Silat Sumbang Dua Medali Emas
Cabang olahraga pencak silat berhasil menyumbangkan dua medali emas dan satu medali perunggu di Pekan Olahraga Nasional (PON) Jabar XIX/2016, Sabtu (24/9), di Graha Satria Laga ITB, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat.
Dwi Yanti Persembahkan Emas saat Sedang Hamil 4,5 Bulan
BANDUNG, NusaBali
Dua medali emas disumbangkan oleh Pencak Silat Nomor Seni Ganda Putri lewat Ni Made Dwi Yanti berpasangan dengan Sang Ayu Ketut Sidan Silantari. Satu emas lagi didapat dari kategori laga kelas E Putra 70 kg atas nama Komang Harik Adi Putra.
Selain meraih dua medali emas, cabor pencak silat juga menyumbangkan 1 medali perunggu di Nomor Seni Ganda Putra atas nama Made Dwi Surya Adnyana berpasangan dengan Made Sukma Satriana.
Uniknya, dari dua medali emas itu satu didapat dari pesilat yang sedang hamil yang usia kehamilannya 4,5 bulan. Pesilat yang hamil adalah Ni Made Dwi Yanti. Dia turun di Nomor Seni Ganda Putri berpasangan dengan Sang Ayu Ketut Sidan Wilantari. Bahkan, sebelum benar-benar dikirim ke multi even empat tahunan antar–provinsi, pesilat Dwi Yanti sempat membuat surat pernyataan. Pada intinya siap membela nama Bali di PON Jabar atas keinginan kuat dari diri sendiri dan tidak ada unsur paksaan. Dan, mengakui telah hamil 4 bulan pada dua minggu yang lalu sebelum turun di PON Jabar.
Sementara KONI Bali sifatnya bertanggungjawab penuh atas kejadian yang ditimbulkan ketika kandungan pesilat Dwi Yanti terjadi masalah dari sisi kesehatan. Terutama dari segi pembiayaan kesehatan. Akhirnya, rapat jajaran IPSI Bali, Ketua Umum KONI Bali, akhirnya diputuskan Dwi Yanti diperbolehkan turun di PON Jabar karena Bali membutuhkan medali emas dari atlet yang masuk hitungan grade 1 itu.
Alhasil, dalam final kemarin Dwi Yanti berpasangan dengan Sang Ayu Sidan memperagakan silat di nomor seni dengan sangat atraktif. Bahkan, pergerakannya cukup membahayakan dan terlihat masih lincah. Hingga juri memberikan nilai tertinggi kepada pasangan silat ganda putri tersebut.
Ganda Putri Ni Made Dwi Yanti/Sang Ayu Ketut Sidan Wilantari memperoleh nilai poin 572 dan berhak atas medali emas. Sedangkan Ganda Putri Jawa Timur Annika Alfiani Zaita/Widijayanti Ratu Ningrat meraih nilai poin 569 dan harus puas dengan medali perak. Sedangkan Ganda Putri Jawa Barat Riska Hermawan/Rinasih dengan nilai poin 569 kebagian medali perunggu.
Nilai poin Jatim dan Jabar memang sama-sama 569. Namun Jatim unggul di keseragaman gerak meraih 291, sementara Jabar hanya meraih 289. Sehingga dari regulasi yang ada, Jatim berhak medali perak.
Sementara Ganda Putra Made Dwi Surya Adnyana/Made Sukma Satriana harus puas dengan raihan medali perunggu. Ganda Putra Bali hanya mampu mengumpulkan nilai poin 570.
Ganda Putra DKI Jakarta Hendi Yolla Primadona Jampil/Hendy meraih medali emas dengan nilai poin 576. Dan, Ganda Putra Jabar Angga Faisal Mubarok/Aset Yoldan Sani medali perak dengan nilai poin 573.
Satu emas lagi untuk Bali disumbangkan pesilat Kategori laga kelas E Putra 70 kg lewat Komang Harik Adi Putra. Komang Harik mendapat medali emas, setelah menang di final ketemu pesilat Slamet Riyadi asal Jawa Tengah yang harus puas mendapatkan medali perak. Dan, medali perunggu diraih pesilat Lampung, Apit.
Ni Made Dwi Yanti usai bertanding mengaku yakin sejak awal mampu meraih medali emas. Karena dari sisi gerak dan kelincahan serta ketepatan gerakan, pasangan pesilat Bali masih unggul dibanding pasangan daerah rival.
“Awalnya kami sempat terganggu dan konsentrasi pecah, saat ramai diberitakan dalam kondisi hamil. Tetapi, kami kembali bisa fokus menyiapkan diri dan menang dalam tiap penyisihan hingga final. Tak terasa kami mengeluarkan air mata,” tutur Dwi Yanti yang kini usia kehamilannya 4,5 bulan.
Dengan medali emas tersebut, pasangan Ni Made Dwi Yanti dan Sang Ayu juga berhasil mempertahankan gelar juara dari dua kali PON sebelumnya di nomor yang sama.
“Bukan lawan tanding yang berat bagi kami. Yang paling berat adalah mengalahkan diri sendiri karena kadang kami bosan dan jenuh, itu yang harus kami lawan," kata Dwi Yanti.
“Kami sudah berjuang bersama sejak 2005, saling yakin satu sama lain adalah faktor penting,” tambah Sang Ayu.
Dia bertekad tetap ingin mengharumkan nama Bali, dan usai mendapatkan emas akan fokus pada persiapan kelahiran anaknya. Apalagi, suami juga atlet pencak silat PON Bali.
Sementara itu pelatih pencak silat seni, Wayan Selamat mengakui waktu di Bali sempat kaget dan stres saat anak asuhnya dalam kondisi hamil. Namun akhirnya diizinkan turun di PON Jabar. “Waktu hamil itu sudah entry by name dan tidak bisa diganti. Tetapi tetap diturunkan. Karena tidak ada halangan atlet hamil turun di PON Jabar. Dan, syukur hasilnya tetap medali emas,” ujar Selamat.
Ketum KONI Bali yang juga Ketua Kontingen Bali Ketut Suwandi mengakui atletnya memang hamil dan kini usia kehamilannya 4,5 bulan. “Mari kita lihat dan hargai prestasinya. Apalagi dia mengorbankan diri untuk harumkan nama Bali. Tapi kami tetap pantau perkembangan kesehatan bayinya. Sebab, dia telah berkorban untuk Bali. Dan, KONI tetap mengawal dari sisi pembiayaan jika kesehatannya tergangu,” tegas Suwandi.
Sedangkan Sekum IPSI Bali Nyoman Yamadhiputra mengakui di hari terakhir Bali memiliki tiga peluang. Dua nomor lewat ganda putri Ni Made Dwiyanti/Sang Ayu Ketut Sidan, ganda putra Made Dwi Surya Adnyana/Made Sukma Satriana, dan kategori laga kelas E Putra 70 kg Komang Harik Adiputra. “Meskipun dua emas patut kami syukuri. Dari target awal tiga medali emas. Dan, jangan dibandingkan saat PON Riau tahun 2012 lalu mendulang 6 medali emas. Sejak Pelatda Bali memang diproyeksikan 3 keping medali emas dan hanya terwujud 2 medali emas,” tutur Yamadhiputra.
Cabor pencak silat total menyumbangkan 2 medali emas, 2 perak, dan 3 perunggu. Peraih medali di cabor pencak silat medali perak lewat seni tunggal putri Ni Made Dwima Pebriani dan medali perunggu lewat pesilat yang turun di tunggal putra I Gusti Ngurah Arya Yuda Paramita, Jumat (23/9). Medali perak di hari pertama, Kamis (22/9) dipersembahkan beregu putri lewat pesilat Ni Kadek Ratna Dewi, Ni Ketut Risna Dewi, dan Ni Luh Putu Eka Pratiwi. * dek
Komentar