Langsung Jenguk, Gubernur Pastika Bawakan Celengan
Gubernur Pastika juga imbau jajaran SKPD Pemprov Bali rela sisihkan uang Rp 10.000 per orang untuk dikumpulkan buat membantu Romanus Tenesi
Pastika mengaku sangat kasihan dengan kondisi Romanus. “Saya yakin masih banyak yang kayak Romanus. Inilah gunanya media. Kalau tidak ada media, siapa yang tahu ada persoalan kemiskinan? Jadi, saya nggak berlebihan kalau menengok Romanus kan?” ujar Gubernur asal Desa ‘miskin’ Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Buleleng ini.
Saat dalam perjalanan menuju tempat kos Romanus, Pastika juga meminta ajudan menelepon Kepala Badan Kepegawaia Daerah (BKD) Provinsi Bali, I Ketut Rochineng. Dalam percakapan per telepon, Pastika meminta Rochineng membuat imbauan supaya jajaran SKPD Pemprov Bali merelakan sisihkan uangnya Rp 10.000 per orang untuk dikumpulkan buat membantu Romanus.
“Ya, barangkali sepuluh ribulah Pak Tut (Rochineng). Nanti sisanya saya bantu lagi,” ujar Pastika, yang notabene mantan Kapolda NTT, Kapolda Papua, Kapolda Bali, dan Kalakhar Badan Narkotika Nasional (BNN) berpangkat Komisaris Jenderal Polisi (Purn).
Sementara itu, begitu tiba di kosan Romanus Tenesi di Jalan Blong Keker kawasan Banjar Cengiling, Desa Ungasan, Jumat siang, Pastika langsung masuk ke kamar kos kuli bangunan tersebut. Saat itu, Romanus Tenesi tengah duduk sambil menggendong bayi umur sebulan yang baru ditinggal mati ibunya. Sekain Romanus, ada juga kerabatnya di kos.
Pastika pun menyerahkan celengan kepada Romanus. Pastika juga sempat menggendong bayi perempuan bernama Elia Katarina, yang telah piatu karena nyawa ibunya direnggut penyakit hipertensi. “Celengan ini tidak seberapa isinya, tapi cukup untuk membeli susu selama 3 bulan buat anakmu. Kamu harus tabah,” ujar Pastika, yang kemarin dipanggil Bapak Tua (tokoh) oleh kerabat Romanus.
Romanus Tenesi sendiri kehilangan istrinya, Katarina Lalian, yang meninggal saat persalinan, sebulan lalu, karena mengalami hipertensi. Setelah istrinya meninggal saat melahirkan, bayinya yang diberi nama Elia Katarina kemudian dititipkan di RS Sanglah. Sedangkan Romanus langsung pulang kampung ke NTT untuk mengantar jenazah istrinya.
Menurut Romanus, selama sepekan di kampung halamannya, dia sekalian mengurus berkas-berkas administrasi yang dibutuhkan pihak rumah sakit agar dapat memberikan keringanan biaya. “Tagihan saya di rumah sakit (RS Sanglah) mencapai total Rp 135 juta,” tutur Romanus.
Rinciannya, biaya perawatan bayi Rp 24 juta dan perawatan istrinya (ibunda si bayi yang meninggal) sebanyak Rp 111 juta. Romanus dapat keringanan dari pihak RS Sanglah untuk membayar tagihannya dengan cara mencicil Rp 200.000 per bulan. * nat
Saat dalam perjalanan menuju tempat kos Romanus, Pastika juga meminta ajudan menelepon Kepala Badan Kepegawaia Daerah (BKD) Provinsi Bali, I Ketut Rochineng. Dalam percakapan per telepon, Pastika meminta Rochineng membuat imbauan supaya jajaran SKPD Pemprov Bali merelakan sisihkan uangnya Rp 10.000 per orang untuk dikumpulkan buat membantu Romanus.
“Ya, barangkali sepuluh ribulah Pak Tut (Rochineng). Nanti sisanya saya bantu lagi,” ujar Pastika, yang notabene mantan Kapolda NTT, Kapolda Papua, Kapolda Bali, dan Kalakhar Badan Narkotika Nasional (BNN) berpangkat Komisaris Jenderal Polisi (Purn).
Sementara itu, begitu tiba di kosan Romanus Tenesi di Jalan Blong Keker kawasan Banjar Cengiling, Desa Ungasan, Jumat siang, Pastika langsung masuk ke kamar kos kuli bangunan tersebut. Saat itu, Romanus Tenesi tengah duduk sambil menggendong bayi umur sebulan yang baru ditinggal mati ibunya. Sekain Romanus, ada juga kerabatnya di kos.
Pastika pun menyerahkan celengan kepada Romanus. Pastika juga sempat menggendong bayi perempuan bernama Elia Katarina, yang telah piatu karena nyawa ibunya direnggut penyakit hipertensi. “Celengan ini tidak seberapa isinya, tapi cukup untuk membeli susu selama 3 bulan buat anakmu. Kamu harus tabah,” ujar Pastika, yang kemarin dipanggil Bapak Tua (tokoh) oleh kerabat Romanus.
Romanus Tenesi sendiri kehilangan istrinya, Katarina Lalian, yang meninggal saat persalinan, sebulan lalu, karena mengalami hipertensi. Setelah istrinya meninggal saat melahirkan, bayinya yang diberi nama Elia Katarina kemudian dititipkan di RS Sanglah. Sedangkan Romanus langsung pulang kampung ke NTT untuk mengantar jenazah istrinya.
Menurut Romanus, selama sepekan di kampung halamannya, dia sekalian mengurus berkas-berkas administrasi yang dibutuhkan pihak rumah sakit agar dapat memberikan keringanan biaya. “Tagihan saya di rumah sakit (RS Sanglah) mencapai total Rp 135 juta,” tutur Romanus.
Rinciannya, biaya perawatan bayi Rp 24 juta dan perawatan istrinya (ibunda si bayi yang meninggal) sebanyak Rp 111 juta. Romanus dapat keringanan dari pihak RS Sanglah untuk membayar tagihannya dengan cara mencicil Rp 200.000 per bulan. * nat
1
2
Komentar