Full Day School SMP di Buleleng Terkendala Ruang Belajar
Di Kabupaten Buleleng, hanya SMPN 1 Singaraja yang dapat menerapkan full day school.
SINGARAJA, NusaBali
Sebanyak 84 SMP dari 85 SMP negeri, swasta, dan MTs di Buleleng, hingga kini belum mampu menerapkan program pembelajaran full day school (pembelajaran sehari penuh). Akibatnya, pelaksanaan program ini hanya berkutat dalam harapan pihak sekolah. Padahal program ini digaungkan oleh Pusat sejak dua tahun lalu.
Terlepas dari situasi pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, hingga Selasa (30/6), full day school belum bisa diterapkan. Karena sarana utama berupa ruang kelas belajar belum mencukupi jika dibandingkan dengan jumlah siswa.
Di Kabupaten Buleleng, baru SMPN 1 Singaraja yang dapat menerapkan full day school. 84 SMP lain masih menerapkan pola double shift (belajar shift pagi dan sore). Plt Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng I Made Astika, mengakui full day school belum dapat berjalan maksimal di satuan pendidikan di Buleleng. Rata-rata sekolah SMP di Buleleng masih kekurangan ruang belajar. Terlebih dalam lima tahun belakangan pertumbuhan penduduk cukup tinggi, sehingga lulusan yang akan melanjutkan ke jenjang SMP mencapai angka 11.000an.
Dia mengamini pencanangan penerapan full day school oleh Disdikpora Buleleng. Dengan itu, setiap tahun mendapat kucuran dana pusat untuk pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) sebagai pendukung utama full day school. Namun program bantuan RKB ini akan berakhir tahun ini. Sedangkan di tahun depan pos bantuan penambahan fasilitas pembelajaran ini tak tersedia lagi di Pusat. “Masalahnya, pertumbuhan penduduk dan pemkembangan saat ini tak disertai dengan penambahan sarpras (sarana dan prasarana) sehingga penerapan full day school belum maksimal,” jelas dia.
Sementara itu, SMPN 4 Singaraja berada di daerah padat penduduk dengan zonasi Desa Sambangan, Desa Panji di Kecamatan Sukasada dan Desa Baktiseraga, Kecamatan Buleleng, masih saja kepenuhan pelamar. Tahun ajaran 2020/2021, SMPN ini tetap menerima 11 rombongan belajar (rombel) atau tife gemuk. Semestinya satu rombel ideal diisi 32 siswa, karena banyak pelamar maka ada 10 rombel harus diisi 36 siswa.
Kepala SMPN 4 Singaraja, Putu Budiastana, mengatakan dalam proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) ada 460 pelamar. Padahal kuota berdasarkan ruang kelas belajar hanya 352 orang. “Makanya kami menerima kelas gemuk dengan 10 rombel atyau 392 anak. Sisanya kami distribusikan ke SMPN 2 Singaraja dan SMPN 4 Pancoran,” ucap Budiastana.
SMPN 4 Singaraja di Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada ini tergolong sekolah yang langganan kepenuhan calon pelamar. Meski lokasi sekolah ini ada di pinggiran Kota Singaraja. Dengan 33 rombel, SMPN 4 Singaraja belum dapat menerapkan full day school karena ruang belajar yang tersedia hanya 20 ruangan. Meski masih memungkinkan dilakukan penambahan ruang kelas ke atas di lantai dua hanya tersedia 3 ruangan saja. Jumlah itu pun masih jauh untuk memenuhi kekurangan sebanyak 13 ruang belajar untuk bisa full day school.*k23
Terlepas dari situasi pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, hingga Selasa (30/6), full day school belum bisa diterapkan. Karena sarana utama berupa ruang kelas belajar belum mencukupi jika dibandingkan dengan jumlah siswa.
Di Kabupaten Buleleng, baru SMPN 1 Singaraja yang dapat menerapkan full day school. 84 SMP lain masih menerapkan pola double shift (belajar shift pagi dan sore). Plt Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng I Made Astika, mengakui full day school belum dapat berjalan maksimal di satuan pendidikan di Buleleng. Rata-rata sekolah SMP di Buleleng masih kekurangan ruang belajar. Terlebih dalam lima tahun belakangan pertumbuhan penduduk cukup tinggi, sehingga lulusan yang akan melanjutkan ke jenjang SMP mencapai angka 11.000an.
Dia mengamini pencanangan penerapan full day school oleh Disdikpora Buleleng. Dengan itu, setiap tahun mendapat kucuran dana pusat untuk pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) sebagai pendukung utama full day school. Namun program bantuan RKB ini akan berakhir tahun ini. Sedangkan di tahun depan pos bantuan penambahan fasilitas pembelajaran ini tak tersedia lagi di Pusat. “Masalahnya, pertumbuhan penduduk dan pemkembangan saat ini tak disertai dengan penambahan sarpras (sarana dan prasarana) sehingga penerapan full day school belum maksimal,” jelas dia.
Sementara itu, SMPN 4 Singaraja berada di daerah padat penduduk dengan zonasi Desa Sambangan, Desa Panji di Kecamatan Sukasada dan Desa Baktiseraga, Kecamatan Buleleng, masih saja kepenuhan pelamar. Tahun ajaran 2020/2021, SMPN ini tetap menerima 11 rombongan belajar (rombel) atau tife gemuk. Semestinya satu rombel ideal diisi 32 siswa, karena banyak pelamar maka ada 10 rombel harus diisi 36 siswa.
Kepala SMPN 4 Singaraja, Putu Budiastana, mengatakan dalam proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) ada 460 pelamar. Padahal kuota berdasarkan ruang kelas belajar hanya 352 orang. “Makanya kami menerima kelas gemuk dengan 10 rombel atyau 392 anak. Sisanya kami distribusikan ke SMPN 2 Singaraja dan SMPN 4 Pancoran,” ucap Budiastana.
SMPN 4 Singaraja di Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada ini tergolong sekolah yang langganan kepenuhan calon pelamar. Meski lokasi sekolah ini ada di pinggiran Kota Singaraja. Dengan 33 rombel, SMPN 4 Singaraja belum dapat menerapkan full day school karena ruang belajar yang tersedia hanya 20 ruangan. Meski masih memungkinkan dilakukan penambahan ruang kelas ke atas di lantai dua hanya tersedia 3 ruangan saja. Jumlah itu pun masih jauh untuk memenuhi kekurangan sebanyak 13 ruang belajar untuk bisa full day school.*k23
Komentar