Khawatir BLT Bermasalah, Desa di Buleleng Pilih Hati-hati
Agar tidak melahirkan protes, pihak desa memilih penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) terlambat daripada tidak tepat sasaran.
SINGARAJA, NusaBali
Jumlah desa di Buleleng yang telah membagikan dana bantuan langsung tunai (BLT) yang bersumber dari Dana Desa, belum begitu banyak. Ini terjadi karena, aparat desa masih khawatir pembagian bantuan itu bermasalah. Sehingga memilih jurus terlambat asal selamat dan tepat sasaran. “Kami selalu memonitor, buat apa cepat-cepat yang justru tidak tepat sasaran. Jadi di desa pendataannya perlu kehati-hatian, kalau tidak tepat sasaran bisa bermasalah. Lebih baik terlambat tetapi selamat dan tepat sasaran,” kata Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PDM) Buleleng, Made Subur saat dikonfirmasi, Jumat (15/5).
Data di Dinas PMD, dari 129 desa yang ada di Buleleng, tercatat baru 8 desa yang telah merealisasikan dana BLT hingga Jumat (15/5) kemarin. Ke delapan desa itu masing-masing Desa Pangkungparuk dan Desa Kalianget, Kecamatan Seririt, Desa Pejarakan dan Desa Pemutaran Kecamatan Gerokgak, Desa Ambengan dan Desa Pegadungan, Kecamatan Sukasada. Lalu Desa Pakisan dan Desa Bulian, Kecamatan Kubutambahan. Sisanya masih ada yang pendataan dan belum melaksanakan Musyawarah Desa (Musdes).
“Kendalanya di pendataan saja, harus menyingkronkan dengan DTKS, bila ditemukan di luar DTKS, masih perlu dicocoknya dengan variabel-variabel yang sudah ditentukan. Tidak langsung ditetapkan dengan prosentase, kita harus hati-hati, bila prosesnya benar maka hasilnya pun akan benar tetap sasaran,” terang Subur.
Sementara, pembagian BLT di Desa Kalianget Jumat kemarin, dilakukan secara door to door, mendatangi langsung penerima. Petugas juga menempel stiker ‘Keluarga Miskin’ di pintu rumah penerima. Perbekel Kalianget, Ketut Nanda Kusuma menjelaskan pembagian BLT secara door to door untuk memudahkan para penerima itu sendiri. Karena penerima BLT sebagian besar keluarga miskin yang sudah lanjut usia dan memiliki sakit kronis. Selain itu, pihaknya juga mempertimbangkan jarak rumah penerima dengan kantor desa yang rata-rata cukup jauh untuk dijangkau. “Selain itu saya juga ingin melihat langsung kondisi keluarga penerima, sekaligus berkenalan dan bertatap muka dengan mereka,” kata Nanda Kusuma.
Untuk teknis pembagian, Perbekel yang menjabat untuk pertama kalinya ini menjelaskan, pihaknya membagi tim menjadi empat kelompok, yang masing-masing dikoordinir oleh Kelian Banjar Dinas. Masing-masing kelompok yang terdiri dari 4-5 orang inilah bergerak ke masing-masing Banjar Dinas yang berbeda, dan langsung mendatangi rumah-rumah penerima.
“Jumlah BLT keseluruhan sebesar Rp. 279 juta, selama tiga bulan. Sedangkan jumlah keluarga penerima manfaat sebanyak 155 KK. Sehingga untuk tahap pertama ini, anggaran yang digelontor sebesar Rp 93 juta,” terangnya.
Terkait dengan penempelan stiker ‘Keluarga Miskin’, perbekel yang baru menjabat 5 bulan ini mengungkapkan, hal itu dilakukan untuk membangun transparansi dalam penyaluran BLT yang bersumber dari APBDes tersebut. Dikatakan, seluruh penerima tidak ada yang menolak rumahnya untuk ditempeli stiker yang menandakan kelompok keluarga miskin itu. Upaya inipun sudah disosialisasikan sebelumnya kepada calon penerima dan tidak ada yang keberatan. *k19
Data di Dinas PMD, dari 129 desa yang ada di Buleleng, tercatat baru 8 desa yang telah merealisasikan dana BLT hingga Jumat (15/5) kemarin. Ke delapan desa itu masing-masing Desa Pangkungparuk dan Desa Kalianget, Kecamatan Seririt, Desa Pejarakan dan Desa Pemutaran Kecamatan Gerokgak, Desa Ambengan dan Desa Pegadungan, Kecamatan Sukasada. Lalu Desa Pakisan dan Desa Bulian, Kecamatan Kubutambahan. Sisanya masih ada yang pendataan dan belum melaksanakan Musyawarah Desa (Musdes).
“Kendalanya di pendataan saja, harus menyingkronkan dengan DTKS, bila ditemukan di luar DTKS, masih perlu dicocoknya dengan variabel-variabel yang sudah ditentukan. Tidak langsung ditetapkan dengan prosentase, kita harus hati-hati, bila prosesnya benar maka hasilnya pun akan benar tetap sasaran,” terang Subur.
Sementara, pembagian BLT di Desa Kalianget Jumat kemarin, dilakukan secara door to door, mendatangi langsung penerima. Petugas juga menempel stiker ‘Keluarga Miskin’ di pintu rumah penerima. Perbekel Kalianget, Ketut Nanda Kusuma menjelaskan pembagian BLT secara door to door untuk memudahkan para penerima itu sendiri. Karena penerima BLT sebagian besar keluarga miskin yang sudah lanjut usia dan memiliki sakit kronis. Selain itu, pihaknya juga mempertimbangkan jarak rumah penerima dengan kantor desa yang rata-rata cukup jauh untuk dijangkau. “Selain itu saya juga ingin melihat langsung kondisi keluarga penerima, sekaligus berkenalan dan bertatap muka dengan mereka,” kata Nanda Kusuma.
Untuk teknis pembagian, Perbekel yang menjabat untuk pertama kalinya ini menjelaskan, pihaknya membagi tim menjadi empat kelompok, yang masing-masing dikoordinir oleh Kelian Banjar Dinas. Masing-masing kelompok yang terdiri dari 4-5 orang inilah bergerak ke masing-masing Banjar Dinas yang berbeda, dan langsung mendatangi rumah-rumah penerima.
“Jumlah BLT keseluruhan sebesar Rp. 279 juta, selama tiga bulan. Sedangkan jumlah keluarga penerima manfaat sebanyak 155 KK. Sehingga untuk tahap pertama ini, anggaran yang digelontor sebesar Rp 93 juta,” terangnya.
Terkait dengan penempelan stiker ‘Keluarga Miskin’, perbekel yang baru menjabat 5 bulan ini mengungkapkan, hal itu dilakukan untuk membangun transparansi dalam penyaluran BLT yang bersumber dari APBDes tersebut. Dikatakan, seluruh penerima tidak ada yang menolak rumahnya untuk ditempeli stiker yang menandakan kelompok keluarga miskin itu. Upaya inipun sudah disosialisasikan sebelumnya kepada calon penerima dan tidak ada yang keberatan. *k19
Komentar