Krama Pucangan Kesulitan Air Bersih
Krama Banjar Pucangan, Desa Kayubihi, Kecamatan/Kabupaten Bangli, kesulitan air bersih.
BANGLI, NusaBali
Biasanya krama memanfaatkan air dari tukad Sangsang, namun imbas musim kemarau, debit air mengecil. Krama terpaksa beli air dan baru sekali dapatkan bantuan air bersih. Mereka beli air di tempat warga yang telah terlayani PDAM. Tiga jerigen air seharga Rp 5.000.
Salah seorang krama Banjar Pucangan, I Wayan Suarka mengungkapkan selama ini krama yang tergabung dalam kelompok suka duka buah memanfaatkan air dari tukad Sangsang. Air tersebut ditarik kemudian ditampung dalam bak penampungan baru dialirkan ke rumah penduduk. Ada 64 kepala keluarga (KK) yang memanfaatkan air dari tukad Sangsang. “Selama kemarau ini debit air menurun, kami kesulitan mendapatkan air. Memang masih ada air di bak penampungan hanya saja tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan krama,” ungkapnya, Minggu (24/11).
Menurut Wayan Suarka, untuk memenuhi kebutuhan air, tak jarang krama membeli air. Beli air di tempat krama yang sudah tersambung layanan PDAM. “Biasanya beli air 3 jerigen dengan harga Rp 5.000. Kami beli air pada warga yang punya PDAM,” sebutnya. Dikatakan, belum semua warga terlayani PDAM karena keterbatasan kapasitas. Dia berharap ada bantuan alat bor sehingga warga bisa mengangkat air. “Setiap musim kemarau dipastikan debit air mengecil, otomatis kebutuhan air tidak tercukupi. Bila ada sumur bor kami rasa kebutuhan air untuk rumah tangga, pertanian, dan peternakan bisa terpenuhi,” sebutnya.
Beberapa hari lalu krama mendapat bantuan satu tangki air bersih. Air tersebut dimasukan dalam bak penampungan untuk selanjutnya didistribusikan pada warga. “Kami minta bantuan pada anggota DPRD Bangli, Wayan Merta Suteja. Kemudian BPBD turun mendistribusikan air bersih,” ujarnya. Diakui, baru sekali mendapatkan bantuan air bersih. *esa
Salah seorang krama Banjar Pucangan, I Wayan Suarka mengungkapkan selama ini krama yang tergabung dalam kelompok suka duka buah memanfaatkan air dari tukad Sangsang. Air tersebut ditarik kemudian ditampung dalam bak penampungan baru dialirkan ke rumah penduduk. Ada 64 kepala keluarga (KK) yang memanfaatkan air dari tukad Sangsang. “Selama kemarau ini debit air menurun, kami kesulitan mendapatkan air. Memang masih ada air di bak penampungan hanya saja tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan krama,” ungkapnya, Minggu (24/11).
Menurut Wayan Suarka, untuk memenuhi kebutuhan air, tak jarang krama membeli air. Beli air di tempat krama yang sudah tersambung layanan PDAM. “Biasanya beli air 3 jerigen dengan harga Rp 5.000. Kami beli air pada warga yang punya PDAM,” sebutnya. Dikatakan, belum semua warga terlayani PDAM karena keterbatasan kapasitas. Dia berharap ada bantuan alat bor sehingga warga bisa mengangkat air. “Setiap musim kemarau dipastikan debit air mengecil, otomatis kebutuhan air tidak tercukupi. Bila ada sumur bor kami rasa kebutuhan air untuk rumah tangga, pertanian, dan peternakan bisa terpenuhi,” sebutnya.
Beberapa hari lalu krama mendapat bantuan satu tangki air bersih. Air tersebut dimasukan dalam bak penampungan untuk selanjutnya didistribusikan pada warga. “Kami minta bantuan pada anggota DPRD Bangli, Wayan Merta Suteja. Kemudian BPBD turun mendistribusikan air bersih,” ujarnya. Diakui, baru sekali mendapatkan bantuan air bersih. *esa
Komentar