Bali Targetkan 6.000 Pelaku MICE
Kemarin Diluncurkan Menteri Pariwisata, BaliCEB Langsung Gerak
Dari wisata MICE ini, diharapkan Bali raih pendapatan minimal 9 miliar dolar AS dalam setahun
DENPASAR, NusaBali
Bali targetkan 6.000 pelaku wisata meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE) selama tahun 2020. Dari 6.000 pelaku MICE di Bali tersebut, diharapkan ada pendapatan mencapai 9 miliar dolar AS sampai 12 miliar dolar AS.
Target 6.000 pelaku MICE ini dicanangkan oleh Bali Convention & Exhibition Bureau (BaliCEB)’, lembaga khusus yang baru dibentuk untuk menangani wisata MICE, saat launching BaliCEB di Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali, Niti Mandala Denpasar, Kamis (13/2). Launching BaliCEB dilakukan langsung Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama Kusubadio, didampingi Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace.
CEO BaliCEB, Levie Lantu, mengatakan pihaknya sudah punya target list untuk membawa 6.000 pelaku MICE ke Bali di tahun 2020. “Bisnis MICE bisa berasal dari meeting, insentif, convention. Kalau exhibition, itu tergantung kondisinya,” ujar Levie Lantu seusai pengukuhan BaliCEB, Kamis kemarin.
Jika target 6.000 pelaku MICE ini terwujud, pendapatan yang akan diraih diprediksi minimal 9 miliar dolar AS. Bahkan, pendapatan bisa mencapai 12 miliar dolar AS. Levie Lantu menyebutkan, bisnis MICE berbeda dengan bisnis leasure. Bisnis MICE sudah punya harga yang dipatok. “Misalnya, 1.500 dolar AS per orang. Bisnis MICE adalah bisnis event. Target 6.000 pelaku MICE itu adalah target moderat untuk tahun pertama (2020),” katanya.
Menurut Levie Lantu, BaliCEB sudah langsung tancap gas bekerja untuk kejar 6.000 pelaku MICE tersebut, setelah dikukuhkan. “Besok (hari ini) kita akan ke Toronto, Kanada,” tandas Levie Lantu.
Sedangkan Ketua bali Tourism Board (BTB), Ida Bagus Agung Partha Adnyana, menyatakan sudah ada agenda 5 event MICE yang akan digelar di Bali. Pertama, Grand Fondo New York (GFNY), sebuah event ciclyng marathon terbesar di Indonesia, dengan melibatkan 2.000 peserta dari 40 negera. Event GFNY ini rencananya digelar di Rumah Luwih, Desa Lebih, Kecanmatan Gianyar.
Kedua, Konferensi Farmacy Assosiation Australia yang diikuti 2.000 peserta. Event ini rencananya diselenggarakan di Hotel The Westin Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, April 2020. Ketiga, Paris Fashion Show yang menghadirkan 300 desainer kelas dunia, dengan special guest seperti Cavali dan Donna Karan. Keempat, Amor Forum yaitu Forum Wedding Organizer se-Dunia, Juni 2021. Ada 300 wedding organizer yang sudah konfirmasi akan hadir. Kelima, Konferensi Reach Leadership Global di Nusa Dua, Mei 2023 memdatang, yang dihadiri 3.500 delegasi dari berbagai negara.
“Bali memiliki sarana dan prasarana yang mampu mendukung kegiatan MICE tingkat internasional. Terdapat venue yang bisa menampung peserta sampai 6.000 orang. Event akbar berskala international yang telah berlangsung dengan sukses dan banyak mendapatkan apresiasi dari masyarakat dunia, antara lain, Annual Meeting IMF-World Bank di Nusa Dua, 8-14 Oktober 2018 lalu,” ujar Partha Adnyana.
“Selain kesiapan sarana dan prasarana, SDM pariwisata Bali juga berkompeten untuk menyelenggaranan event MICE. Kecuali itu, Pulau Bali punya daya tarik utama seperti alam, budaya, dan keramah tamahan penduduknya,” lanjut Partha Adnyana.
Sementara, Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Bali, Trisno Nugroho, menyatakan dampak event MICE terhadap perekonomian Bali sangat besar. Ini terbukti dari event akbar Annual Meeting IMF-World Bank di Nusa Dua, 8-14 Oktober 2018 lalu.
Menurut Partha Adnyana, Bappenas mencatat event akbar Annual Meeting IMF-World Bank 2018 yang dihadiri oleh 34.761 delegasi dari 189 negara tersebut telah memberikan dampak langsung sebesar Rp 5,492 triliun untuk Bali. “Di antaranya, Rp 3,05 triliun dari pembangunan infrastruktur dan Rp 582 miliar dari pengeluaran peserta,” ujar Trisno Nugroho.
Trisno bersyukur kini terbentuk lembaga BaliCEB, yang ditujukan untuk menggarap potensi pasar MICE secara optimal. Menurut Trisno, BaliCEB berperan sebagai pusat informasi, pusat masuk wisata MICE, pemimpin industri, badan promosi, dan inovator ceruk pasar baru terkait MICE. “Saya yakin, dengan sinergi dari semua pihak, upaya kita dalam mewujudkan pertumbuhan pariwisata Bali yang ber-kesinambungan akan terlaksana dengan baik,” tegas Trisno.
Sedangkan Wagub Bali, Cok Ace, menyatakan dengan terbentuknya BaliCEB, diharapkan bisa lebih optimal menjadikan Bali sebagai destinasi wisata MICE. “Ini sudah kita rancang dari dulu, cuma baru sekarang terwujud,” ujar Cok Ace.
Menurut Cok Ace, tidak ada istilah terlambat dalam hal ini. “Besok (hari ini) kita akan langsung lari. Kita langsung terbang ke Toronto untuk mempromosikan wisata MICE,” tandas tokoh pariwisata dari Puri Agung Ubud, Gianyar yang juga menjabat Ketua BPD PHRI Bali ini. *k17
Target 6.000 pelaku MICE ini dicanangkan oleh Bali Convention & Exhibition Bureau (BaliCEB)’, lembaga khusus yang baru dibentuk untuk menangani wisata MICE, saat launching BaliCEB di Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali, Niti Mandala Denpasar, Kamis (13/2). Launching BaliCEB dilakukan langsung Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama Kusubadio, didampingi Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace.
CEO BaliCEB, Levie Lantu, mengatakan pihaknya sudah punya target list untuk membawa 6.000 pelaku MICE ke Bali di tahun 2020. “Bisnis MICE bisa berasal dari meeting, insentif, convention. Kalau exhibition, itu tergantung kondisinya,” ujar Levie Lantu seusai pengukuhan BaliCEB, Kamis kemarin.
Jika target 6.000 pelaku MICE ini terwujud, pendapatan yang akan diraih diprediksi minimal 9 miliar dolar AS. Bahkan, pendapatan bisa mencapai 12 miliar dolar AS. Levie Lantu menyebutkan, bisnis MICE berbeda dengan bisnis leasure. Bisnis MICE sudah punya harga yang dipatok. “Misalnya, 1.500 dolar AS per orang. Bisnis MICE adalah bisnis event. Target 6.000 pelaku MICE itu adalah target moderat untuk tahun pertama (2020),” katanya.
Menurut Levie Lantu, BaliCEB sudah langsung tancap gas bekerja untuk kejar 6.000 pelaku MICE tersebut, setelah dikukuhkan. “Besok (hari ini) kita akan ke Toronto, Kanada,” tandas Levie Lantu.
Sedangkan Ketua bali Tourism Board (BTB), Ida Bagus Agung Partha Adnyana, menyatakan sudah ada agenda 5 event MICE yang akan digelar di Bali. Pertama, Grand Fondo New York (GFNY), sebuah event ciclyng marathon terbesar di Indonesia, dengan melibatkan 2.000 peserta dari 40 negera. Event GFNY ini rencananya digelar di Rumah Luwih, Desa Lebih, Kecanmatan Gianyar.
Kedua, Konferensi Farmacy Assosiation Australia yang diikuti 2.000 peserta. Event ini rencananya diselenggarakan di Hotel The Westin Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, April 2020. Ketiga, Paris Fashion Show yang menghadirkan 300 desainer kelas dunia, dengan special guest seperti Cavali dan Donna Karan. Keempat, Amor Forum yaitu Forum Wedding Organizer se-Dunia, Juni 2021. Ada 300 wedding organizer yang sudah konfirmasi akan hadir. Kelima, Konferensi Reach Leadership Global di Nusa Dua, Mei 2023 memdatang, yang dihadiri 3.500 delegasi dari berbagai negara.
“Bali memiliki sarana dan prasarana yang mampu mendukung kegiatan MICE tingkat internasional. Terdapat venue yang bisa menampung peserta sampai 6.000 orang. Event akbar berskala international yang telah berlangsung dengan sukses dan banyak mendapatkan apresiasi dari masyarakat dunia, antara lain, Annual Meeting IMF-World Bank di Nusa Dua, 8-14 Oktober 2018 lalu,” ujar Partha Adnyana.
“Selain kesiapan sarana dan prasarana, SDM pariwisata Bali juga berkompeten untuk menyelenggaranan event MICE. Kecuali itu, Pulau Bali punya daya tarik utama seperti alam, budaya, dan keramah tamahan penduduknya,” lanjut Partha Adnyana.
Sementara, Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Bali, Trisno Nugroho, menyatakan dampak event MICE terhadap perekonomian Bali sangat besar. Ini terbukti dari event akbar Annual Meeting IMF-World Bank di Nusa Dua, 8-14 Oktober 2018 lalu.
Menurut Partha Adnyana, Bappenas mencatat event akbar Annual Meeting IMF-World Bank 2018 yang dihadiri oleh 34.761 delegasi dari 189 negara tersebut telah memberikan dampak langsung sebesar Rp 5,492 triliun untuk Bali. “Di antaranya, Rp 3,05 triliun dari pembangunan infrastruktur dan Rp 582 miliar dari pengeluaran peserta,” ujar Trisno Nugroho.
Trisno bersyukur kini terbentuk lembaga BaliCEB, yang ditujukan untuk menggarap potensi pasar MICE secara optimal. Menurut Trisno, BaliCEB berperan sebagai pusat informasi, pusat masuk wisata MICE, pemimpin industri, badan promosi, dan inovator ceruk pasar baru terkait MICE. “Saya yakin, dengan sinergi dari semua pihak, upaya kita dalam mewujudkan pertumbuhan pariwisata Bali yang ber-kesinambungan akan terlaksana dengan baik,” tegas Trisno.
Sedangkan Wagub Bali, Cok Ace, menyatakan dengan terbentuknya BaliCEB, diharapkan bisa lebih optimal menjadikan Bali sebagai destinasi wisata MICE. “Ini sudah kita rancang dari dulu, cuma baru sekarang terwujud,” ujar Cok Ace.
Menurut Cok Ace, tidak ada istilah terlambat dalam hal ini. “Besok (hari ini) kita akan langsung lari. Kita langsung terbang ke Toronto untuk mempromosikan wisata MICE,” tandas tokoh pariwisata dari Puri Agung Ubud, Gianyar yang juga menjabat Ketua BPD PHRI Bali ini. *k17
Komentar