Perajin Perak Bertahan Lewat Online
Sebagian besar pemesan adalah pelaku bisnis startup.
DENPASAR,NusaBali-
Pandemi Covid-19 memang membuat sekarat hampir semua sektor perekonomian di Bali. Walau demikian, masih ada satu dua sub sektor masih bertahan. Salah satunya kerajinan perak. Pesanan kerajinan perak dalam bentuk perhiasan masih ada, walau tidak seramai sebelum pandemi Covid-19.Dominan pesanan produk kerajinan perak dilakukan lewat online atau digital.
“Boleh dikatakan 95 persen lewat online,” ujar I Kadek Ganda Ismawan salah seorang perajin perak dari Desa Celuk, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Kamis (8/7).
Diakui Kadek Ganda, pandemi Covid-19 memang berimbas terhadap kerajinan perak di Celuk. Bisnis kerajinan perak melesu. Maksudnya pemasaran, baik pemasaran secara ritel maupun dalam jumlah besar, tidak seperti ketika situasi pariwisata dan perekonomian masih normal.
“Namun syukur meski tidak banyak, tetap masih ada pesanan,” ungkapnya. Pesanan sebagian besar dari luar negeri. Diantaranya dari Australia, New Zealand atau Seladia Baru, Amerika Serikat, Jerman dan beberapa pembeli dari negara Eropa lainnya. Sebagian besar pemesan adalah pelaku bisnis startup.
“ Mereka ingin menjualnya lagi di sana,” lanjut pemilik kerajinan perak Sunsri House of Jewelry. Karena itulah pesanan dalam jumlah yang cukup banyak.
Menurut Kadek Ganda, dari pesanan- pesanan itu ada yang sudah dikirim, ada yang masih dibuat dalam bentuk sample atau contoh. “Astungkara, bisa sedikit membantu walaupun tidak seperti dulu,” lanjut Kadek Ganda. Produk yang diminta sebagian besar produk perhiasan dengan desain yang simple.
Contohnya dalam bentuk kembang teratai. Bahannya, ada yang perak murni, ada yang di plated atau disepuh emas.
Kadek Ganda mengaku beruntung adanya pemasaran secara digital atau online. Karena tanpa harus kontak, bisnis tetap bisa jalan.
“Kami memanfaatkan medsos,” ujar Kadek Ganda. Bahan baku yakni perak juga memadai. Harga per gram saat ini Rp 10.500. Sebelum sempat mencapai Rp 13.500 per gram.
“Ring harganya antara itulah,” kata Kadek Ganda. Terpisah Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagprin) Bali I Wayan Jarta mengatakan produk kerajinan perak, merupakan salah satu konsern di Pemprov Bali.
“Kita bekerja dengan Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) memang mendorong itu,” ujarnya. Namun tegasnya, bukan sekadar dorong. Jarta meminta perajinan menghindari pembuatan produk yang bersifat massal.
“Kita tidak ingin produk abal-abal,” ucap Jarta. Dia merujuk produk kerajinan yang dibuat secara massal, sehingga akan cepat membuat pasar jenuh. Jika sudah jenuh pada suatu titik tertentu, perajin akan ditinggalkan.
“Kita dorong yang hand made, karena itulah keunggulan dari kerajinan Bali,” kata Jarta.Tak sekadar unggul, memastikan produk produk perak Bali bisa bersaing dengan produk pesaing.
Apalagi dalam era pasar digital, kualitas produk benar- benar terbukti terjamin. Sekali teledor, tentu sulit memulihkan pasar.
“Perajin harus memberi jaminan itu,” ucapnya. Sejauh ini kata menurut Jarta, Amerika Serikat merupakan salah satu pasar terbesar produk kerajinan Bali. “Termasuk kerajinan perak,” kata Jarta. *K17
Pandemi Covid-19 memang membuat sekarat hampir semua sektor perekonomian di Bali. Walau demikian, masih ada satu dua sub sektor masih bertahan. Salah satunya kerajinan perak. Pesanan kerajinan perak dalam bentuk perhiasan masih ada, walau tidak seramai sebelum pandemi Covid-19.Dominan pesanan produk kerajinan perak dilakukan lewat online atau digital.
“Boleh dikatakan 95 persen lewat online,” ujar I Kadek Ganda Ismawan salah seorang perajin perak dari Desa Celuk, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Kamis (8/7).
Diakui Kadek Ganda, pandemi Covid-19 memang berimbas terhadap kerajinan perak di Celuk. Bisnis kerajinan perak melesu. Maksudnya pemasaran, baik pemasaran secara ritel maupun dalam jumlah besar, tidak seperti ketika situasi pariwisata dan perekonomian masih normal.
“Namun syukur meski tidak banyak, tetap masih ada pesanan,” ungkapnya. Pesanan sebagian besar dari luar negeri. Diantaranya dari Australia, New Zealand atau Seladia Baru, Amerika Serikat, Jerman dan beberapa pembeli dari negara Eropa lainnya. Sebagian besar pemesan adalah pelaku bisnis startup.
“ Mereka ingin menjualnya lagi di sana,” lanjut pemilik kerajinan perak Sunsri House of Jewelry. Karena itulah pesanan dalam jumlah yang cukup banyak.
Menurut Kadek Ganda, dari pesanan- pesanan itu ada yang sudah dikirim, ada yang masih dibuat dalam bentuk sample atau contoh. “Astungkara, bisa sedikit membantu walaupun tidak seperti dulu,” lanjut Kadek Ganda. Produk yang diminta sebagian besar produk perhiasan dengan desain yang simple.
Contohnya dalam bentuk kembang teratai. Bahannya, ada yang perak murni, ada yang di plated atau disepuh emas.
Kadek Ganda mengaku beruntung adanya pemasaran secara digital atau online. Karena tanpa harus kontak, bisnis tetap bisa jalan.
“Kami memanfaatkan medsos,” ujar Kadek Ganda. Bahan baku yakni perak juga memadai. Harga per gram saat ini Rp 10.500. Sebelum sempat mencapai Rp 13.500 per gram.
“Ring harganya antara itulah,” kata Kadek Ganda. Terpisah Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagprin) Bali I Wayan Jarta mengatakan produk kerajinan perak, merupakan salah satu konsern di Pemprov Bali.
“Kita bekerja dengan Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) memang mendorong itu,” ujarnya. Namun tegasnya, bukan sekadar dorong. Jarta meminta perajinan menghindari pembuatan produk yang bersifat massal.
“Kita tidak ingin produk abal-abal,” ucap Jarta. Dia merujuk produk kerajinan yang dibuat secara massal, sehingga akan cepat membuat pasar jenuh. Jika sudah jenuh pada suatu titik tertentu, perajin akan ditinggalkan.
“Kita dorong yang hand made, karena itulah keunggulan dari kerajinan Bali,” kata Jarta.Tak sekadar unggul, memastikan produk produk perak Bali bisa bersaing dengan produk pesaing.
Apalagi dalam era pasar digital, kualitas produk benar- benar terbukti terjamin. Sekali teledor, tentu sulit memulihkan pasar.
“Perajin harus memberi jaminan itu,” ucapnya. Sejauh ini kata menurut Jarta, Amerika Serikat merupakan salah satu pasar terbesar produk kerajinan Bali. “Termasuk kerajinan perak,” kata Jarta. *K17
Komentar