Produksi Air Terganggu, PDAM Keruk Lumpur di Intake Estuary
PDAM Tirta Mangutama Badung melakukan pengerukan lumpur di intake (saluran masuk air) Estuary Suwung, Denpasar Selatan.
MANGUPURA, NusaBali
Selama proses pengerukan, sejumlah kawasan Badung Selatan, khususnya kawasan Kuta, Pecatu, dan Ungasan dipastikan kekurangan air bersih. Hal ini diperparah saat ini masih dalam kondisi kemarau. Guna mengatasi kekurangan tersebut, PDAM meminta back up suplai air bersih dari Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Petanu dan Penet. Selain itu, PDAM Tirta Mangutama juga menyiapkan 4 truk tangki untuk memasok ke sejumlah kawasan yang sama sekali tidak mendapat akses air bersih.
Direktur Teknik PDAM Tirta Mangutama Badung I Wayan Suyasa, menerangkan kekurangan air bersih ini disebabkan berbagai faktor, salah satunya saat ini masih musim kemarau. Sehingga, menyebabkan debit air yang hendak diolah semakin kurang. Selain itu, faktor endapan lumpur yang kian meninggi di dekat mesin pengolahan juga membuat produksi terganggu. Nah, guna memaksimalkan produksi air itu, PDAM Tirta Mangutama sejak Senin (25/11), melakukan pengerukan endapan lumpur yang ada di intake estuary.
“Memang saat ini kondisi air yang masuk sangat kecil. Sehingga kami sedikit terkendala saat melakukan produksi. Hal ini juga diperparah oleh lumpur yang tingginya mencapai 2 meter di dalam intake. Makanya, kami sedang melakukan pengerukan agar kondisi ini normal lagi,” ungkapnya, Selasa (26/11) siang.
Diakuinya, pengerukan itu akan berlangsung hingga sepekan ke depan. Dengan proses pengerukan itu, wilayah Kuta dan sekitarnya akan terdampak kekurangan suplai air bersih. Meski demikian, pihaknya tetap mencari alternatif dengan meminta back up dari SPAM Penet untuk memasok sekitar 100 liter per detik ke wilayah Kuta dan Kuta Selatan.
Padahal, menurut Suyasa, kalau pengolahan di estuary berjalan normal dengan kondisi air yang mumpuni, bisa memproduksi air sekitar 500 liter per detik. Namun, saat ini hanya mencapai 450 liter per detik. “Karena musim kemarau, maka debit air di sungai kecil. Kemudian, karena adanya lumpur, hal ini juga memicu berkurangnya produksi air bersih. Nah, dampaknya suplai air ke masyarakat terganggu. Saat ini, kami terus memaksimalkan pengelolaan dengan mengeruk lumpur di intake itu,” tuturnya.
Selain wilayah Kuta dan sekitarnya, wilayah Kuta Selatan seperti Pecatu dan Ungasan juga terdampak karena musim kemarau. PDAM mengalami kesulitan untuk memasok air bersih ke kawasan tersebut. Alternatif yang diambil PDAM saat ini dengan meminta back up dari SPAM Petanu dan Penet yang masing-masing mensuplai 100 liter per detik dan 58 liter per detik. Diharapkan, dengan adanya pasokan tambahan ini, bisa mengakomodir pengguna yang ada di kawasan tersebut.
“Selain diback up oleh dua SPAM Petanu dan Penet, kami juga menyediakan 4 tangki yang siap memasok air bersih ke wilayah atau titik- titik yang menang tidak ada air. Hal ini semata untuk mengakomodir semua pelanggan,” kata Suyasa seraya berharap pengangkatan lumpur cepat selesai. *dar
Direktur Teknik PDAM Tirta Mangutama Badung I Wayan Suyasa, menerangkan kekurangan air bersih ini disebabkan berbagai faktor, salah satunya saat ini masih musim kemarau. Sehingga, menyebabkan debit air yang hendak diolah semakin kurang. Selain itu, faktor endapan lumpur yang kian meninggi di dekat mesin pengolahan juga membuat produksi terganggu. Nah, guna memaksimalkan produksi air itu, PDAM Tirta Mangutama sejak Senin (25/11), melakukan pengerukan endapan lumpur yang ada di intake estuary.
“Memang saat ini kondisi air yang masuk sangat kecil. Sehingga kami sedikit terkendala saat melakukan produksi. Hal ini juga diperparah oleh lumpur yang tingginya mencapai 2 meter di dalam intake. Makanya, kami sedang melakukan pengerukan agar kondisi ini normal lagi,” ungkapnya, Selasa (26/11) siang.
Diakuinya, pengerukan itu akan berlangsung hingga sepekan ke depan. Dengan proses pengerukan itu, wilayah Kuta dan sekitarnya akan terdampak kekurangan suplai air bersih. Meski demikian, pihaknya tetap mencari alternatif dengan meminta back up dari SPAM Penet untuk memasok sekitar 100 liter per detik ke wilayah Kuta dan Kuta Selatan.
Padahal, menurut Suyasa, kalau pengolahan di estuary berjalan normal dengan kondisi air yang mumpuni, bisa memproduksi air sekitar 500 liter per detik. Namun, saat ini hanya mencapai 450 liter per detik. “Karena musim kemarau, maka debit air di sungai kecil. Kemudian, karena adanya lumpur, hal ini juga memicu berkurangnya produksi air bersih. Nah, dampaknya suplai air ke masyarakat terganggu. Saat ini, kami terus memaksimalkan pengelolaan dengan mengeruk lumpur di intake itu,” tuturnya.
Selain wilayah Kuta dan sekitarnya, wilayah Kuta Selatan seperti Pecatu dan Ungasan juga terdampak karena musim kemarau. PDAM mengalami kesulitan untuk memasok air bersih ke kawasan tersebut. Alternatif yang diambil PDAM saat ini dengan meminta back up dari SPAM Petanu dan Penet yang masing-masing mensuplai 100 liter per detik dan 58 liter per detik. Diharapkan, dengan adanya pasokan tambahan ini, bisa mengakomodir pengguna yang ada di kawasan tersebut.
“Selain diback up oleh dua SPAM Petanu dan Penet, kami juga menyediakan 4 tangki yang siap memasok air bersih ke wilayah atau titik- titik yang menang tidak ada air. Hal ini semata untuk mengakomodir semua pelanggan,” kata Suyasa seraya berharap pengangkatan lumpur cepat selesai. *dar
Komentar