Bali Bisa Jadi 'Kiblat' MICE
Pengalaman sukses menggelar event-event dunia dan ditunjang ketersediaan sarana-prasarana menjadikan Bali bisa menjadi destinasi utama MICE dunia.
DENPASAR, NusaBali
Kalangan pelaku pariwisata Bali optimis Bali bisa menjadi ‘kiblat’ gelaran meeting incentive convention and exhibition (MICE) dunia. Alasannya sederhana saja. Bali sudah kondang sebagai tujuan wisata dunia dengan pariwisata budayanya. Tentu saja infrastruktur, fasilitas baik hall maupun properti yang mampu menampung ribuan peserta. Bali juga sejauh ini merupakan tempat yang aman dan nyaman.
Wakil Ketua PHRI Bali I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya menyatakan optimisme tersebut. Apalagi setelah lembaga yang menangani MICE yakni Bali CEB sudah terbentuk. “Bali CEB yang sudah terbentuk kan memang tujuannya untuk mengikuti bidding (mengajukan penawaran, Red) mendapatkan MICE,” ujar Rai Suryawijaya, sapaan tokoh pariwisata asal Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara Badung, Senin (24/2).
Dengan potensi infrastruktur, SDM, keamanan dan kenyamanan itulah itulah kata Rai Suryawijaya, Bali bisa menjadi pusat MICE dunia. Apalagi kata Rai Suryawijaya, Bali sudah terbukti mampu menggelar beberapa perhelatan berskala internasional. Yang terakhir adalah IMF-World Bank Annual Meeting pada Oktober 2018 lalu, dengan peserta lebih dari 20 ribu orang peserta delegasi. “Juga beberapa perhelatan internasional lainnya,” ujar Rai Suryawijaya.
Sebelumnya CEO Bali CEB Levie Lantu mengatakan, untuk tahun 2020, Bali siap membidik 6.000 pelaku MICE. “Kita sudah langsung bergerak,” ujar Levie Lantu, menyusul pengukuhan Bali CEB beberapa waktu di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali (KPwBI) Bali. Bali CEB merupakan lembaga khusus yang bertujuan melakukan biding, untuk bisa membawa MICE sebanyak mungkin ke Bali.
Industri MICE di Indonesia sendiri masih mengalami kendala untuk lebih maju ketimbang negara lain di ASEAN. Data International Congress and Convention Association (ICCA) menunjukkan pada 2018 Indonesia menduduki posisi ke-36 untuk Ranking Dunia Destinasi Pertemuan Asosiasi Internasional dengan total 122 pertemuan tingkat regional dan dunia. Sementara itu, di kawasan Asia Pasifik, Indonesia berada di urutan ke-11. Indonesia masih berada di bawah negara-negara ASEAN lain, seperti Thailand, Singapura dan Malaysia. "Kenapa rendah pertama sebetulnya kalau lihat Indonesia ini mampu, yang jadi permasalahan Indonesia saat ini kurang aktif dalam partisipasi event-event asosiasi. Jadi kurang network (relasi)," kata Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Rizki Handayani, dalam Press Conference ICCA Indonesia Forum 2020 di Jakarta Convention Center, Rabu, (19/2).
Faktor bidding yang belum kuat juga menjadi alasan mengapa Indonesia saat ini mesih kalah dengan negara-negara tetangga. Rizki menyatakan untuk lima tahun ke depan pemerintah akan fokus mendukung MICE. Hal ini menjadi sebuah dorongan dari pemerintah, agar Indonesia lebih rajin mengikuti bidding di tingkat internasional. "Pemerintah siap mem-backup (dukung) 100 persen. Pemerintah juga harus komitmen untuk konsisten menggarap MICE," jelas Rizki. *k17
Wakil Ketua PHRI Bali I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya menyatakan optimisme tersebut. Apalagi setelah lembaga yang menangani MICE yakni Bali CEB sudah terbentuk. “Bali CEB yang sudah terbentuk kan memang tujuannya untuk mengikuti bidding (mengajukan penawaran, Red) mendapatkan MICE,” ujar Rai Suryawijaya, sapaan tokoh pariwisata asal Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara Badung, Senin (24/2).
Dengan potensi infrastruktur, SDM, keamanan dan kenyamanan itulah itulah kata Rai Suryawijaya, Bali bisa menjadi pusat MICE dunia. Apalagi kata Rai Suryawijaya, Bali sudah terbukti mampu menggelar beberapa perhelatan berskala internasional. Yang terakhir adalah IMF-World Bank Annual Meeting pada Oktober 2018 lalu, dengan peserta lebih dari 20 ribu orang peserta delegasi. “Juga beberapa perhelatan internasional lainnya,” ujar Rai Suryawijaya.
Sebelumnya CEO Bali CEB Levie Lantu mengatakan, untuk tahun 2020, Bali siap membidik 6.000 pelaku MICE. “Kita sudah langsung bergerak,” ujar Levie Lantu, menyusul pengukuhan Bali CEB beberapa waktu di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali (KPwBI) Bali. Bali CEB merupakan lembaga khusus yang bertujuan melakukan biding, untuk bisa membawa MICE sebanyak mungkin ke Bali.
Industri MICE di Indonesia sendiri masih mengalami kendala untuk lebih maju ketimbang negara lain di ASEAN. Data International Congress and Convention Association (ICCA) menunjukkan pada 2018 Indonesia menduduki posisi ke-36 untuk Ranking Dunia Destinasi Pertemuan Asosiasi Internasional dengan total 122 pertemuan tingkat regional dan dunia. Sementara itu, di kawasan Asia Pasifik, Indonesia berada di urutan ke-11. Indonesia masih berada di bawah negara-negara ASEAN lain, seperti Thailand, Singapura dan Malaysia. "Kenapa rendah pertama sebetulnya kalau lihat Indonesia ini mampu, yang jadi permasalahan Indonesia saat ini kurang aktif dalam partisipasi event-event asosiasi. Jadi kurang network (relasi)," kata Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Rizki Handayani, dalam Press Conference ICCA Indonesia Forum 2020 di Jakarta Convention Center, Rabu, (19/2).
Faktor bidding yang belum kuat juga menjadi alasan mengapa Indonesia saat ini mesih kalah dengan negara-negara tetangga. Rizki menyatakan untuk lima tahun ke depan pemerintah akan fokus mendukung MICE. Hal ini menjadi sebuah dorongan dari pemerintah, agar Indonesia lebih rajin mengikuti bidding di tingkat internasional. "Pemerintah siap mem-backup (dukung) 100 persen. Pemerintah juga harus komitmen untuk konsisten menggarap MICE," jelas Rizki. *k17
Komentar