Bayi Hirschsprung Meninggal Dunia
Kondisi bayi Ketut Adi Sri Karlinda yang menderita hirschsprung semakin memburuk diakibatkan karena pneumonia berat.
SINGARAJA, NusaBali
Ketut Adi Sri Karlinda bayi hirschsprung asal Banjar Dinas Tangeb, Desa Banjar Tegaha Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, menghembuskan napas terakhir pada Selasa (30/3) sekitar pukul 01.00 Wita. Bayi perempuan yang baru berusia 3 bulan ini tak dapat bertahan sejak menjalani perawatan intensif di NICU Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Buleleng, Kamis (25/3). Padahal komunitas sosial dan yayasan sudah berhasil mengumpulkan biaya operasi bagi bayi Karlinda.
Jenazah anak keempat dari pasangan suami istri (pasutri) Ketut Budayasa, 40, dengan Sang Ayu Komang Sugiani, 37, dipulangkan ke rumah duka pada Selasa (30/3) pukul 07.30 Wita. Keluarga langsung menggelar upacara penguburan pada Anggara Kliwon Julungwangi, Selasa (30/3) pukul 18.30 Wita di Setra Desa Adat Banjar Tegaha.
Sejumlah keluarga bayi Karlinda, Selasa siang di rumah duka, sibuk membantu persiapan penguburan. Orangtua bayi yang mengalami kelainan pada usus besar itu terlihat lebih tabah dan mengikhlaskan kepergian anak keempatnya. Menurut Budayasa dan Sugiani, mereka sudah bersiap menghadapi kemungkinan terburuk, setelah mendapat penjelasan dari tenaga kesehatan (nakes) yang merawat Karlinda.
“Sebelum meninggal, pada Senin pukul 9 malam (21.00) sempat dipanggil oleh perawat, dijelaskan bayi kami sudah tidak respons sejak dipasangi alat dan dirawat di ruang NICU,” ucap Budayasa. Selain itu Sugiani saat masih menunggui anaknya di rumah sakit, mendadak mendapat firasat yang tidak enak. Dia menuturkan saat itu sedang tertidur di selasar lantai II IGD RSUD Buleleng, tiba-tiba saja ibu empat anak ini terkejut dan langsung terbangun. “Kejadiannya malam, saat itu saya sudah tidur, tiba-tiba saja terbangun dan merasa ada apa-apa dengan anak saya. Di waktu yang sama perawat memanggil saya masuk melihat anak saya,” imbuh Sugiani.
Dari keterangan dan penjelasan nakes yang merawat bayi Karlinda, kondisi yang semakin memburuk diakibatkan karena pneumonia berat. Diduga ada cairan masuk ke paru-paru bayi setelah dilahirkan. “Lahirnya normal, tetapi sungsang, sempat kuning juga sampai 12 hari baru hilang kuningnya. Katanya yang membuat kondisinya memburuk pneumonianya itu,” imbuh Sugiani.
Setelah dikuburkan pada Selasa kemarin, bayi Karlinda akan diupacarai ngelungah bersamaan dengan upacara ngeroras tepat 12 hari meninggal dunia. Upacara ngelungah dilaksanakan untuk menstanakan roh bayi di rong tiga (sanggah kemulan) sehingga diharapkan dapat reinkarnasi kembali di masa mendatang. Sementara itu relawan, komunitas, dan yayasan sosial yang telah mengumpulkan donasi untuk biaya operasi dan perawatan selama di rumah sakit pun datang melayat. Mereka menyerahkan sisa donasi kepada orangtua bayi untuk keperluan upacara penguburan, pelunasan biaya rumah sakit hingga tabungan untuk biaya sekolah 3 anak Budayasa dan Sugiani.
Kasi Pelayanan Anak dan Lansia Dinas Sosial Kabupaten Buleleng Niken Puji Astuti mewakili Yayasan Angel Heart menyerahkan sisa donasi.
“Jadi penggalangan dana selama dua malam itu yang total Rp 64 juta akan dipakai untuk pelunasan biaya perawatan dan bekal orangtua selama di rumah sakit, biaya penguburan, dan rencananya sisa donasi nanti sesuai rembug bersama teman-teman relawan akan diberikan dalam bentuk tabungan biaya sekolah kakak-kakak bayi Karlinda, karena sebelumnya penggalangan donasi untuk biaya operasi adik Karlinda,” ucap Niken yang juga relawan sosial. Namun donasi yang terkumpul melalui Yayasan Angel Heart disisihkan sebagian untuk penanganan kasus bayi berkelamin ganda asal Desa Sepang, Kecamaan Busungbiu, Buleleng yang memerlukan bantuan yang sama.
Sisa penggalangan donasi itu diharapkan dapat membantu pemenuhan kebutuhan tiga anak Budayasa dan Sugiani yang masih sekolah. “Mudah-mudahan ini bisa meringankan beban orangtua apalagi di musim pandemi ini, orangtua Karlinda sedang kesusahan ekonomi, karena usaha mebel kayunya tidak jalan. Minimal untuk pemenuhan kebutuhan anak-anak mereka yang masih mengenyam pendidikan,” ujar Niken seizin Kepala Dinas Sosial Kabupaten Buleleng I Putu Kariaman. *k23
Jenazah anak keempat dari pasangan suami istri (pasutri) Ketut Budayasa, 40, dengan Sang Ayu Komang Sugiani, 37, dipulangkan ke rumah duka pada Selasa (30/3) pukul 07.30 Wita. Keluarga langsung menggelar upacara penguburan pada Anggara Kliwon Julungwangi, Selasa (30/3) pukul 18.30 Wita di Setra Desa Adat Banjar Tegaha.
Sejumlah keluarga bayi Karlinda, Selasa siang di rumah duka, sibuk membantu persiapan penguburan. Orangtua bayi yang mengalami kelainan pada usus besar itu terlihat lebih tabah dan mengikhlaskan kepergian anak keempatnya. Menurut Budayasa dan Sugiani, mereka sudah bersiap menghadapi kemungkinan terburuk, setelah mendapat penjelasan dari tenaga kesehatan (nakes) yang merawat Karlinda.
“Sebelum meninggal, pada Senin pukul 9 malam (21.00) sempat dipanggil oleh perawat, dijelaskan bayi kami sudah tidak respons sejak dipasangi alat dan dirawat di ruang NICU,” ucap Budayasa. Selain itu Sugiani saat masih menunggui anaknya di rumah sakit, mendadak mendapat firasat yang tidak enak. Dia menuturkan saat itu sedang tertidur di selasar lantai II IGD RSUD Buleleng, tiba-tiba saja ibu empat anak ini terkejut dan langsung terbangun. “Kejadiannya malam, saat itu saya sudah tidur, tiba-tiba saja terbangun dan merasa ada apa-apa dengan anak saya. Di waktu yang sama perawat memanggil saya masuk melihat anak saya,” imbuh Sugiani.
Dari keterangan dan penjelasan nakes yang merawat bayi Karlinda, kondisi yang semakin memburuk diakibatkan karena pneumonia berat. Diduga ada cairan masuk ke paru-paru bayi setelah dilahirkan. “Lahirnya normal, tetapi sungsang, sempat kuning juga sampai 12 hari baru hilang kuningnya. Katanya yang membuat kondisinya memburuk pneumonianya itu,” imbuh Sugiani.
Setelah dikuburkan pada Selasa kemarin, bayi Karlinda akan diupacarai ngelungah bersamaan dengan upacara ngeroras tepat 12 hari meninggal dunia. Upacara ngelungah dilaksanakan untuk menstanakan roh bayi di rong tiga (sanggah kemulan) sehingga diharapkan dapat reinkarnasi kembali di masa mendatang. Sementara itu relawan, komunitas, dan yayasan sosial yang telah mengumpulkan donasi untuk biaya operasi dan perawatan selama di rumah sakit pun datang melayat. Mereka menyerahkan sisa donasi kepada orangtua bayi untuk keperluan upacara penguburan, pelunasan biaya rumah sakit hingga tabungan untuk biaya sekolah 3 anak Budayasa dan Sugiani.
Kasi Pelayanan Anak dan Lansia Dinas Sosial Kabupaten Buleleng Niken Puji Astuti mewakili Yayasan Angel Heart menyerahkan sisa donasi.
“Jadi penggalangan dana selama dua malam itu yang total Rp 64 juta akan dipakai untuk pelunasan biaya perawatan dan bekal orangtua selama di rumah sakit, biaya penguburan, dan rencananya sisa donasi nanti sesuai rembug bersama teman-teman relawan akan diberikan dalam bentuk tabungan biaya sekolah kakak-kakak bayi Karlinda, karena sebelumnya penggalangan donasi untuk biaya operasi adik Karlinda,” ucap Niken yang juga relawan sosial. Namun donasi yang terkumpul melalui Yayasan Angel Heart disisihkan sebagian untuk penanganan kasus bayi berkelamin ganda asal Desa Sepang, Kecamaan Busungbiu, Buleleng yang memerlukan bantuan yang sama.
Sisa penggalangan donasi itu diharapkan dapat membantu pemenuhan kebutuhan tiga anak Budayasa dan Sugiani yang masih sekolah. “Mudah-mudahan ini bisa meringankan beban orangtua apalagi di musim pandemi ini, orangtua Karlinda sedang kesusahan ekonomi, karena usaha mebel kayunya tidak jalan. Minimal untuk pemenuhan kebutuhan anak-anak mereka yang masih mengenyam pendidikan,” ujar Niken seizin Kepala Dinas Sosial Kabupaten Buleleng I Putu Kariaman. *k23
Komentar