Pengangon Diseruduk Sapi
Korban tergolek lemah dan tak bisa menggerakkan badan meski nihil luka.
TABANAN, NusaBali
Pengembala (pengagon) sapi, I Nengah Meter, 60, diseruduk sapi peliharaannya, Minggu (24/7) siang. Saat itu, korban yang merupakan Penyarikan Pura Merajapati itu berikan ternaknya pakan berupa telor. Sapi peliharaannya dikandangkan di selatan Setra Desa Pakraman Kediri, Kecamatan Kediri, Tabanan. Begitu masukkan telor ke mulut sapi, korban langsung diseruduk. Korban yang terkapar segera ditolong warga setempat dan dilarikan ke BRSUD Tabanan.
Menurut penuturan Jero Meter, kejadian itu sekitar pukul 12.00 Wita atau di Bali dikenal tengai tepet. Ia mengaku terbiasa memberikan ternaknya pakan pada siang hari. Khusus Minggu siang itu, jadwal Jero Meter berikan sapinya telor. Kakek tiga cucu ini pelihara 5 ekor sapi, 4 betina dan 1 jantan. Nah sapi jantan itu dijadikan kaung (pejantan) sehingga diberi pakan khusus berupa telor biar kuat. “Saya sudah belasan tahun pelihara sapi untuk kaung, baru kali diseruduk dan diinjak-injak,” ungkap Meter saat ditemui di rumahnya, Banjar Sema, Desa/Kecamatan Kediri, Tabanan, Senin (25/7).
Sapi kaung itu telah dipelihara sejak setahun lalu. Bibitnya dibeli dengan harga Rp 10.800.000. Setelah jadi sapi kaung, sekali kawin dapat upah Rp 100 ribu. “Baru kali ini saya pelihara sapi kaung hasil membeli. Sebelum-sebelumnya ada saja anak sapi peliharaan sendiri yang saya jadikan kaung,” imbuh suami Ni Wayan Parni ini. Akibat diseruduk dan diinjak-injak sapi, Penyarikan di Pura Merajapati Desa Pakraman Kediri ini susah bergerak. Jero Meter hanya bisa tergolek lemah di tempat tidur. “Saya mau menggerakkan badan, tapi tidak bisa,” ungkapnya.
Jero Meter mengaku tak tahu bagaimana kondisi tubuhnya di dalam, apakah ada patah tulang ataukah urat terkilir akibat senggot sapi. Soalnya, ia tak mendapatkan penjelasan dari keluarga yang mengurusnya berobat di RSUD Tabanan. Tak ada luka berarti yang dialami Jero Meter, terlihat hanya bekas goresan di dada kanan. Bekas goresan itu diduga akibat terkena tanduk sapi yang meleset. “Saya waktu diinjak-injak sapi, tak bisa teriak minta tolong. Kondisi saya lemah, tapi tidak pingsan,” tuturnya. Jero Meter luput dari maut karena dibantu warga sekitar yang cepat membawanya ke rumah sakit.
Jero Meter menuturkan tiba di RSUD Tabanan sekitar pukul 13.00 Wita dan dipulangkan sekitar pukul 17.00 Wita. Penyarikan di Pura Merajapati Desa Pakraman Kediri ini pun mengingat-ingat peristiwa mengerikan yang ia alami. Pertama kali paha kanannya yang diserang sapi hingga ia terjatuh. Setelah itu ia diseruduk dan diinjak-injak. “Entah berapa kali saya kena seruduk, saya sudah tidak mengingatnya,” imbuhnya. Ia pun berharap cepat sembuh karena amat gemar pelihara sapi. Selama ini, ia dibantu istri mencari rumput. k21
Pengembala (pengagon) sapi, I Nengah Meter, 60, diseruduk sapi peliharaannya, Minggu (24/7) siang. Saat itu, korban yang merupakan Penyarikan Pura Merajapati itu berikan ternaknya pakan berupa telor. Sapi peliharaannya dikandangkan di selatan Setra Desa Pakraman Kediri, Kecamatan Kediri, Tabanan. Begitu masukkan telor ke mulut sapi, korban langsung diseruduk. Korban yang terkapar segera ditolong warga setempat dan dilarikan ke BRSUD Tabanan.
Menurut penuturan Jero Meter, kejadian itu sekitar pukul 12.00 Wita atau di Bali dikenal tengai tepet. Ia mengaku terbiasa memberikan ternaknya pakan pada siang hari. Khusus Minggu siang itu, jadwal Jero Meter berikan sapinya telor. Kakek tiga cucu ini pelihara 5 ekor sapi, 4 betina dan 1 jantan. Nah sapi jantan itu dijadikan kaung (pejantan) sehingga diberi pakan khusus berupa telor biar kuat. “Saya sudah belasan tahun pelihara sapi untuk kaung, baru kali diseruduk dan diinjak-injak,” ungkap Meter saat ditemui di rumahnya, Banjar Sema, Desa/Kecamatan Kediri, Tabanan, Senin (25/7).
Sapi kaung itu telah dipelihara sejak setahun lalu. Bibitnya dibeli dengan harga Rp 10.800.000. Setelah jadi sapi kaung, sekali kawin dapat upah Rp 100 ribu. “Baru kali ini saya pelihara sapi kaung hasil membeli. Sebelum-sebelumnya ada saja anak sapi peliharaan sendiri yang saya jadikan kaung,” imbuh suami Ni Wayan Parni ini. Akibat diseruduk dan diinjak-injak sapi, Penyarikan di Pura Merajapati Desa Pakraman Kediri ini susah bergerak. Jero Meter hanya bisa tergolek lemah di tempat tidur. “Saya mau menggerakkan badan, tapi tidak bisa,” ungkapnya.
Jero Meter mengaku tak tahu bagaimana kondisi tubuhnya di dalam, apakah ada patah tulang ataukah urat terkilir akibat senggot sapi. Soalnya, ia tak mendapatkan penjelasan dari keluarga yang mengurusnya berobat di RSUD Tabanan. Tak ada luka berarti yang dialami Jero Meter, terlihat hanya bekas goresan di dada kanan. Bekas goresan itu diduga akibat terkena tanduk sapi yang meleset. “Saya waktu diinjak-injak sapi, tak bisa teriak minta tolong. Kondisi saya lemah, tapi tidak pingsan,” tuturnya. Jero Meter luput dari maut karena dibantu warga sekitar yang cepat membawanya ke rumah sakit.
Jero Meter menuturkan tiba di RSUD Tabanan sekitar pukul 13.00 Wita dan dipulangkan sekitar pukul 17.00 Wita. Penyarikan di Pura Merajapati Desa Pakraman Kediri ini pun mengingat-ingat peristiwa mengerikan yang ia alami. Pertama kali paha kanannya yang diserang sapi hingga ia terjatuh. Setelah itu ia diseruduk dan diinjak-injak. “Entah berapa kali saya kena seruduk, saya sudah tidak mengingatnya,” imbuhnya. Ia pun berharap cepat sembuh karena amat gemar pelihara sapi. Selama ini, ia dibantu istri mencari rumput. k21
Komentar