Desa Batuan Kini Punya 2 Pasar
GIANYAR, NusaBali
Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar, kini punya satu lagi pasar tradisional yakni Pasar Puaya.
Nama pasar ini karena berlokasi di Banjar Puaya, Desa Batuan. Di desa ini juga ada Pasar Adat Negara. Pasar Puaya diresmikan Bupati Gianyar I Made ‘Agus’ Mahayastra, Senin (30/11), bertepatan Purnama Kanem.
Perbekel Batuan Ari Anggara menjelaskan pembangunan pasar tersebut dicetuskan sejumlah tokoh di Banjar Puaya sejak tahun 2018. Lahan untuk pasar seluas 7,5 are yang dulunya semak belukar tak berfungsi ditata secara periodik. "Kami di pemerintahan desa mengapresiasi upaya Banjar Puaya mendirikan pasar guna mengoptimalisasikan potensi ekonomi," ujarnya.
Dengan adanya Pasar Puaya, jumlah pasar tradisional yang ada di kawasan Desa Batuan menjadi bertambah. "Jadi saat ini ada dua pasar tradisional di Desa Batuan. Satu Pasar Adat Negara, satu lagi Pasar Puaya. Ini sekaligus sebagai bentuk keberpihakan pada pedagang lokal," ujar Perbekel muda asal Banjar Puaya ini.
Diakui, antusias calon pedagang untuk berjualan di Pasar Puaya ini sangat tinggi. Terutama dari kalangan pedagang pemula yang kena PHK atau dirumahkan. "Kuota yang disediakan di pasar induk 33 pedagang, yang melamar sampai 80an. Sehingga harus kita undi," ujarnya. Termasuk untuk kuota 10 kios dengan sistem lelang, dari target sewa Rp 3 juta per tahun, calon pedagang menawar sampai nilai Rp 4,5 juta. "Antusias warga kami untuk berjualan. Terutama dari mereka yang menganggur sebagai dampak pandemi," ujar Ari Anggara. Sebagai ikon, pasar ini mempertahankan keberadaan pohon tua di pojok timur pasar. "Pohon ini disebut Poh Aya, pohon mangga yang berbuat lebat dengan beragam varian rasa. Konon, pohon ini sebagai cikal bakal nama Puaya," jelasnya. Oleh karena sakral, pohon ini di sengker dan dikeramatkan.
Kelihan Adat Banjar Puaya I Ketut Nastra Adnyana menambahkan, pendirian pasar ini pula dilatarbelakangi sejarah Pura Melanting yang disungsung krama setempat. Pura yang identik dengan pasar ini terletak di sisi selatan Pasar Puaya. "Secara turun temurun. Kami juga nyungsung Ida Bhatara Melanting sebagai dewanya Pasar, sehingga menurut kami pendirian Pasar ini sangat erat kaitannya dengan sejarah itu. Dulu era tahun 1965, saya masih kanak-kanak di Puaya ada Pasar Tenten. Sampai ada Los panjang untuk tempat berjualan. Namun lambat laun tidak ada Pasar lagi," ujarnya.
Dijelaskan, Pasar Puaya ini berdiri di atas lahan seluas 7,5 are. Kapasitas terdiri dari 33 pedagang Pasar induk, 30 pedagang tumpah, 8 pedagang bermobil dan 10 pedagang kios. Harapannya kedepan pasar ini jadi sumber penghasilan krama Banjar. Sumber dana pembangunan berasal dari Pemkab Gianyar dan dana swadaya. "Kami berproses sejak tahun 2018, mulai senderan, pasar induk. Dana senderan Rp 450 juta dari pemerintah, Pasar Induk Rp 329 juta juga dari pemerintah. Kemudian secara swadaya kami membangun jembatan dan kios dengan dana sekitar Rp 250 juta," jelasnya. Kedepan, pembangunan Pasar akan diperluas. "Pasar induk nambah 6 meter lagi dan berlantai 2. Dengan demikian, akan semakin ramai Pasar ini," harapnya. Diakhir acara peresmian pasar, Bupati Mahayastra langsung meninjau pedagang yang sudah berada di lapak mereka masing-masing. Bupati Mahayastra juga menyempatkan untuk berbelanja kebutuhan pokok yang dijajakan para pedagang, seperti telur, dupa, dan buah-buahan.
Beragam jenis komoditas diperjualbelikan di pasar ini. Seperti sembako, lauk pauk, perlengkapan upacara hingga busana. Bupati Mahayastra mengatakan, Pasar Puaya sangat cocok dikembangkan sebagai pasar tradisional. Karena kedepannya Pasar Sukawati akan dipergunakan sebagai pasar seni. Pasar Sukawati jaraknya dari Puaya juga jauh.
Menurut Mahayastra, Pasar Puaya potensi berkembang pesat dan cepat. Selain berada di kawasan pemukiman penduduk, keberadaan pasar juga strategis pasca relokasi Pasar Umum Sukawati. "Pasar ini luar biasa karena di kawasan pemukiman penduduk. Apalagi Pasar Sukawati Blok A, B, dan C kedepan akan jadi Pasar Oleh-oleh. Pasar Puaya ini potensi jadi pasar tradisional," ungkap bupati asal Desa Melinggih, Kecamatan Payangan ini. Dia berharap masyarakat Desa Batuan, khususnya Banjar Puaya berbelanja di pasar sendiri. "Anggap saja tiap rumah tangga belanja kebutuhan sehari-hari minimal Rp 100.000. Kalau semua masyarakat Batuan belanja disini, bayangkan. Ratusan juta bisa terjadi transaksi disini," ujarnya. *nvi
Perbekel Batuan Ari Anggara menjelaskan pembangunan pasar tersebut dicetuskan sejumlah tokoh di Banjar Puaya sejak tahun 2018. Lahan untuk pasar seluas 7,5 are yang dulunya semak belukar tak berfungsi ditata secara periodik. "Kami di pemerintahan desa mengapresiasi upaya Banjar Puaya mendirikan pasar guna mengoptimalisasikan potensi ekonomi," ujarnya.
Dengan adanya Pasar Puaya, jumlah pasar tradisional yang ada di kawasan Desa Batuan menjadi bertambah. "Jadi saat ini ada dua pasar tradisional di Desa Batuan. Satu Pasar Adat Negara, satu lagi Pasar Puaya. Ini sekaligus sebagai bentuk keberpihakan pada pedagang lokal," ujar Perbekel muda asal Banjar Puaya ini.
Diakui, antusias calon pedagang untuk berjualan di Pasar Puaya ini sangat tinggi. Terutama dari kalangan pedagang pemula yang kena PHK atau dirumahkan. "Kuota yang disediakan di pasar induk 33 pedagang, yang melamar sampai 80an. Sehingga harus kita undi," ujarnya. Termasuk untuk kuota 10 kios dengan sistem lelang, dari target sewa Rp 3 juta per tahun, calon pedagang menawar sampai nilai Rp 4,5 juta. "Antusias warga kami untuk berjualan. Terutama dari mereka yang menganggur sebagai dampak pandemi," ujar Ari Anggara. Sebagai ikon, pasar ini mempertahankan keberadaan pohon tua di pojok timur pasar. "Pohon ini disebut Poh Aya, pohon mangga yang berbuat lebat dengan beragam varian rasa. Konon, pohon ini sebagai cikal bakal nama Puaya," jelasnya. Oleh karena sakral, pohon ini di sengker dan dikeramatkan.
Kelihan Adat Banjar Puaya I Ketut Nastra Adnyana menambahkan, pendirian pasar ini pula dilatarbelakangi sejarah Pura Melanting yang disungsung krama setempat. Pura yang identik dengan pasar ini terletak di sisi selatan Pasar Puaya. "Secara turun temurun. Kami juga nyungsung Ida Bhatara Melanting sebagai dewanya Pasar, sehingga menurut kami pendirian Pasar ini sangat erat kaitannya dengan sejarah itu. Dulu era tahun 1965, saya masih kanak-kanak di Puaya ada Pasar Tenten. Sampai ada Los panjang untuk tempat berjualan. Namun lambat laun tidak ada Pasar lagi," ujarnya.
Dijelaskan, Pasar Puaya ini berdiri di atas lahan seluas 7,5 are. Kapasitas terdiri dari 33 pedagang Pasar induk, 30 pedagang tumpah, 8 pedagang bermobil dan 10 pedagang kios. Harapannya kedepan pasar ini jadi sumber penghasilan krama Banjar. Sumber dana pembangunan berasal dari Pemkab Gianyar dan dana swadaya. "Kami berproses sejak tahun 2018, mulai senderan, pasar induk. Dana senderan Rp 450 juta dari pemerintah, Pasar Induk Rp 329 juta juga dari pemerintah. Kemudian secara swadaya kami membangun jembatan dan kios dengan dana sekitar Rp 250 juta," jelasnya. Kedepan, pembangunan Pasar akan diperluas. "Pasar induk nambah 6 meter lagi dan berlantai 2. Dengan demikian, akan semakin ramai Pasar ini," harapnya. Diakhir acara peresmian pasar, Bupati Mahayastra langsung meninjau pedagang yang sudah berada di lapak mereka masing-masing. Bupati Mahayastra juga menyempatkan untuk berbelanja kebutuhan pokok yang dijajakan para pedagang, seperti telur, dupa, dan buah-buahan.
Beragam jenis komoditas diperjualbelikan di pasar ini. Seperti sembako, lauk pauk, perlengkapan upacara hingga busana. Bupati Mahayastra mengatakan, Pasar Puaya sangat cocok dikembangkan sebagai pasar tradisional. Karena kedepannya Pasar Sukawati akan dipergunakan sebagai pasar seni. Pasar Sukawati jaraknya dari Puaya juga jauh.
Menurut Mahayastra, Pasar Puaya potensi berkembang pesat dan cepat. Selain berada di kawasan pemukiman penduduk, keberadaan pasar juga strategis pasca relokasi Pasar Umum Sukawati. "Pasar ini luar biasa karena di kawasan pemukiman penduduk. Apalagi Pasar Sukawati Blok A, B, dan C kedepan akan jadi Pasar Oleh-oleh. Pasar Puaya ini potensi jadi pasar tradisional," ungkap bupati asal Desa Melinggih, Kecamatan Payangan ini. Dia berharap masyarakat Desa Batuan, khususnya Banjar Puaya berbelanja di pasar sendiri. "Anggap saja tiap rumah tangga belanja kebutuhan sehari-hari minimal Rp 100.000. Kalau semua masyarakat Batuan belanja disini, bayangkan. Ratusan juta bisa terjadi transaksi disini," ujarnya. *nvi
Komentar