Sakit Menahun, Dadong Netri Gantung Diri di Jineng
NEGARA, NusaBali
Seorang dadong (nenek), Ni Ketut Netri, 69, dari Banjar Tegak Gede, Desa Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, ditemukan meninggal gantung diri di jineng pekarangan rumahnya, Selasa (23/2) pagi.
Korban diduga nekat melakukan ulah pati tersebut, karena diduga frustasi dengan sakit menahun yang tidak kunjung sembuh. Jenazah dadong Netri pertama kali ditemukan tergantung di jineng berupa balai bambu itu, oleh suaminya, I Ketut Sandra, 63, bersama anaknya, I Gede Agus Adi Putra, 45, sekitar pukul 06.00 Wita. Saat itu, Sandra bersama anaknya tidak melihat korban yang biasa sudah menyapu di halaman, terkejut melihat korban sudah meninggal dengan keadaan leher tergantung kain selendang warna putih hijau yang merupakan selendang milik korban.
Kasat Reskrim Polres Jembrana, AKP Yogie Pramagita mengatakan, sebelum ditemukan meninggal Selasa pagi kemarin, saat hendak beristirahat Senin (23/2) malam sekitar pukul 19.00 Wita, korban bersama suaminya sempat bersama-sama masuk kamar. Namun saat hendak istirahat itu, korban yang sakit-sakitan, sempat menyatakan ingin tidur di jineng di luar rumah. “Dari keterangan suaminya, korban sempat bersikeras ingin tidur di luar, dan dilarang suaminya,” ujarnya.
Namun sekitar pukul 21.30 Wita, Sandra melihatkan korban ke luar kamar dan mondar mandir di halaman rumah. Sandra pun sempat memanggil anaknya, I Gede Agus Adi Putra, agar membujuk korban tidur di kamar. Namun korban tetap bersikukuh tidur di luar, dan menyatakan berani sendiri tidur di luar, sehingga Sandra bersama anaknya kembali tidur. Namun keesokan harinya, tiba-tiba korban sudah ditemukan meninggal.
Sesuai hasil pemeriksaan Tim Inafis Sat Reskrim Polres Jembrana bersama petugas medis, tidak ada tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban, namun terdapat jejas pada bagian leher korban akibat jeratan kain selendang. Saat meninggal itu, lidah korban menjulur dan sejumlah bagian tubuh kaku. Korban diduga murni gantung diri karena frustasi dengan sakit di dada dan perutnya yang sudah diderita selama 5 tahun.
“Dari keterangan saksi-saksi, korban memang sudah sakit-sakitan sejak lima tahun lalu. Sudah pernah menjalani pengobatan secara medis maupun tradisional namun tidak juga sembuh. Dari keluarga juga menolak dilakukan otopsi. Sudah mengikhlaskan kejadian itu sebagai musibah,” ucap AKP Yogie. *ode
Komentar