Gas Melon Langka di Kubutambahan dan Banjar
Gas elpiji berat 3 kg (kilogram) yang disubsidi pemerintah mulai dirasakan kelangkaannya oleh warga pada dua kecamatan di Buleleng, yakni di Kubutambahan dan Banjar.
SINGARAJA, NusaBali
Kondisi ini disadari warga setelah warga kesulitan mendapatkan gas tersebut pada warung-warung yang biasa menyediakan.
Warga Kubutambahan Gede Ardana menyatakan kelangkaan gas elpiji 3 kg sudah terjadi sejak 18 September 2016. Ia pun terpaksa mencari jenis gas itu ke luar desanya. “Setelah keliling akhirnya saya dapat beli di Bungkulan, Kecamatan Sawan,” ujarnya.
Menurutnya, dari sejumlah dagang yang ia datangi mengaku belum mendapat kiriman dari agen. Hal serupa juga diungkapkan warga Desa/Kecamatan Banjar Buleleng, Nyoman Putra. Ia mengaku terpaksa memasak menggunakan kayu bakar untuk sementara sejak Selasa (20/9), setelah gas elpiji tiga kg habis. Ia mengalami naasib yang sama dengan Ardana, tidak dapat membeli gas di sejumlah warung dan toko yang biasanya menjual gas.
Seorang pedagang gas elpiji di Desa Banjar, Agus Wisnaya mengatakan, hingga Kamis (22/9), belum ada kiriman gas melen lagi. Meski harganya masih tetap di kisaran Rp 18.000 – Rp 20.000, namun kelangkaan tersebut mulai dirasakan.
Kepala Dinas Koperasi Perdagangan dan Perindustrian Buleleng Ketut Suparto, saat dikonfirmasi terpisah, membantah kelangkaan yang dikeluhkan oleh masyarakat. Ia mengaku telah mengecek gas melon itu ke SPBU dan distribusinya masih lancar. Ia pun menjelaskan hingga saat ini di Buleleng ada 10 agen resmi yang mendapat jatah pengiriman gas melon dari SPBU yakni 639 per bulan. “Tidak ada keterlambatan distribusi, setelah saya cek semua lancar, kecuali beberapa waktu lalu pas hari raya mungkin,” kata dia.
Suparto menyimpulkan keluhan masyarakat bukanlah kelangkaan gas melon, melainkan keterlambatan distribusi dari agen ke pengecer. Pihaknya menegaskan hal tersebut karena sering kali konsumen gas bersubsidi tidak hanya masyarakat miskin. Tetapi, banyak masyarakat yang memiliki taraf ekonomi lebih tinggi, pedagang banyak yang menggunakan gas elpiji bersubsidi. Sehingga di warung dan toko penyedia cepat habis.
Pihaknya menegaskan hingga saat ini terus mengadakan pengawasan terkait dengan distribusi elpiji tiga kg. Ia mengatakan akan menindak tegas apabila menemukan sejumlah agen dan oknum yang sengaja melakukan penimbunan atau sengaja memperlambat distribusi untuk meraih keuntungan lebih. * k23
Warga Kubutambahan Gede Ardana menyatakan kelangkaan gas elpiji 3 kg sudah terjadi sejak 18 September 2016. Ia pun terpaksa mencari jenis gas itu ke luar desanya. “Setelah keliling akhirnya saya dapat beli di Bungkulan, Kecamatan Sawan,” ujarnya.
Menurutnya, dari sejumlah dagang yang ia datangi mengaku belum mendapat kiriman dari agen. Hal serupa juga diungkapkan warga Desa/Kecamatan Banjar Buleleng, Nyoman Putra. Ia mengaku terpaksa memasak menggunakan kayu bakar untuk sementara sejak Selasa (20/9), setelah gas elpiji tiga kg habis. Ia mengalami naasib yang sama dengan Ardana, tidak dapat membeli gas di sejumlah warung dan toko yang biasanya menjual gas.
Seorang pedagang gas elpiji di Desa Banjar, Agus Wisnaya mengatakan, hingga Kamis (22/9), belum ada kiriman gas melen lagi. Meski harganya masih tetap di kisaran Rp 18.000 – Rp 20.000, namun kelangkaan tersebut mulai dirasakan.
Kepala Dinas Koperasi Perdagangan dan Perindustrian Buleleng Ketut Suparto, saat dikonfirmasi terpisah, membantah kelangkaan yang dikeluhkan oleh masyarakat. Ia mengaku telah mengecek gas melon itu ke SPBU dan distribusinya masih lancar. Ia pun menjelaskan hingga saat ini di Buleleng ada 10 agen resmi yang mendapat jatah pengiriman gas melon dari SPBU yakni 639 per bulan. “Tidak ada keterlambatan distribusi, setelah saya cek semua lancar, kecuali beberapa waktu lalu pas hari raya mungkin,” kata dia.
Suparto menyimpulkan keluhan masyarakat bukanlah kelangkaan gas melon, melainkan keterlambatan distribusi dari agen ke pengecer. Pihaknya menegaskan hal tersebut karena sering kali konsumen gas bersubsidi tidak hanya masyarakat miskin. Tetapi, banyak masyarakat yang memiliki taraf ekonomi lebih tinggi, pedagang banyak yang menggunakan gas elpiji bersubsidi. Sehingga di warung dan toko penyedia cepat habis.
Pihaknya menegaskan hingga saat ini terus mengadakan pengawasan terkait dengan distribusi elpiji tiga kg. Ia mengatakan akan menindak tegas apabila menemukan sejumlah agen dan oknum yang sengaja melakukan penimbunan atau sengaja memperlambat distribusi untuk meraih keuntungan lebih. * k23
1
Komentar