Kukuh Berkarya, Pantang Putus Asa
Seniman Topeng I Wayan Muka
GIANYAR, NusaBali
Seniman topeng I Wayan Muka,58, tetap berkarya di rumah produksinya, Banjar Batanancak, Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar, Jumat (11/9). Meski dalam situasi pandemi, penerima Penghargaan Wija Kusuma Kabupaten Gianyar Tahun 2018 ini berkeyakinan wabah Covid-19 pasti berakhir.
"Kepercayaan di Bali, tidak mungkin selamanya jelek. Seperti roda, pandemi ini pasti berlalu," ujarnya. Mantan Bendesa Adat Mas dua periode (2005-2015) ini tidak ingin putus asa karena pandemi. Dia memilih tetap membuat topeng. Bahkan tetap mempekerjakan 6 karyawan. "Saya anggap ini godaan hidup, tapi bukan berarti menyerah. Justru menjadi kesempatan untuk tetap berkarya," jelas seniman kelahiran 12 Desember 1962 ini. Wayan Muka juga ingin menjaga eksistensi diri. Terlebih namanya sebagai seniman topeng sudah mendunia. "Dalam situasi ini alih profesi tidak mungkin. Karena saya sudah geluti bidang ini selama 40 tahun. Tekad saya melestarikan topeng, karena erat kaitannya dengan adat budaya Bali," jelas suami dari Ni Ketut Latri ini.
Di samping itu, Wayan Muka juga sudah berkomunikasi dengan rekan-rekannya terutama guide travel. Bahwasanya, akan ada kunjungan wisata kembali pada Maret 2021 mendatang. "Seharusnya mereka datang Maret 2020 ini, tapi karena pandemi, jadi diundur. Baru sekitar beberapa hari lalu saya komunikasi, mereka ada rencana kunjungan ke sini bulan Maret 2021," ungkapnya.
Saat ini para guide travel yang sering mengantar wisatawan ke rumah produksi Wayan Muka, sedang membuat perencanaan. "Saat ini dia buat proposal, apa yang perlu dia ajukan ke tamu. Maret 2021, astungkara ada grup besar yang akan datang ke sini," ujarnya.
Bahkan jika wabah tidak berkecamuk lagi, agenda kunjungan tersebut sudah diatur sampai bulan Agustus 2021. "Sudah booking. Selama tour, turis selain lihat pemandangan juga lihat topeng maupun lukisan," jelasnya. Tidak saja untuk menyambut kedatangan wisatawan, Wayan Muka yang sejak awal dikenal sebagai pembuat topeng Bali ini tetap berkarya untuk pelestarian seni budaya Bali. "Masih ada pesanan dari seniman di Bali, dipakai menari. Meski memang tidak seperti sebelum pandemi," ujar ayah 3 anak, kakek 3 cucu ini.
Seniman topeng I Wayan Muka sangat ditokohkan di lingkungan Banjar Batanancak, Desa Adat Mas, Kecamatan Ubud. Dia pernah dipercaya sebagai Kelian Banjar, Kelian Maksan, Bendesa Adat Mas dua periode, 2005-2015. Kini dipercaya sebagai Kerta Desa Adat Mas. Wayan Muka juga diminta menjadi Penasihat Bendesa Manik Mas seluruh Bali. "Mahasabha rencananya akan digelar November 2020 ini, mudahan tiada halangan," harapnya.
Dalam hal berkesenian, Wayan Muka ingin tetap eksis sampai generasi setelahnya. "Saya bertekad mewarisi ini pada anak cucu," ujarnya. Dijelaskan, Desa Mas memang terkenal dengan seni pahat patung dan topeng. "Sekarang agak redup, kalau sudah pulih patung dan topeng pasti dicari," jelasnya. Dia pun berharap, pandemi cepat berlalu. Menurut sastra yang pernah dibaca, kondisi gering agung (pandemi meluas) memang diramalkan terjadi 500 tahun sekali. "Pernah baca, saat gering agung tersebut bumi hancur. Rakyat mohon petunjuk, disarankan untuk menggelar upacara pakelem di pantai dengan kerbau dan banteng," ungkapnya. Kondisi pandemi ini, menurut Wayan Muka juga seperti seleksi alam. "Seperti orang mencari emas di sungai, disaring mana yang benar emas murni," ujarnya. *nvi
Di samping itu, Wayan Muka juga sudah berkomunikasi dengan rekan-rekannya terutama guide travel. Bahwasanya, akan ada kunjungan wisata kembali pada Maret 2021 mendatang. "Seharusnya mereka datang Maret 2020 ini, tapi karena pandemi, jadi diundur. Baru sekitar beberapa hari lalu saya komunikasi, mereka ada rencana kunjungan ke sini bulan Maret 2021," ungkapnya.
Saat ini para guide travel yang sering mengantar wisatawan ke rumah produksi Wayan Muka, sedang membuat perencanaan. "Saat ini dia buat proposal, apa yang perlu dia ajukan ke tamu. Maret 2021, astungkara ada grup besar yang akan datang ke sini," ujarnya.
Bahkan jika wabah tidak berkecamuk lagi, agenda kunjungan tersebut sudah diatur sampai bulan Agustus 2021. "Sudah booking. Selama tour, turis selain lihat pemandangan juga lihat topeng maupun lukisan," jelasnya. Tidak saja untuk menyambut kedatangan wisatawan, Wayan Muka yang sejak awal dikenal sebagai pembuat topeng Bali ini tetap berkarya untuk pelestarian seni budaya Bali. "Masih ada pesanan dari seniman di Bali, dipakai menari. Meski memang tidak seperti sebelum pandemi," ujar ayah 3 anak, kakek 3 cucu ini.
Seniman topeng I Wayan Muka sangat ditokohkan di lingkungan Banjar Batanancak, Desa Adat Mas, Kecamatan Ubud. Dia pernah dipercaya sebagai Kelian Banjar, Kelian Maksan, Bendesa Adat Mas dua periode, 2005-2015. Kini dipercaya sebagai Kerta Desa Adat Mas. Wayan Muka juga diminta menjadi Penasihat Bendesa Manik Mas seluruh Bali. "Mahasabha rencananya akan digelar November 2020 ini, mudahan tiada halangan," harapnya.
Dalam hal berkesenian, Wayan Muka ingin tetap eksis sampai generasi setelahnya. "Saya bertekad mewarisi ini pada anak cucu," ujarnya. Dijelaskan, Desa Mas memang terkenal dengan seni pahat patung dan topeng. "Sekarang agak redup, kalau sudah pulih patung dan topeng pasti dicari," jelasnya. Dia pun berharap, pandemi cepat berlalu. Menurut sastra yang pernah dibaca, kondisi gering agung (pandemi meluas) memang diramalkan terjadi 500 tahun sekali. "Pernah baca, saat gering agung tersebut bumi hancur. Rakyat mohon petunjuk, disarankan untuk menggelar upacara pakelem di pantai dengan kerbau dan banteng," ungkapnya. Kondisi pandemi ini, menurut Wayan Muka juga seperti seleksi alam. "Seperti orang mencari emas di sungai, disaring mana yang benar emas murni," ujarnya. *nvi
Komentar