50 Penyandang Disabilitas Dipulangkan
Dampak Pandemi Covid-19
DENPASAR, NusaBali
Sebagai akibat dari pandemi Covid-19 yang merebak di Indonesia sejak Maret 2020 lalu, Yayasan Bunga Bali yang bergerak di bidang rehabilitasi medis, pemberian pendidikan, dan keterampilan bagi para penyandang disabilitas memulangkan sebanyak 50 penyandang disabilitas ke daerahnya masing-masing. Hal ini diungkapkan oleh I Nyoman Dana, Pendiri Yayasan Bunga Bali, Senin (20/7).
Bukannya tanpa alasan, pemulangan ini bertujuan agar Yayasan Bunga Bali yang berlokasi di Jalan By Pass Prof Ida Bagus Mantra tidak terlalu penuh sehingga memenuhi protokol kesehatan. Saat ini, terdapat 10 orang penyandang termasuk pendamping yang masih berada di Yayasan Bunga Bali. “Sepuluh sama pendampingnya. Kalau ada yang sakit wajib ada pendampingnya satu, karena kita kalau antar jemput ke rumah sakit, ada sopir ada kendaraan ada pendamping. Nah yang masih di sini, karena yang tidak punya rumah, tidak punya keluarga. Dan masih harus ke rumah sakit sewaktu-waktu. Itu yang kita utamakan,” ujar Nyoman Dana saat ditemui NusaBali.
Pemulangan penyandang disabilitas ini tidak berarti Yayasan Bunga Bali melepas tangannya begitu saja. Kini, setiap bulannya Yayasan Bunga Bali menyiapkan paket sembako yang dibagikan ke para penyandang yang dipulangkan tersebut. “Beberapa, mengambil sendiri ke kantor Yayasan Bunga Bali, dan beberapa diantarkan langsung ke daerah asal mereka,” katanya.
Juga, para penyandang disabilitas yang dipulangkan ini tetap memperoleh fasilitas rawat jalan. Terdapat pengemudi mobil dari Yayasan Bunga Bali yang menjemput dan membawa mereka ke rumah sakit rujukan, yang kebetulan adalah RSUD Sanglah. “Sementara, yang 50 orang kita pulangkan dulu. Kalau yang harus dirawat di rumah sakit, diambil sama sopir dibawa ke rumah sakit,” imbuhnya.
Di satu sisi, produktivitas di Yayasan Bunga Bali juga mengalami perubahan. Sebelumnya, terdapat 12 orang penyandang disabilitas di yayasan yang membentuk suatu kelompok dan membuat berbagai kerajinan dari kayu. Beberapa produk ini, yaitu puzzle kayu untuk mainan edukasi anak, dan hiasan kayu untuk pajangan.
Biasanya, produk-produk ini dipasarkan di Nusa Dua, yang keuntungannya dibagi untuk kesejahteraan anggota masing-masing. Namun sejak pandemi yang melumpuhkan pariwisata, dagangan ini pun terhenti, ditambah dengan dipulangkannya para perajin kayu terampil di Yayasan Bunga Bali. “Sekarang memang yang mengurusi ini ada 12 anak. Nah karena kemarin tempatnya di Nusa Dua juga ditutup, kita pulangkan juga mereka. Di rumah mereka istirahat dulu karena belum ada permintaan,” jelas Nyoman Dana.
Memang, yayasan yang telah berdiri sejak tahun 2000 ini tak hanya sekedar sebagai pusat rehabilitasi, namun juga sebuah tempat di mana para tuna daksa atau pun penyandang disabilitas lainnya bisa belajar keterampilan yang bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah. Kerajinan kayu ini adalah salah satu contohnya. Semua kerajinan ini, terbuat dari kayu mahoni yang dicat dengan cat mobil sehingga aman untuk mainan anak-anak.
Selain itu, jika bertandang ke Yayasan Bunga Bali, terdapat sebuah kantin yang juga dijalankan oleh sekelompok penyandang disabilitas. Ada juga yang terampil menjadi pencukur rambut. Bahkan beberapa penyandang disabilitas yang dulunya dibina oleh Yayasan Bunga Bali kini ada yang terjun dalam dunia pariwisata di hotel bahkan kapal pesiar. “Dari empat jenis kegiatan yang kita lakukan, mulai dari kalau ada yang sakit kita obati, ke RSUP Sanglah kita kerjasama, begitu mereka sembuh, kita kasih mereka alternatif, mau pulang atau mau tetap di Bunga Bali. Yang tinggal di sini, yang masih perlu dibantu karena sakit berkelanjutan, kita beri pelatihan. Setelah mereka terampil, kita kasih mereka kesempatan, mau pulang atau mau mencari pekerjaan di sini,” papar Nyoman Dana.
Saat ini, Yayasan Bunga Bali memiliki ancang-ancang untuk menggelar pelatihan desain komputer pada 1 Agustus mendatang yang berkolaborasi dengan ISI Denpasar yang tentunya akan dilaksanakan dengan melaksanakan protokol kesehatan. “Teman-teman dari ISI yang akan memfasilitasi. Kami menyiapkan peserta, tempat tinggal selama tiga bulan, peralatan dan konsumsi mereka yang menyiapkan,” tandasnya. *cr74
Komentar