Penyuluh Bahasa Bali Konservasi 194 Cakep Lontar
Di Tengah Pandemi Covid-19
NEGARA, NusaBali
Sejak pemberlakuan tatanan kehidupan Bali era baru pada Juli 2020, Penyuluh Bahasa Bali (PPB) Kabupaten Jembrana bekerjasama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jembrana, kembali turun mengkonservasi lontar.
Selama Juli - Desember 2020, ada 194 cakep lontar berhasil dikonservasi. Bentuk konservasi dimaksud, antara lain membersihkan lontar, memberi minyak anti ngengat, diklafikasi, dan lainnya. 194 cakep lontar yang telah didata maupun dikonservasi pada tahun 2020, tersebar di beberapa wilayah. Diantaranya, 122 cakep di tiga rumah warga Desa Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo, 9 cakep di Desa Gumbrih, Kecamatan Pekutatan, 5 cakep di Desa Baluk, Kecamatan Negara, 2 cakep di Desa Dangin Tukad Aya, Kecamatan Jembrana, dan 56 cakep di Puri Kaleran Jembrana, Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana.
Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Jembrana I Putu Wahyu Wirayuda, Kamis (4/2), mengatakan dalam melaksanakan konservasi sekaligus pendataan lontar ke rumah-rumah warga pada masa pandemi Covid-19, disertai penerapan protokol kesehatan (prokes). Terutama menerapkan protokol 3 M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak). “Kami batasi anggota konservasi antara 10 - 15 orang. Termasuk durasi waktu kami batasi,” ujarnya.
Meski dengan sejumlah pembatasan tersebut, total 194 cakep lontar yang dikonservasi pada tahun 2020, tergolong cukup banyak. Di mana sebelum pandemi Covid-19 pada tahun 2019, ada 201 cakep lontar yang dikonservasi. Tahun 2018, dikonservasi 139 cakep lontar. Sedangkan saat memulai konservasi pada tahun 2017, dikonservasi 111 cakep lontar. “Total sejak tahun 2017 sampai 2020, sudah kita konservasi sebanyak 645 lontar,” ucap Wahyu.
Menurut Wahyu, kebanyakan lontar yang ditemukan di Jembrana memuat tentang usada (obat-obatan tradisional Bali) dan kawisesan (ilmu kesaktian). Beberapa juga ada yang merupakan salinan babad, wariga, kekawin, dan lainnya. Namun tidak sedikit lontar yang ditemukan di rumah-rumah warga, dalam kondisi rusak hingga beberapa aksara hilang karena kurang terawat. Karena itu, setiap turun mengkonservasi juga diberikan edukasi cara merawat lontar. Edukasi dimaksud, jangan tempatkan lontar di tempat yang lembab. Kalau bisa disimpan di lemari kaca, dan sesekali cukup lakukan perawatan ringan menggunakan kuas. ‘’Daripada di tempatkan, semisal ditempatkan di merajan dengan kondisi terus terkena hujan dan terik matahari, sudah pasti akan cepat rusak,” ucap pria alumni Jurusan Sastra Bali, Fakultas Sastra, Universitas Udayana ini.
Di samping konservasi lontar, Penyuluh Bahasa Bali juga memprogramkan digitalisasi lontar. Dari 645 cakep lontar yang telah dikonservasi di Jembrana, ada 7 cakep lontar yang telah digitalisasi Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Jembrana. “Digitaliasi tetap dilaksanakan. Tetapi sementara ini, kita masih fokuskan dulu ke konservasi, menyelamatkan lontar-lontar. Nanti bertahap akan kita digitalisasi,” pungkas Wahyu. *ode
Komentar