Produksi Padi di Denpasar Merosot 2.637 Ton
DENPASAR, NusaBali
Produksi padi di Kota Denpasar pada Agustus hingga September 2020 mengalami penurunan dibanding tahun 2019.
Produksi padi di Denpasar dari Agustus 2019 sebanyak 17.028,58 ton sedangkan periode Agustus 2020 produksi padi hanya 14.391 ton, sehingga terjadi penurunan produksi 2.637 ton.
Plt Sekretaris Dinas Pertanian Kota Denpasar, IGA Puspayeni, Kamis (1/10), mengatakan penurunan produksi padi di Denpasar dikarenakan lahan pertanian, khususnya persawahan di Kota Denpasar semakin menyusut. Walaupun demikian, produktivitas padi di Kota Denpasar dinilai masih tertinggi di Bali.
Produktivitas padi pada tahun 2018 sebanyak 67,55 persen, naik menjadi 69,02 di tahun 2019. “Mengingat lahan tak terlalu luas, maka sasaran yang diutamakan adalah produktivitas per satuan luas,” ujar Puspayeni.
Bahkan menurutnya, dalam setahun ada yang bisa menanam padi hingga tiga kali, walaupun umumnya dua kali. “Di Denpasar sistemnya padi palawija, namun ada seperti di Denpasar Selatan bisa menanam padi sebanyak tiga kali,” ungkapnya.
Untuk meningkatkan produktivitas ini, pihaknya memberikan pelatihan serta memberikan stimulus berupa bantuan pupuk kepada petani. Selain itu, saat panen sebelum pandemi Covid-19, petani diberikan berjualan langsung di areal car free day. Akan tetapi yang menjadi masalah saat ini yakni usia petani yang rata-rata berumur 50 tahun ke atas.
Ada yang di bawah 35 tahun, hanya saja tidak banyak, karena rata-rata di atas 50 tahun. Selain itu, kepemilikan lahan pertanian di Denpasar per petani di bawah setengah hektare. “Petani di Denpasar itu petani gurem dengan kepemilikan lahan di bawah setengah hektare, kita harapkan dengan kepemilikan kecil, support dengan bantuan dan sosialisasi,” jelasnya. *mis
Plt Sekretaris Dinas Pertanian Kota Denpasar, IGA Puspayeni, Kamis (1/10), mengatakan penurunan produksi padi di Denpasar dikarenakan lahan pertanian, khususnya persawahan di Kota Denpasar semakin menyusut. Walaupun demikian, produktivitas padi di Kota Denpasar dinilai masih tertinggi di Bali.
Produktivitas padi pada tahun 2018 sebanyak 67,55 persen, naik menjadi 69,02 di tahun 2019. “Mengingat lahan tak terlalu luas, maka sasaran yang diutamakan adalah produktivitas per satuan luas,” ujar Puspayeni.
Bahkan menurutnya, dalam setahun ada yang bisa menanam padi hingga tiga kali, walaupun umumnya dua kali. “Di Denpasar sistemnya padi palawija, namun ada seperti di Denpasar Selatan bisa menanam padi sebanyak tiga kali,” ungkapnya.
Untuk meningkatkan produktivitas ini, pihaknya memberikan pelatihan serta memberikan stimulus berupa bantuan pupuk kepada petani. Selain itu, saat panen sebelum pandemi Covid-19, petani diberikan berjualan langsung di areal car free day. Akan tetapi yang menjadi masalah saat ini yakni usia petani yang rata-rata berumur 50 tahun ke atas.
Ada yang di bawah 35 tahun, hanya saja tidak banyak, karena rata-rata di atas 50 tahun. Selain itu, kepemilikan lahan pertanian di Denpasar per petani di bawah setengah hektare. “Petani di Denpasar itu petani gurem dengan kepemilikan lahan di bawah setengah hektare, kita harapkan dengan kepemilikan kecil, support dengan bantuan dan sosialisasi,” jelasnya. *mis
Komentar