KBM Dituding Sudah Kalah Sebelum Pertandingan
Koalisi Bali Mandara (KBM) yang beranggotakan Golkar-Demokrat dipastikan akan mengekor ke pasangan jalur Independen, Dewa Nyoman Sukrawan-I Gede Dharma Wijaya (Paket Surya).
Tidak Usung Calon di Pilkada Buleleng, Sesepuh Partai Khawatir Dampak 2019
DENPASAR, NusaBali
Di Pilkada Buleleng 2017 Tak berani usung calon, KBM pun dituding ‘kalah sebelum bertarung’. Sesepuh partai khawatir preseden buruk ini akan berdampak ke Pileg 2019 mendatang.
Sesepuh partai yang kini Dewan Pertimbangan Golkar Bali, Ida Tjokorda Pemecutan XI, mengaku miris dan sangat menyayangkan KBM tidak usung calon di Pilkada Buleleng 2017. Ibarat pertempuran, KBM (Golkar-Demokrat) sudah kalah sebelum berperang. Bagi Tjok Pemecutan, ini tamparan buat partai politik pendukung KBM.
“Saya sudah katakan, Golkar sebenarnya punya tokoh yang bisa diandalkan maju di Buleleng. Kenapa sampai tidak ada yang diusung? Kenapa nggak berani ambil keputusan? Ini namanya sudah menyerah duluan sebelum perang,” sesal Tjok Pemecutan kepada NusaBali di Denpasar, Kamis (22/9).
Karena tidak ‘berani’ usung pasangan calon, kata Tjok Pemecutan, kader parpol pendu-kung KBM akan terkena dampaknya, termasuk kader Beringin. Sebab, partai mereka dicap mandul. Ini dikhawatirkan akan beredampak ke perhelatan politik Pileg 2019 mendatang.
“Ini akan menjadi cibiran di masyarakat bahwa partai gagal melahirkan kader untuk bisa jadi pemimpin. Padalah, tugas partai kan mencetak pemimpin. Ini gagal namanya,” ujar Raja Puri Pemecutan, Denpasar yang semasa walaka bernama Anak Agung Ngurah Manik Parasara ini.
Bukan hanya sesepuh Golkar yang prihatin atas sikap KBM yang tak berani usung paket calon di Pilkada Buleleng 2017. Sesepuh Demokrat, Dewa Gede Bagus Badra, juga sangat prihatin dengan kondisi KBM di Buleleng yang gagal menelorkan pasangan Calon Bupati (VCabup)-Calon Wakil Bupati (Cawabup) Buleleng 2017.
Dewa Bagus Badra menyebutkan Demokrat kurang berani ‘bermain’. “Ini bukan krisis kader, tapi partai kurang berani bermain sebenarnya,” kritik Dewa Bagus Badra yang juga mantan Ketua DPD Demokrat Bali 2003-2006---sebelum era I Gusti Bagus Alit Putra.
Mantan anggota DPRD Bali 2004-2009 ini menegaskan, Demokrat kurang berpikir taktis, mau berlabung ke mana ketika Pilkada? Seharusnya, Demokrat tidak usah berpikir ragu-ragu. “Yang penting tampil dalam perhelatan, itu jauh lebih penting ketimbang tidak jelas sikapnya,” sindir sesepuh Demokrat asal Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Gianyar ini.
Dewa Bagus Badra mencontohkan ketika Demokrat Bali putuskan mendukung pasangan AA Gde Agung-I Ketut Sudikerta di Pilkada Badung 2005 silam. Saat itu, Demokrat tidak bisa mengusung paket calon sendiri, karena suaranya kurang signifikan. Tapi, Demokrat punya sikap jelas, berani dukung Gde Agung-Sudikerta.
Hasilnya, Gde Agung-Sudikerta menang di Pilkada Badung, Demokrat pun memetik buahnya. “Saat itu, kita tidak bisa usung calon karena jumlah kursi tidak memenuhi syarat. Tapi, kita berani mainkan peran kita. Sikap kita jelas saat itu,” kenangnya.
Menurut Dewa Bagus Badra, di Pilkada Buleleng 2017, ketika tidak ambil keputusan jelas, langsung ditinggal partai lain. “Ini pembelajaran, bahwa bila telat ambil putusan, pasti ditinggal. Politik juga menyangkut insting dan gambling. Nggak ada matematika di politik. Kurang berani menentukan sikap, itu kesalahan fatal. Padahal, dalam politik, menang kalah bukanlah ukuran, tapi bagaimana ikut mewarnai politik itu sendiri,” ujar Dewa Badra.
Karena tidak usung pasangan calon di Pilkada Buleleng 2017, kata Dewa Bagus Badra, dampaknya jelas kader Demokrat akan kehilangan ‘panggung’. Ibarat matajen (judi sabung ayam), tidak hanya urusan menang dan kalah, tapi bisa hadir dalam arena saja sudah dapat identitas diri.
“Jadi bangga bahwa seseorang babotoh itu bisa hadir di arena, dia diakui sebagai babotoh. Sama dengan partai politik di Pilkada. Nggak tampil, ya nggak diakui, kehilangan panggung-lah,” tegas Dewa Bagus Badra. * nat
Komentar