Hobi Hidroponik Digemari di Masa Pandemi
Perlu keseriusan jika ingin mulai berhidroponik, karena ada beberapa teknik yang harus dipelajari secara detil.
DENPASAR, NusaBali
Merasa stres karena harus terus di rumah saja, membuat seseorang mulai mencari cara agar tidak bosan dan tetap produktif pada masa pandemic Covid-19. Banyak hobi baru mulai bermunculan, salah satunya termasuk berhidroponik. Trend berhidroponik sendiri semakin marak karena bisa dikembangkan menjadi usaha yang cukup menghasilkan. Banyak orang yang semakin tertarik untuk berhidroponik, terutama di masa pandemi.
“Satu waktu saya ke salah satu toko pertanian dan terlihat cukup ramai orang-orang mencari bahan untuk hidroponik. Padahal sebelumnya tidak pernah seramai itu,” ungkap Budhi Martana, pegiat Taman Hidroponik Bali yang berlokasi di Jalan Pulau Buru Denpasar, Kamis (28/8).
Hidroponik sendiri adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Keunikan dari sistem hidroponik sendiri adalah pada media tanam yang digunakan. Media tanam ini umumnya menggunakan pipa PVC, gully atau bahkan bisa dengan botol plastik bekas.
Namun Budhi mengingatkan perlu keseriusan jika ingin mulai usaha berhidroponik, karena ada beberapa teknik yang perlu dipelajari secara detil. Umumnya, jelas Budhi, teknik yang digunakan untuk berhidopronik yaitu NFT (Nutrient Film Technique) dengan memperhitungkan genangan air. Selain itu kualitas bibit yang akan ditanam, bagaimana cara semai bibit tersebut, kapan waktunya pindah tanam, faktor nutrisi yang diperlukan, kandungan pH dalam air. “Banyak sekali. Saya juga masih belajar,” imbuhnya lagi.
Taman Hidroponik Bali yang dibangun Budhi berawal dari iseng-iseng pribadi dan menambah hobi baru yang ia mulai pada akhir Mei hingga saat ini. Seiring berjalannya waktu, saudara-saudaranya yang lain mulai bergabung sehingga Taman Hidroponik Bali bisa didirikan. Selain teknik, media tanam yang digunakan juga unik dan menarik. Media tanam dengan memakai pipa PVC atau gully yang dilubangi untuk penyebaran bibit tanaman. “Kalau untuk hobi, 50 lubang cukuplah. Tapi, kalau untuk usaha, semakin banyak lubang ya semakin bagus,” jelas Budhi lagi.
Ia juga menganjurkan untuk memakai pipa PVC atau botol plastik bekas jika baru memulai berhidroponik. Selain itu penggunaan media tanam tersebut juga murah dan mudah ditemukan.
Di samping itu, media tanam untuk berhidroponik juga semakin banyak jenisnya. Media sederhana cukup banyak dicari di Stand Bunga Karya Mandiri yang berlokasi di Jalan Hang Tuah Sanur. “Harganya mulai dari Rp 60.000 sudah dapat boks, flannel, net pot, dan impraboard. Kalau rockwool itu terpisah,” ungkap Astuti, salah satu pramuniaga toko tersebut.*
Merasa stres karena harus terus di rumah saja, membuat seseorang mulai mencari cara agar tidak bosan dan tetap produktif pada masa pandemic Covid-19. Banyak hobi baru mulai bermunculan, salah satunya termasuk berhidroponik. Trend berhidroponik sendiri semakin marak karena bisa dikembangkan menjadi usaha yang cukup menghasilkan. Banyak orang yang semakin tertarik untuk berhidroponik, terutama di masa pandemi.
“Satu waktu saya ke salah satu toko pertanian dan terlihat cukup ramai orang-orang mencari bahan untuk hidroponik. Padahal sebelumnya tidak pernah seramai itu,” ungkap Budhi Martana, pegiat Taman Hidroponik Bali yang berlokasi di Jalan Pulau Buru Denpasar, Kamis (28/8).
Hidroponik sendiri adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Keunikan dari sistem hidroponik sendiri adalah pada media tanam yang digunakan. Media tanam ini umumnya menggunakan pipa PVC, gully atau bahkan bisa dengan botol plastik bekas.
Namun Budhi mengingatkan perlu keseriusan jika ingin mulai usaha berhidroponik, karena ada beberapa teknik yang perlu dipelajari secara detil. Umumnya, jelas Budhi, teknik yang digunakan untuk berhidopronik yaitu NFT (Nutrient Film Technique) dengan memperhitungkan genangan air. Selain itu kualitas bibit yang akan ditanam, bagaimana cara semai bibit tersebut, kapan waktunya pindah tanam, faktor nutrisi yang diperlukan, kandungan pH dalam air. “Banyak sekali. Saya juga masih belajar,” imbuhnya lagi.
Taman Hidroponik Bali yang dibangun Budhi berawal dari iseng-iseng pribadi dan menambah hobi baru yang ia mulai pada akhir Mei hingga saat ini. Seiring berjalannya waktu, saudara-saudaranya yang lain mulai bergabung sehingga Taman Hidroponik Bali bisa didirikan. Selain teknik, media tanam yang digunakan juga unik dan menarik. Media tanam dengan memakai pipa PVC atau gully yang dilubangi untuk penyebaran bibit tanaman. “Kalau untuk hobi, 50 lubang cukuplah. Tapi, kalau untuk usaha, semakin banyak lubang ya semakin bagus,” jelas Budhi lagi.
Ia juga menganjurkan untuk memakai pipa PVC atau botol plastik bekas jika baru memulai berhidroponik. Selain itu penggunaan media tanam tersebut juga murah dan mudah ditemukan.
Di samping itu, media tanam untuk berhidroponik juga semakin banyak jenisnya. Media sederhana cukup banyak dicari di Stand Bunga Karya Mandiri yang berlokasi di Jalan Hang Tuah Sanur. “Harganya mulai dari Rp 60.000 sudah dapat boks, flannel, net pot, dan impraboard. Kalau rockwool itu terpisah,” ungkap Astuti, salah satu pramuniaga toko tersebut.*
Komentar