak dari pernikahannya dengan Ni Komang Riang Widnyani ini.
Saat ini, Wigunata sedang melakukan penataan jalur adventure dan trek sepanjang 8 kilometer. Banyak wahana yang rencananya akan disediakan di jalur adventure tersebut. Di antaranya, tempat yoga, kemah, treking, swing, dan malukat. Untuk itu, Gosek Adventure miliknya telah mengeluarkan duit miliaran rupiah.
Menurt Wigunata, pihaknya juga merancang ada spot-spot pertunjukan kesenian, kuliner khas Bali, maupun kerajinan sebagai pakjet wisata di jalur adventure nanti. “Paket wisata adventure ini ditargetkan bisa dibuka Februari 2020 depan, sebelum Hari Raya Galungan” jelas owner Gosek Adventure ini.
Wigunata menyebutkan, karena paket wisata adventure yang dikembangkannya menggunakan lahan adat, ke depan pastinya ada perhitungan presentase pemasukan ke kas desa adat. “Dari objek wisata adventure ini saya berharap masyarakat bisa ikut menikmati hasilnya dan Desa Ada Manukaya Anyar menjadi semakin maju,” terang Wigunata. *nvi
Ukiran dalam relief mitologi ‘Mayadanawa’ yang dibuat Wayan Wigunata cs tersebut semuanya berwujud binatang, seperti buaya, banteng, macan, dan gajah. Tebing batu padas dipahat secara manual sejak beberapa bulan lalu, menggunakan kapak, pahat, palu, dan sejenisnya. Ukuran relief menyesuaikan dengan tebing batu padas dengan rata-rata ketinggian 3 meter.
Menariknya, pahatan berwujud binatang ini mengikuti bentuk asli batu padas tanpa tempelan. Ke depan, relief ini rencananya akan diukir sepanjang 500 meter. Sekarang, panjangnya baru mencapai 150 meter. Menurut Wayan Wigunata, ada tebing setinggi 30 meter yang rencananya akan dipahat, melanjutkan kisah legenda Mayadanawa.
Mayadanawa sendiri merupakan raja yang sakti mandraguna di masa lampau. Raja Mayadanawa bisa berubah wujud menjadi apa saja, sehingga susah untuk ditaklukkan. Ini membuat rakyat sedih dan sengsara. Tak ada yang berani melawannya. Sampai akhirnya Ida Manik Angkeran yang bergelar Sang Kulputih melakukan tapa semadi, memohon petunjuk, kemudian berperang melawan Mayadanawa.
Suatu malam, Mayadanawa menciptakan pancoran cetik (racun), lalu berjalan memiringkan telapak kaki agar tidak meninggalkan jejak, sehingga tempat yang dilaluinya itu dikenal dengan nama Tampaksiring. Esoknya, pasukan Batara Indra banyak yang sakit, karena minum air pancoran cetik. Dengan kesaktiannya, Batara Indra menancapkan tombaknya sehingga menyembur air yang disebut Tirta Empul, yang digunakan untuk memerciki dan menyembuhkan kembali pasukannya.
Sementara, untuk menghindari kejaran Batara Indra, Mayadenawa berubah menjadi Manuk, hingga nama tempat itu dikenal sebagai Desa Manukaya. Dalam pelariannya, Mayadenawa juga berubah wujud menjadi bentuk-bentuk lain, yang kemudian diabadikan sebagai nama tempat.
Di akhir pelariannya, Mayadawana mengubah diri menjadi batu padas. Dalam wujud batu padas inilah Mayadenawa berhasil dipanah oleh Batara Indra, sehingga darah mengalir membentuk sungai yang dinamakan Tukad Petanu. Kematian Mayadenawa kemudian diperingati sebagai perayan kemanangan dharma atas aharma, Hari Raya Galungan. Mitologi Mayadanawa inilah yang diangkat dalam relief karya Wayan Wigunata.
Menurut Wayan Wigunata, sebagai sebagai penghobi off road, dirinya bercita-cita mengembangkan potensi wisata adventure di Banjar Manukaya Anyar, Desa Manukaya sejak 6 tahun lalu. Dia tertarik mengembangkan wisata adventure, sejalan dengan hobinya yang suka menjajal trek-trekan menantang dengan menggunakan motor tril.
“Dulu saya sering mancing, mandi, dan bermain-main di tempat ini. Dipikir-pikir, lokasi ini berpotensi dikembangkan,” ujar Wigunata saat di lokasi tebing pembuatan relief Mayadanawa di hulu DAS Tukad Pakerisan, yang memiliki ratusan titik mata air klebutan, Minggu (12/1).
Wigunata menyebutkan, untuk merealisasikan ide gilanya mengembangkan wisata adventure dengan membuat relief pada tebing padas sepanjang 150 meter itu, banyak hambatan maupun ancaman yang menghadanfnya. Namun, perlahan tapi pasti, Wigunata berhasil meyakinkan krama Desa Adat Manukaya Anyar. Sejumlah lahan milik krama maupun pelaba pura dia kontrak. Wigunata pun mulai merombak areal yang dulunya semak belukar ini menjadi kawasan wisata adventure, sejak 7 bulan lalu.
Menurut Wigunata, di balik relief sepanjang 150 meter di tebing batu padas ini nantinya akan dibuatkan goa yang panjangnya mencapai puluhan meter. Sedangkan di pintu masuk goa nantinya akan dikucurkan air menyerupai air terjun.
Untuk membuat relief Mayadanawa sepanjang 150 meter, Wigunawa melibatkan 5 tuking ukir lokal sesama asal Desa Manukaya. “Para tukang ukir ini sudah berpengalaman sejak tahun 1980-an mengukir gading, tulang, dan tanduk,” ujar pria kelahiran 27 Agustus 1984 yang sempat kuliah di Fakultas Ekonomoi Undiknas Denpasar, namun tidak tamat ini.
Sementara itu, ke depan Wigunata berencana memperpanjang relief Mayadanawa di DAS Tukad Pakerisan ini dari 150 meter menjadi 500 meter. Nah, di sepanjang relief nantinya akan dibuat beberapa titik air terjun, memanfaatkan ratusan sumber mata air kelebutan yang ada. Selain itu, juga akan ditata tempat panglukatan Pancoran Pitu (7 pancoran).
“Pancoran sebetulnya sudah ada, tinggal dikembanagkan. Selama ini, pancoran tersebut dimanfaatkan oleh krama untuk nunas tirta,” jelas ayah 3 nak dari pernikahannya dengan Ni Komang Riang Widnyani ini.
Saat ini, Wigunata sedang melakukan penataan jalur adventure dan trek sepanjang 8 kilometer. Banyak wahana yang rencananya akan disediakan di jalur adventure tersebut. Di antaranya, tempat yoga, kemah, treking, swing, dan malukat. Untuk itu, Gosek Adventure miliknya telah mengeluarkan duit miliaran rupiah.
Menurt Wigunata, pihaknya juga merancang ada spot-spot pertunjukan kesenian, kuliner khas Bali, maupun kerajinan sebagai pakjet wisata di jalur adventure nanti. “Paket wisata adventure ini ditargetkan bisa dibuka Februari 2020 depan, sebelum Hari Raya Galungan” jelas owner Gosek Adventure ini.
Wigunata menyebutkan, karena paket wisata adventure yang dikembangkannya menggunakan lahan adat, ke depan pastinya ada perhitungan presentase pemasukan ke kas desa adat. “Dari objek wisata adventure ini saya berharap masyarakat bisa ikut menikmati hasilnya dan Desa Ada Manukaya Anyar menjadi semakin maju,” terang Wigunata. *nvi
1
Komentar