Lokcdown Desa Bondalem Telan Rp 3 Miliar untuk Makan Saja
Distribusi Sembako Diatur Relawan Masing-masing Banjar Dinas di Bondalem
Dari total 15.633 warga Desa Bondalem, hanya hanya 11.972 jiwa yang memang tinggal di desanya diberi bantuan sembako. Sedangkan 3.661 jiwa lainnya kini tinggal di luar Desa Bondalem, sehingga tidak ikut lockdown
SINGARAJA, NusaBali
Perlakuan lockdown di Desa Bondalem, Kecamatan Sukasada, Buleleng yang 22 warganya positif Covid-19, membutuhkan biaya lumayan besar. Untuk kebutuhan makan selama 14 hari lockdown saja, diperkirakan mencapai Rp 3 miliar. Pihak Desa Bondalem sendiri telah membentuk Relawan Lawan Covid-19 di masing-masing banjar dinas, yang khusus mengatur pendistribusian bantuan kebutuhan pokok ke masing-masing rumah warga.
Perkiraan jumlah anggaran Rp 3 miliar untuk kebutuhan sembako bagi warga Desa Bondalem selama 14 lockdown ini diungkapkan Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Kabupaten Buleleng, Gede Suyasa, saat dikonfirmasi NusaBali di Singaraja, Selasa (5/5). Menurut Suyasa, kebutuhan dana sekitar Rp 3 miliar tersebut berdasar perhitungan jumlah bantuan yang diberikan per hari per jiwa penduduk Desa Bondalem.
Suyasa menyebutkan, dalam sehari, kebutuhan pokok per jiwa penduduk Desa Bondalem dihitung sekitar Rp 23.300. Rinciannya, untuk lauk sebesar Rp 13.300 dan sisanya Rp 10.000 adalah tanggungan 0,4 kilogram beras.
Jumlah penduduk Desa Bondalem tercatat mencapai 4.600 kepala keluarga (KK) dengan total 15.633 jiwa. Namun, jumlah warga Desa Bondalem yang diberikan bantuan kebutuhan sembako hanya 11.972 jiwa. Pasalnya, 3.661 jiwa lainnya saat ini tinggal di luar Desa Bondalem, sehingga tidak ikut karantina wilayah.
”Kita estimasi kebutuhan beras saja untuk selama 14 hari l,ockdown mencapai 67 ton. Sebab, satu hari saja menghabiskan 4,8 ton beras untuk 11.972 jiwa. Sedangkan untuk lauk-pauknya selama 14 hari, mencapai sekitar Rp 2,2 miliar,” terang Suyasa yang juga Sekda Kabupaten Buleleng.
Suyasa menyebutkan, saat ini Pemkab Buleleng kembali memasok kebutuhan pokok berupa beras sebanyak 30 ton ke Desa Bondalem. Walhasil, total bantuan beras yang sudah digelontor ke kawasan lockdown ini menjadi 40 ton. Pasokan beras ini dilakukan secara bertahap, hingga nanti terpenuhi untuk 14 hari. Demikian pula untuk kebutuhan lauk, seperti telor, minyak goreng, dan mie, dilakukan secara bertahap.
“Kebutuhan anggaran untuk lockdown di Desa Bondalem ini cukup besar. Itu tadi baru untuk sembako saja. Belum lagi biaya kesehatan, yang semuanya ditinggaung oleh pemerintah. Tetapi, inilah bentuk komitmen pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19,” jelas birokrat asal Desa/Kecamatan Tejakula yang notabene mantan Kadisdikpora Buleleng dan Asisten Administrasi Umum Setda Kabupaten Buleleng ini.
Sementara itu, Wakil Ketua Relawan Lawan Covid-19 Desa Bondalem, Nyoman Sugiada, mengatakan pemberian bantuan kebutuhan pokok dari pemerintah ditujukan terhadap semua warga yang tinggal di Desa Bondalem. Berdasar hasil pendataan, jumlah warga yang tinggal di Desa Bondalem sebanyak 11.972 jiwa, tersebar di 10 banjar dinas.
Ke-10 banjar dinas di Desa Bondalem tersebut, masing-masing Banjar Suksuk, Banjar Tegal Sari, Banjar Kaja Kangin, Banjar Kaja Kauh, Banjar Celagi Batur, Banjar Selombo, Banjar Celagi Bantes, Banjar Kelod Kangin, Banjar Kelod Kauh, dan Banjar Jro Kuta. Dari jumlah itu, terbanyak tinggal di Banjar Dinas Tegal Sari dan Banjar Dinas Celagi Batur.
“Kami sudah memutuskan untuk berikan semua bantuan itu kepada warga yang tinggal di desa, tanpa kecuali. Ini juga sesuai instruksi Bupati Buleleng (Putu Agus Suradnyana, Red). Walaupun ada yang kaya dan miskin, tetapi kan semuanya terdampak akibat karantina ini. Mereka semua tidak boleh keluar,” terang Sugiada saat dikonfirmasi terpisah, Selasa kemarin.
Menurut Sugiada, untuk pendistribusian sembako buat kebutuhan selama 14 hari lockdown, sudah diatur sedemikian rupa. Berdasarkan kesepakatan, masing-masing banjar dinas membentuk minimal 15 orang sebagai relawan, yang bertugas mengantar langsung bantuan ke rumah-rumah warga penerima.
Selain membentuk relawan, masing-masing banjar dinas di Desa Bondalem juga menunjuk satu orang penghubung (LO), yang bertugas berkoordinasi dengan pihak Satgas Desa. Langkah ini guna menghidari adanya kerumuman warga dalam pembagian bantuan sembako.
”Semua bantuan yang diterima dari pemerintah diturunkan di Kantor Desa Bondalem. Kemudian, bantuan itu dibagi untuk 10 banjar dinas, sesuai dengan jumlah warga penerima untuk didrop sampai di masing-masing bale banjar. Nanti relawan di masing-masing banjar dinas itulah yang mengantar bantuan ke masing-masing rumah warga penerima,” jelas Sugiada.
Desa Bondalem sendiri dilockdown sejak Minggu (3/5) malam, menyusul lonjakan kasus postiff Covid-19 yang didominasi transmisi lokal (penularan di daerah setempat). Hingga Senin (4/5), tercatat 22 warga Desa Bondalem yang dinyatakan positif Covid-19. Mereka sebagian besar pedagang di Pasar Desa Bondalem.
Karena diberlakukan kebijakan lockdown, seluruh aktivitas terbatas warga Desa Bondalem dipantau ketat aparat TNI/Polri dan Satpol PP Buleleng. Aparat bukan hanya melakukan pemantauan di jalan-jalan desa, tetapi juga aktivitas masyarakat yang dibolehkan dengan protokol Covid-10, seperti memancing ke laut, mencari pakan ternak, dan berkebun.
Sejak diberlakukan lockdown atau karantina desa, penjagaan di masing-masing pintu keluar masuk banjar dinas di Desa Bondalem juga cukup ketat. Petugas gabungan dari pecalang, relawan, dan TNI/Polri berjaga dalam tiga sift selama 24 jam.
Setiap warga yang keluar maupun berkunjung diperiksa KTP-nya, termasuk ditanya apa tujuannya. Bila tidak ada kepntingan yang mendesak, warga tersebut diminta kembali. Kabarnya, dari 10 banjar dinas di Desa Bondalem, ada 8 banjar yang dijaga super ketat, karena salah satu warganya masuk daftar Orang dalam Pengawasan (ODP) lantaran pernah kontak dengan pasien positif Covid-19. *k19
Perlakuan lockdown di Desa Bondalem, Kecamatan Sukasada, Buleleng yang 22 warganya positif Covid-19, membutuhkan biaya lumayan besar. Untuk kebutuhan makan selama 14 hari lockdown saja, diperkirakan mencapai Rp 3 miliar. Pihak Desa Bondalem sendiri telah membentuk Relawan Lawan Covid-19 di masing-masing banjar dinas, yang khusus mengatur pendistribusian bantuan kebutuhan pokok ke masing-masing rumah warga.
Perkiraan jumlah anggaran Rp 3 miliar untuk kebutuhan sembako bagi warga Desa Bondalem selama 14 lockdown ini diungkapkan Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Kabupaten Buleleng, Gede Suyasa, saat dikonfirmasi NusaBali di Singaraja, Selasa (5/5). Menurut Suyasa, kebutuhan dana sekitar Rp 3 miliar tersebut berdasar perhitungan jumlah bantuan yang diberikan per hari per jiwa penduduk Desa Bondalem.
Suyasa menyebutkan, dalam sehari, kebutuhan pokok per jiwa penduduk Desa Bondalem dihitung sekitar Rp 23.300. Rinciannya, untuk lauk sebesar Rp 13.300 dan sisanya Rp 10.000 adalah tanggungan 0,4 kilogram beras.
Jumlah penduduk Desa Bondalem tercatat mencapai 4.600 kepala keluarga (KK) dengan total 15.633 jiwa. Namun, jumlah warga Desa Bondalem yang diberikan bantuan kebutuhan sembako hanya 11.972 jiwa. Pasalnya, 3.661 jiwa lainnya saat ini tinggal di luar Desa Bondalem, sehingga tidak ikut karantina wilayah.
”Kita estimasi kebutuhan beras saja untuk selama 14 hari l,ockdown mencapai 67 ton. Sebab, satu hari saja menghabiskan 4,8 ton beras untuk 11.972 jiwa. Sedangkan untuk lauk-pauknya selama 14 hari, mencapai sekitar Rp 2,2 miliar,” terang Suyasa yang juga Sekda Kabupaten Buleleng.
Suyasa menyebutkan, saat ini Pemkab Buleleng kembali memasok kebutuhan pokok berupa beras sebanyak 30 ton ke Desa Bondalem. Walhasil, total bantuan beras yang sudah digelontor ke kawasan lockdown ini menjadi 40 ton. Pasokan beras ini dilakukan secara bertahap, hingga nanti terpenuhi untuk 14 hari. Demikian pula untuk kebutuhan lauk, seperti telor, minyak goreng, dan mie, dilakukan secara bertahap.
“Kebutuhan anggaran untuk lockdown di Desa Bondalem ini cukup besar. Itu tadi baru untuk sembako saja. Belum lagi biaya kesehatan, yang semuanya ditinggaung oleh pemerintah. Tetapi, inilah bentuk komitmen pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19,” jelas birokrat asal Desa/Kecamatan Tejakula yang notabene mantan Kadisdikpora Buleleng dan Asisten Administrasi Umum Setda Kabupaten Buleleng ini.
Sementara itu, Wakil Ketua Relawan Lawan Covid-19 Desa Bondalem, Nyoman Sugiada, mengatakan pemberian bantuan kebutuhan pokok dari pemerintah ditujukan terhadap semua warga yang tinggal di Desa Bondalem. Berdasar hasil pendataan, jumlah warga yang tinggal di Desa Bondalem sebanyak 11.972 jiwa, tersebar di 10 banjar dinas.
Ke-10 banjar dinas di Desa Bondalem tersebut, masing-masing Banjar Suksuk, Banjar Tegal Sari, Banjar Kaja Kangin, Banjar Kaja Kauh, Banjar Celagi Batur, Banjar Selombo, Banjar Celagi Bantes, Banjar Kelod Kangin, Banjar Kelod Kauh, dan Banjar Jro Kuta. Dari jumlah itu, terbanyak tinggal di Banjar Dinas Tegal Sari dan Banjar Dinas Celagi Batur.
“Kami sudah memutuskan untuk berikan semua bantuan itu kepada warga yang tinggal di desa, tanpa kecuali. Ini juga sesuai instruksi Bupati Buleleng (Putu Agus Suradnyana, Red). Walaupun ada yang kaya dan miskin, tetapi kan semuanya terdampak akibat karantina ini. Mereka semua tidak boleh keluar,” terang Sugiada saat dikonfirmasi terpisah, Selasa kemarin.
Menurut Sugiada, untuk pendistribusian sembako buat kebutuhan selama 14 hari lockdown, sudah diatur sedemikian rupa. Berdasarkan kesepakatan, masing-masing banjar dinas membentuk minimal 15 orang sebagai relawan, yang bertugas mengantar langsung bantuan ke rumah-rumah warga penerima.
Selain membentuk relawan, masing-masing banjar dinas di Desa Bondalem juga menunjuk satu orang penghubung (LO), yang bertugas berkoordinasi dengan pihak Satgas Desa. Langkah ini guna menghidari adanya kerumuman warga dalam pembagian bantuan sembako.
”Semua bantuan yang diterima dari pemerintah diturunkan di Kantor Desa Bondalem. Kemudian, bantuan itu dibagi untuk 10 banjar dinas, sesuai dengan jumlah warga penerima untuk didrop sampai di masing-masing bale banjar. Nanti relawan di masing-masing banjar dinas itulah yang mengantar bantuan ke masing-masing rumah warga penerima,” jelas Sugiada.
Desa Bondalem sendiri dilockdown sejak Minggu (3/5) malam, menyusul lonjakan kasus postiff Covid-19 yang didominasi transmisi lokal (penularan di daerah setempat). Hingga Senin (4/5), tercatat 22 warga Desa Bondalem yang dinyatakan positif Covid-19. Mereka sebagian besar pedagang di Pasar Desa Bondalem.
Karena diberlakukan kebijakan lockdown, seluruh aktivitas terbatas warga Desa Bondalem dipantau ketat aparat TNI/Polri dan Satpol PP Buleleng. Aparat bukan hanya melakukan pemantauan di jalan-jalan desa, tetapi juga aktivitas masyarakat yang dibolehkan dengan protokol Covid-10, seperti memancing ke laut, mencari pakan ternak, dan berkebun.
Sejak diberlakukan lockdown atau karantina desa, penjagaan di masing-masing pintu keluar masuk banjar dinas di Desa Bondalem juga cukup ketat. Petugas gabungan dari pecalang, relawan, dan TNI/Polri berjaga dalam tiga sift selama 24 jam.
Setiap warga yang keluar maupun berkunjung diperiksa KTP-nya, termasuk ditanya apa tujuannya. Bila tidak ada kepntingan yang mendesak, warga tersebut diminta kembali. Kabarnya, dari 10 banjar dinas di Desa Bondalem, ada 8 banjar yang dijaga super ketat, karena salah satu warganya masuk daftar Orang dalam Pengawasan (ODP) lantaran pernah kontak dengan pasien positif Covid-19. *k19
Komentar