Rumah Krama Bali Terkena Banjir
BOLAANG MONGONDOW, NusaBali
Rumah krama Bali di kecamatan Dumoga Tengah dan Dumoga Barat, kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara terkena banjir.
Menurut Ketua PHDI kabupaten Bolaang Mongondow I Nyoman Sukra, banjir dialami warga asal Bali maupun warga setempat sejak Minggu, 26 Juli lalu lantaran hujan turun terus menerus baik siang dan malam.
Akibatnya bendungan Kosinggolan tidak mampu menahan debit air sehingga mengalir ke sawah-sawah dan rumah penduduk, termasuk ke tempat tinggal warga Bali dan pura desa. Ada 30 rumah Kepala Keluarga (KK) atau 150 orang asal Bali terkena banjir. "Banjirnya sedalam 60 cm," ujar Sukra kepada NusaBali, Minggu (2/8).
Kondisi itu tidak separah yang dialami warga setempat yang mencapai 2 meter. Bahkan rumah mereka hanya terlihat atap saja. Mereka pun mengungsi di tempat yang telah disediakan. Sementara warga Bali memilih tidak mengungsi. Terlebih banjir di lokasi mereka cepat surut.
Meski kondisi sudah mulai surut, kata Sukra, hujan masih mengguyur dua kecamatan tersebut "Hari minggu hujan turun terus. Mudah-mudahan tidak banjir seperti minggu lalu," ucap Sukra. Sampai saat ini, kata Sukra, tidak ada korban jiwa. Kesehatan masyarakat setempat maupun warga asal Bali di dua kecamatan tersebut terjaga pula.
Mereka telah mendapat bantuan dari pemerintah dan berbagai pihak. Semua bantuan dipusatkan di dekat jembatan poros, kecamatan Dumoga Tengah yang putus. Nantinya bantuan disalurkan oleh Dinas Sosial dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, karena masih ada lokasi yang tidak terjangkau.
Oleh karena itu, PHDI kabupaten Bolaang Mongondow tidak membuka posko. "Kami mengkoordinir bantuan dari lima PHDI di desa Kembang Merta, Werdi Agung, Mobuya, Mopugat dan Kosiok. Begitupula dengan WHDI dan Peradah. Kami salurkan bantuan pada Kamis, 30 Juli kemarin," terang Sukra.
Bantuan berisi beras, mie instant, telur dan air mineral diserahkan ke posko langsung. KMHDI pun, kata Sukra, mulai melakukan penggalangan bantuan Minggu ini. Warga Bali sendiri yang terkena banjir di dua kecamatan berprofesi sebagai petani.
Sebagian besar mereka berasal dari kabupaten Buleleng, Karangasem dan Klungkung. Mereka adalah petani penanam padi. Adanya banjir membuat mereka gagal panen. "Tanaman padi mereka rusak. Padahal sudah menguning, tetapi diterjang banjir," imbuh Sukra. *k22
Komentar